Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️u. Kalian ada di hati author Sunny.
Kim, Fasya , dan Selena tidak sadarkan diri. Tubuh mereka tergeletak di antara dedaunan kering. Rombongan pengejar itu mencari jejak Kim dan Selena. Mereka menggunakan baju dan mantel berwarna hitam. Wajah mereka juga tertutup kain berwarna hitam. Hanya sepasang mata yang dapat terlihat dan juga tangan yang menenteng busur. Anehnya, ketika orang-orang berbaju hitam itu menemukan Fasya, Selena, dan Kim tidak sadarkan diri, mereka langsung pergi, tanpa memeriksa keadaan ketiganya. Saat sadarkan diri, Selena terlihat kebingungan. Wanita itu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ternyata, dia berada di sebuah gubuk dengan perabotan sederhana yang terlihat murahan. Putri berambut pirang itu bangkit dari tempat tidur seraya memijat kepalanya. Ingatannya berputar menampilkan adegan terakhir kali sebelum dia tidak sadarkan diri. 'Di mana suamiku?' Wanita itu kembali cemas. Dia bangkit dari ranjang dan berjalan menuju ke pintu. Rupanya dia masih berada di dalam hutan. Di luar rumah rupan
Sepasang suami-istri itu saling menatap cukup lama. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin mereka ucapkan. "Kenapa? Kamu berambisi menjadi ratu?" Bibir pangeran itu begitu dekat dengan telinga Alisya."Tidak, Yang Mulia.""Benarkah? Bagaimana jika aku memang ingin menjadi raja?" Sebuah seringai mengembang di bibir Dafandra. Alisya terdiam. Wanita itu menelan ludahnya sendiri sedangkan tangannya mengepal kuat. "Kenapa diam saja? Kamu takut kepadaku?" Alisya menggeleng pelan. "Kenapa Yang Mulia ingin menjadi raja?""Mau tidak mau, suka atau tidak suka, takdir itu akan tetap menjadi milikku. Itulah mengapa ratu menginginkan agar kamu segera mengandung.""Aku masih tidak mengerti, Yang Mulia.""Tidak perlu terburu-buru untuk segera memahami segalanya. Kamu akan tahu saat tiba waktunya. Bagaimana? Kamu sudah siap untuk mengandung anakku?" Pangeran itu menatap lekat wajah Alisya. Rasa di hatinya sudah tidak sabar untuk mendapatkan segalanya dari wanita itu. "Setelah aku mengandung anak
Dengan mata terbelalak raja berkata, "Anakku ... Itu kah kamu?" "Benar, Ayahanda. Ini aku Fasya putramu. Maaf, telah membuat Ayahanda gelisah." Fasya menjawab dari gendongan Kim."Siapkan kursi!" peritah raja. Tidak lama kemudian dua orang pengawal membawakan kursi untuk Fasya. Pangeran mahkota duduk dengan tenang di hadapan raja dan para menteri. "Apa yang terjadi?" Wajah raja memang terlihat lebih tenang, tetapi rasa penasarannya belum sirna."Sekelompok orang tidak dikenal menyerang kami saat melintasi hutan. Untungnya kami berhasil melarikan diri. Akan tetapi, saat dalam pelarian kami terperosok ke dalam jurang. Untungnya kami diselamatkan oleh seorang kakek yang hidup sebatang kara di hutan," jelas Fasya. Dafandra merasa ada yang tidak beres dengan apa yang terjadi pada Fasya. Pasalnya dia menyelidiki langsung peristiwa ini. Dengan mata kepalanya sendiri terlihat jelas jejak kaki mereka hilang secara misterius. Apa lagi di beberapa tempat ditemukan tetesan darah yang mengering
Dafandra dikejutkan oleh ucapan ratu. Pangeran itu dihadapkan pada pilihan yang sulit. Di satu sisi jelas Dafandra tidak ingin mengecewakan ratu. Di sisi lain, pangeran itu tidak ingin memaksa Alisya untuk bercinta. "Tenanglah, Ibunda. Aku hanya butuh lebih banyak waktu untuk bersama dengan Alisya. Aku belum punya keinginan untuk menikah lagi dalam waktu dekat." Tentu saja, pernikahan kedua hanya akan memperkeruh keadaan di saat hubungannya dengan Alisya tidak berjalan dengan baik. "Anakku, wanita itu sangat licik dan sekarang dia mengandung. Kita harus tetap waspada dan memanfaatkan momentum ini dengan baik.""Tentu, Ibunda." Dengan menyimpan sedikit kegelisahan, Dafandra pergi dari ruangan ibunya. Pangeran itu telah membuat janji untuk bertemu Alisya. Meskipun bukan janji bercinta, tetapi kesempatan ini sangat berarti bagi Dafandra. Pangeran itu berencana membangun hubungan yang baik dengan putri dari kerajaan Crysozh. Malam itu Dafandra berjanji akan menemui Alisya di paviliunn
"Kim, apa yang kamu lakukan? Berdirilah!" "Hamba tidak akan berdiri sampai Putri berjanji untuk menemui pangeran mahkota." Kim berkata seraya menundukkan kepala."Baiklah, aku bersedia, tetapi aku mempunyai syarat.""Apa itu, Putri?" Kim mulai terlihat bersemangat."Kawal aku dari awal sampai akhir.""Tentu saja, Putri. Itu sudah tugas hamba untuk menjamin keselamatan Putri." Setelah bersepakat dengan Kim, secara sembunyi-sembunyi Alisya pergi bersama Kim. Putri itu mengenakan sebuah mantel berwarna biru tua sehingga orang-orang tidak bisa dengan jelas melihat wajahnya. "Sudah sampai, Putri. Silahkan masuk." Kim membungkukkan badannya dan mempersilahkan Alisya untuk masuk ke dalam ruangan Fasya."Masuklah bersamaku!""Tidak, Putri. Pangeran Mahkota hanya ingin berbicara secara pribadi dengan Putri." Alisya menghela napas panjang. Putri itu sadar, jika sampai ketahuan tindakannya bukan hanya akan memancing kecemburuan Selena, tetapi juga kemarahan Dafandra. Akan tetapi, sang putri s
"Yang Mulia, aku akan meresepkan obat untukmu." "Baiklah." Alisya mengambil secarik kertas di meja dan menuliskan resep obat untuk diminum dan untuk dibalurkan di kulit. Saat menulis sekilas Alisya mencuri pandang ke arah pangeran mahkota. Wajahnya terlihat murung. Tentu saja, fakta seperti ini pasti akan mengejutkan siapa pun. "Ini, Yang Mulia." Alisya mengulurkan resep obatnya kepada Fasya."Alisya ... kumohon bantu aku untuk mengakhiri ini semua." Alisya tertegun mendengar ucapan Fasya. "Maksud Yang Mulia?""Jika raja sampai mendengar tentang fakta ini, pasti hatinya akan sangat sedih dan menganggu kesehatannya. Akan tetapi, sejujurnya ini sangat menyakitkan untukku." Fasya menghela napas panjang sembari menahan air matanya. Kisah hidupnya sejak awal sudah sangat menyedihkan, ditambah lagi fakta baru yang membuat Fasya ingin mengakhiri hiduyp sekarang juga. "Aku akan memberikan pengakuan kepadamu. Sejujurnya, setelah mendengar fakta ini aku merasa sedikit lebih lega karena bu
Berhari-hari sejak pertemuan Selena dengan ratu dan Alisya membuat hidupnya menjadi tidak tenang. Meski belum ada satu pun hal buruk yang menimpa Selena, Putri dari Samargdyzh itu merasa terancam. "Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu Selena, beberapa hari ini kamu terlihat tidak nyaman?" ucap Fasya sebelum beranjak tidur."Benarkah? Apakah seburuk itu ekspresi wajahku?" Selena menjawab dengan murung."Ada apa, Istriku? Katakanlah!""Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit rindu dengan ayahanda dan Ibunda.""Jika kamu rindu, cobalah mengirim surat kepada mereka.""Tentu, terima kasih atas perhatiannya, Suamiku." Tidak lama setelah itu Fasya tertidur sedangkan Selena belum bisa memejamkan matanya barang sesaat. Putri berambut pirang itu dipenuhi kebencian kepada Alisya. Ingatannya membawa kembali pada kejadian dua pekan yang lalu saat dirinya melihat Alisya keluar dari ruangan Fasya bersama dengan Kim. Tingkat rasa ingin tahu Selena berada pada titik maksimal. Juga ucapan memojokan Alisy
"Apa yang kamu lakukan kepada menantuku?" selidik ratu."Hamba tidak melakukan apa pun," jawab Belen apa adanya. Kecurigaan ratu langsung tertuju kepada Belen. "Kenapa dia bisa terluka?" "Hamba tidak tahu, Ratu. Saat hamba melintas tidak sengaja mendengar suara gaduh di koridor. Sesampainya di sana putri telah terluka." Ratu menghela napas panjang. Kecurigaan ratu bukan tanpa alasan. Meski Dafandra dan Belen telah berteman sejak lama, tetapi kematian Maulvi bisa jadi pemicu retaknya hubungan persahabatan mereka. Bukankah darah lebih kental dari pada air? "Benarkah?""Benar, Ratu. Jika Ratu tidak percaya, Anda bisa menanyakan langsung kepada putri saat dia tersadar." Dafandra yang baru saja pulang dari pangkalan militer terkejut mendengar cerita pelayan Alisya. Serta-merta hati pangeran berambut pirang itu dipenuhi kecemasan. Tanpa membuang waktu, Pangeran kedua berlari menuju ruangan dokter. Sesampainya di sana dia bertemu dengan ratu dan Belen yang tengah menunggu Alisya di luar