Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! š Dukung author dengan memberikan review bintang 5, vote/gem, komentar dan ajak teman-teman anda untuk membaca kisah ini. Terima kasih
Setelah beberapa saat memandang Alisya, Dafandra memberi isyarat kepada kedua pengawal elitnya untuk pergi. Kini hanya tinggal Alisya dan Dafandra yang berada di dalam ruangan itu. "Duduklah kembali!" Dafandra menepuk sebelah tempat duduknya yang kosong, memberikan isyarat pada Alisya untuk kembali pada posisi semula. Meski ragu, Alisya tetap menuruti perintah sang pangeran. Sesaat kebisuan menjadikan ruangan lebih dingin berkali-kali lipat. "Apa kamu punya ide?" tanya Dafandra lagi. "Aku tidak punya ide, tetapi kedua pengawal elit itu menjalani hukuman yang berat karena kesalahanku. Oleh karena itu, aku bersedia dihukum bersama mereka," kata Alisya penuh penyesalan, meski sebenarnya dia takut. "Kamu yakin ingin mendapatkan hukuman cambuk?" Sebuah seringai mengejek terlukis di bibir Dafandra. "Menurutmu apa yang akan Raja Nandri lakukan jika putrinya dicambuk di saat berbulan madu?" tanya Dafandra tidak percaya. Pandangan Alisya jatuh ke lantai. Dia tidak tahu pasti perasaan sa
Seperti malam-malam sebelumnya, Dafandra menikmati makan malam tanpa Alisya. Hanya ada Kiron yang selalu siap sedia di sisi pangeran. Tidak ada suara apapun di kamar itu, bahkan suara garpu dan sendok Dafandra nyaris tidak terdengar. Tiba-tiba sang pangeran meletakan alat makan, "Apa Arys dan Kalfani telah menjalankan hukuman mereka?" "Benar, Pangeran," jawab kiron sopan. Setelah mendapatkan jawaban memuaskan dari Kiron, Dafandra kembali melanjutkan makan malam dan menambahkan beberapa potong daging dan sayur ke piring. "Kiron, aku perintahkan kepadamu untuk merekrut dokter baru untuk merawat mereka berdua." "Bagaimana dengan Yang Mulia?" Kepala pelayan itu malah balik bertanya kepada Dafandra. Pasalnya pangeran itu justru tidak memiliki dokter pribadi saat ini. "Aku?" Dafandra diam sesaat. "Alisya yang akan merawatku," jawab Dafandra sambil memasukkan potongan daging ke dalam mulut. Meskipun sebenarnya kiron merasa hubungan tuannya sangat tidak wajar, lagi-lagi dia tidak beran
Pagi itu Alisya telah selesai berdandan di depan cermin. Sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu berwarna biru menghiasi rambut sang putri dipadukan dengan sepasang anting-anting berbentuk sekumpulan kuncup bunga. Setelah puas berdandan Alisya keluar kamar. Di depan pintu Seorang gadis pelayan telah menunggu. Pelayan itu memberi hormat dan meminta Alisya untuk mengikutinya. Tidak lama Alisya dan pelayan berjalan dipertemukan dengan Dafandra dan Kiron. Alisya dan pelayan itu memberikan hormat pada pangeran kedua Kosmimazh. "Mari Putri." Kiron sedikit membungkukkan badan mempersilahkan Alisya untuk mengikutinya. Selanjutnya Kiron memimpin rombongan melewati tangga kastil dengan ornamen floral di pegangan tangga dan tembok dengan batuan berwarna putih. Setelah mencapai puncak kastil, langkah kaki Kiron berhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari besi dengan ukiran kepala rusa jantan. Pintu itu nampak kokoh dan misterius. Di kedua sisi pintu terdapat tempat lilin yang masin
Tidak lama setelah kepergian Dafandra, beberapa gadis pelayan datang membawa peralatan tidur Alisya, beberapa pakaian ganti, dan makanan untuk sarapan pagi. Tanpa diberikan perintah para pelayan itu menata semua keperluan putri dari Crysozh dengan baik. Bagi Alisya dipenjara di perpustakaan antik milik mendiang raja Faran bukanlah hal yang buruk. Meski Alisya hanya tidur beralaskan kasur tipis, tetapi ruangan itu cukup hangat. Setelah para pelayan pergi Alisya menyantap makanan di atas meja. Dia harus bergegas karena ada tumpukan buku yang menanti untuk dibaca. Tidak butuh waktu lama bagi putri berambut merah untuk menghabiskan sarapan. Sejak kecil Alisya telah terbiasa menjalani hukuman kurungan. Kesendirian bukanlah hal asing dan menakutkan, melainkan telah menjadi teman karib sejak dahulu. Buku pertama yang Alisya ambil adalah buku tentang silsilah pendiri kerajaan Kosmimazh. Pendiri Kerajaan ini adalah kakek buyut dari kakek Dafandra. Jika diurutkan Dafandra adalah generas
Ingatan tentang ciuman paksa Dafandra dan Alisya terulang dalam angan. Rasa berdebar di dada pangeran membuatnya ingin mengulang. Apakah Dafandra telah jatuh cinta pada Alisya? Ataukah hanya dorongann biologis seorang pria untuk mendapatkan kesenangan dari seorang wanita? Lagi-lagi Dafandra menghela napas panjang. Dia merutuki dirinya sendiri karena bertindak ceroboh dalam hal pernikahan. Apa yang dia pikirkan saat itu hanya bagaimana caranya untuk terlepas dari perjodohan dengan Maulvi. Ah, wanita itu pasti tidak akan tinggal diam serta-merta karena kehadiran Alisya. Terbukti dia tidak segan sama sekali dengan Alisya untuk ikut ke kota Tigryzh, padahal siapa pun pasti tahu Dafandra dan Alisya akan berbulan madu. Saat Dafandra merenung, tiba-tiba terdengar suara aneh. Sang pangeran menyapukan pandangan ke seluruh ruangan. Suara itu hilang sesaat. "Mungkin aku salah dengar." Disamping Dafandra putri dari Crysozh tidur terlentang, membuat tubuhnya semakin terlihat menggoda. 'Ke
"Ah, Maaf!" seru Alisya ketika menyadari dirinya memeluk punggung pria bertubuh kekar erat-erat. Sebelum Alisya sempat menarik tangan, Dafandra mencengkeram kedua tangan Alisya yang melingkari perut berotot sang pangeran. "Tidak apa-apa. Aku mengizinkanmu untuk memelukku lebih lama," kata Dafandra dengan seringai yang tidak dapat Alisya lihat. Alis Alisya berkedut. Dia merasa Dafandra telah mengambil keuntungan dari kejadian ini. Terlebih lagi, tidak biasanya dia bersikap seperti ini. "Maaf, sikapmu membuatku tidak nyaman. Tolong lepaskan tanganku!" pinta Alisya dengan sopan. "Apa yang membuatmu begitu gusar? Aku mengizinkanmu menyentuhku. Bukankah ini yang kamu inginkan?" Alisya menghela napas panjang. Dia merasa kesal dengan sang pangeran dari Kosmimazh, namun tidak kuasa untuk lepas dari cengkeramannya. Pria itu terlampau percaya diri hingga membuat sang putri mual. "Apa yang kamu harapkan dari pernikahan ini, Alisya?" tanya Dafandra dengan nada serius. Putri Raja Nandri ter
Pagi harinya Dafandra memerintahkan Kiron dan beberapa pengawal untuk memburu tikus nakal di perpustakaan. Untungnya makhluk berbulu kelabu itu segera bisa di tangkap dan tidak sempat membuat kerusakan di dalam perpustakaan. Guna menghapus kecemasan tuannya, Kiron melakukan pemeriksaan lebih detail ke setiap sisi perpustakaan, ternyata tidak ditemukan lubang. Kemungkinan tikus itu masuk saat pintu perpustakaan terbuka cukup lama karena para gadis pelayan menyiapkan keperluan Alisya selama menjalani hukuman. Setelah tikus itu ditemukan Alisya kembali masuk ke dalam perpustakaan untuk menjalani hukuman. Ingatan sang putri memutar percakapan semalam bersama pangeran kedua Kosmimazh. "Alisya, apa kamu takut dengan tikus?" tanya Dafandra semalam. Tanpa sadar Alisya tersenyum mengingat pria berambut pirang. "Benar," ucap Alisya malu. Kenapa kamu penakut sekali? Sudah takut dengan ulat bulu, juga takut dengan tikus." Alisya hanya diam tanpa membalas. Dirinya memang takut pada kedua he
"Cepat katakan! Apa pendapatmu?" kata raja sedikit tidak sabar. Sekilas Mimis memandang seluruh orang yang ada di dalam ruangan itu, mereka semua juga tampak menunggu, meski terselip ragu-ragu. "Para penyihir memang bersekongkol dengan setan, mereka juga membuat ritual pengorbanan untuk mendapatkan kekuatan tertentu. Akan tetapi kekuatan itu hanya bisa muncul ketika penyihir mengucapkan mantra dan melakukan gerakan tangan tertentu. Jika mereka tidak melakukan hal itu, kekuatan itu tidak akan pernah muncul. Artinya mereka hanya manusia biasa seperti kita. Jadi kesimpulannya, kelemahan mereka adalah pada tangan dan mulut mereka," papar Mimis. Pria kharismatik itu tampak mengembuskan napas panjang. Binar di mata Raja Faran kembali benderang. Pria itu selalu puas dengan apa yang diucapkan oleh penasehat kerajaan yang dia pilih sendiri. "Yang harus kita lakukan hanyalah membuat mereka tidak bisa mengeluarkan kekuatan sihir mereka." lanjut Mimis. "Caranya?" tanya cendikiawan berambut ke
Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!
"Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat
Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.
Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ā¤ļøā¤ļøā¤ļø
Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b
Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan
"Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe
"Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan