Alexa mengenakan rok pendek ketat di atas lutut dengan belahan di sampingnya sehingga paha mulusnya terekspos. Ia juga mengenakan atasan ketat dengan belahan dada rendah yang mengekspos belahan dadanya. Ia belum lama sembuh pasca menjalani operasi caesar, namun penampilanya kini sudah kembali seksi seperti sebelum hamil.Tak tak tak,, sepatu hak tinggi milik Alexa terdengar ketika wanita cantik itu berjalan menuju ruang karja Rajasa di kantor. Tanpa mengetuk pintu maupun meminta ijin, Alexa langsung membuka pintu ruang kerja suaminya.Rajasa yang sedang duduk di ruanganya terperanjat kaget dengan kedatangan Alexa yang tiba-tiba."Alexa, kenapa tidak mengetuk pintu dulu!" Ucap Rajasa marah dengan sikap istrinya.Alexa tak menjawab tapi malah melemparkan map biru ke hadapan Rajasa dengan kasar."Baca dan tandatangani segera, aku tak ada waktu untuk menghabiskan lebih banyak waktu lagi untuk bersamamu" Ucap Alexa sinis."Apa ini Lexa?" Rajasa bertanya sementara tanganya meraih map biru y
Dua tahun setelah perceraian Rajasa dengan Alexa "Halo Tuan Muda, cepatlah pulang bibi sangat khawatir dengan non Andini" Ucap Bi Satini dari sambungan telepon yang diterima Rajasa. Saat itu Rajasa sedang meeting dengan klien penting di perusahaanya. "Ada apa Bi? jangan membuatku panik!" Rajasa berdiri meninggalkan ruang rapat tanpa peduli dengan klien yang terlihat bingung dengan tingkah Rajasa. "Tenang Bapak dan Ibu, meeting akan tetap dilanjutkan dengan saya! Mungkin Rajasa sedang ada urusan penting yang tak bisa diganggu!" Papa Rajasa segera mengambil alih meeting yang sedang berjalan. Untung saja peserta meeting bisa memahami. Mereka segera kembali duduk tenang dan melanjutkan meeting bersama Papa Rajasa. *** "Tuan Muda, Non Andini tiba-tiba sesak nafas dan sekarang badanya mulai lemas!" Suara Bi Satini terdengar begitu panik, membuat Rajasa tak bisa banyak berfikir. "Kemana Mama Bi?" Tanya Rajasa, ia berharap Ibunya berada di rumah sehingga bisa menenangkan kepanikan Bi Sat
Ratna memasuki ruang rawat inap di mana Rajasa dirawat. Terlihat Rajasa yang sedang beristirahat sambil menonton tayangan televisi yang terletak persis di depan ranjangnya. Kondisi Rajasa kini sudah semakin membaik, ia sudah mulai bisa duduk bersender di ranjang. "Kak Rajasa, bagaimana keadaanmu?" Tanya Ratna sambil meletakan buah-buahan yang dia bawa di nakas samping ranjang Rajasa. Selanjutnya Ratna duduk di kursi yang terletak persis di samping ranjang Rajasa. Ratna adalah sahabat Miranda yang paling dekat dengan Rajasa. Perempuan manis itu tampak senang karena Rajasa akhirnya siuman setelah tiga hari koma. "Aku baik Na, terimakasih sudah menjenguk" Ucap Rajasa tersenyum. Rajasa mematikan televisi yang sedari tadi ia tonton menggunakan remot demi fokus pada Ratna "Aku senang melihat kondisimu semakin membaik kak" Ucap Ratna tulus diiringi senyuman manis. "Aku juga senang kau menjengukku, setidaknya aku bisa menanyakan kabar Miranda padamu Na!" Ucap Rajasa, ia nampak bersemang
Pov : Rajasa Akhir-akhir ini Ratna, sahabat Miranda bersikap sangat baik padaku. Terutama kurasakan setelah aku bercerai dari Alexa. Ratna pun mendukungku untuk menemui Miranda. Ia bahkan memberikan alamat lengkap di mana Miranda bekerja padaku, tak seperti biasanya yang selalu menutupi di mana keberadaan Miranda. Aku sangat rindu pada Miranda dan Mahesa, kali ini. Akhirnya setelah mengumpulkan seluruh keyakinan dalam diriku, aku memutuskan untuk menemui Miranda di tempat kerjanya. Ku susuri perjalanan dari Jakarta ke Bandung demi menemui anak dan istriku yang telah lama ku tinggalkan. Aku sengaja menyetir mobil sendiri walaupun kesehatanku belum benar-benar pulih setelah kecelakaan yang menimpaku. Aku menolak ketika Devka ingin menemaniku ke Bandung karena ingin pertemuanku dengan Miranda dan Mahesa terasa lebih privat. Perasaanku saat itu campur aduk, antara senang karena akan kembali melihat dua orang yang sangat ku cintai, namun juga khawatir jika Miranda tak menerimaku lagi. T
"Ratna, aku sudah mengambil cuti selama satu minggu demi menemanimu menikah, loh!" Ucap Miranda dengan suara ruang melalui sambungan telepon.Miranda sedang duduk di meja kerja yang berada di kamar mess nya, sementara Mahesa sedang asyik mewarnai. Sambil menunggu waktu Mahesa tidur, Miranda menyempatkan untuk menelpon sahabatnya."Benarkah?" Ucap Ratna dengan mata berbinar, tentu saja ia senang dengan info yang disampaikan sahabatnya."Tentu saja, untung tanggal pernikahanmu pas dengan masa liburan sekolah. Jadi aku bisa mengambil cuti lama" Ucap Miranda meyakinkan sahabatnya di ujung telepon."Kamu memang terbaik Mir, aku menunggumu di Jakarta yah. Ingat jangan tidur di hotel, tinggallah di rumahku!" Ucap Ratna."Ratna, apakah kamu juga mengundang Tomi, Bowo dan Satria?" Tanya Miranda ragu-ragu. Sebenarnya ia ingin sekali menanyakan kabar Tomi yang sudah lama sekali tak terdengar. Namun Miranda menanyakan semua sahabatnya agar Ratna tak curiga."Tentu saja, mereka sudah bilang pasti
"Mama, aku ngantuk" Mahesa meninggalkan meja belajarnya dan mendekati Miranda yang baru saja menelpon Ratna."Ayo kita bobo sayang, cuci tangan dulu yah!" Miranda menggendong Mahesa ke kamar mandi dan mencuci tangan putranya yang kini berusia lima tahun tersebut.Miranda membaringkan tubuh Mahesa ke kasur diikuti dengan dirinya yang juga bersiap tidur setelah sebelumnya mengambil buku cerita di laci nakas. Miranda menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya dan tubuh Mahesa, ia memeluk Mahesa sambil bersiap membacakan cerita.Tak menunggu waktu lama, Mahesa langsung tertidur pulas. Miranda membetulkan posisi tidur putranya setelah itu memandangi wajah polos bocah kecil itu. Wajah Mahesa benar-benar mirip seperti ayahnya, hal ini membuat Miranda tak mampu melupakan Rajasa sedikitpun.Jauh di lubuk hati Miranda, ia memang masih mencintai suaminya. Miranda bukan orang yang mudah untuk jatuh cinta, ketika sudah mencintai ia juga tak akan mudah untuk melupakanya. Tiba-tiba ia merasa
"Selamat pagi Pak Direktur!" Ucap Alexa dengan nada satir sambil tersenyum menyeringai pada Rajasa yang baru saja sampai di ruang kerjanya. Alexa tengah duduk di kursi Rajasa dengan sombongnya seolah dialah pemilik kursi tersebut. Hal ini membuat Rajasa merasa terhina, ia mengepalkan tanganya menahan diri agar tak sampai berbuat hal buruk pada Alexa. Ia tahu Alexa sedang memancing dirinya agar melakukan kesalahan fatal yang dapat memberikan keuntungan bagi Alexa. "Beraninya kamu duduk di kursiku Alexa!?" Rajasa mengucapkanya dengan keras. "Ups! Maaf Rajasa, sebentar lagi memang aku lah yang akan duduk di sini bukan?" Ucap Alexa penuh percaya diri. Bibirnya masih menyunggingkan senyum penuh kemenangan pada Rajasa. "Jangan mimpi, kamu boleh mendapatkan separuh hartaku, tapi tidak dengan perusahaanku!" Ujar Rajasa. Rajasa tidak akan rela per8yang dibangun ayahnya dikuasai wanita licik seperti Alexa. Namun Alexa malah tertawa seolah Rajasa mengatakan hal yang lucu, membuat Rajasa mer
Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa hari pernikahan Ratna yang ditunggu-tunggu kini sudah di depan mata. Miranda datang ke pesta tersebut bersama Mahesa. Miranda mengenakan kebaya brukat dengan design modern berwarna pastel yang indah dan pas di tubuh Miranda, sementara Mahesa mengenakan beskap membuat penampilanya terlihat imut. Dekorasi mewah menghiasi setiap sudut ruangan, mulai dari lentera kristal yang menjatuhkan cahaya lembut hingga karpet merah yang melintasi lorong. Kue pernikahan dengan dominasi warna putih yang menakjubkan menjadi sorotan dengan lapisan krim yang halus dan hiasan bunga yang semarak. Tamu undangan yang hadir terdiri dari kalangan eksklusif, mengenakan gaun dan jas pesta yang memancarkan kemewahan. Semarak tawa dan sorak-sorai mereka memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer kebahagiaan yang tak terlupakan. Pernikahan ini benar-benar sebuah perayaan kemewahan dan cinta yang akan dikenang selamanya. Tak heran jika pernikahan Ratna digelar begitu mewah. Ra
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y
Di perjalanan pulang dari kantor polisi, di dalam mobil"Dari mana kamu tahu bahwa bukan Devka yang menculik Mahesa, sayang?" Tanya Rajasa penasaran."Aku tahu dari bagaimana cara dia menyampaikanya dan mimik mukanya. Dari feelingku, Devka memang bukan pelakunya!" Ucap Miranda yakin.Rajasa mengangguk mendengar jawaban istrinya. Dia mempercayai istrinya, toh Miranda adalah calon psikolog, mungkin dia mempelajari bagaimana bahasa tubuh Devka ketika berbicara sehingga membuat Miranda mengambil kesimpulan demikian."Apa rencana Mas Raja untuk Devka dan Alexa?" Tanya Miranda penasaran."Biarkan pengacaraku yang mengurus, saat ini aku ingin fokus mencaari Mahesa dan memastikan anak kita selamat" Ucap Rajasa sambil mengelus kepala Miranda. Miranda mengangguk, ia setuju dengan suaminya. Menurutnya keselamatan Devka adalah hal yang terpenting saat ini.***Sudah lima hari Mahesa menghilang tanpa berita, Miranda tak berhenti menangisi anaknya. Miranda bahkan sampai mengambil cuti dari pekerjaa
"Halo Mas, maafkan Hp aku kehabisan baterai" Ucap Miranda melalui panggilan telepon kepada suaminya, Rajasa."Syukurlah kamu baik-baik saja sayang, Mas sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan Mahesa? Apakah sudah ada info labih lanjut?" Tanya Rajasa pada istrinya."Belum, Mas. Aku sudah meminta bantuan pihak daycare untuk mengecek cctv untuk mengenali siapa orang yang membawa Mahesa. Tapi anehnya cctvnya mati pada saat kejadian" Miranda menjelaskan pada suaminya"Benar-benar sudah direncanakan dengan rapi rupanya!" Gumam Rajasa mendengar penjelasan istrinya."Sayang, Mas sedang dalam perjalanan ke Bandung. Mas sudah tahu siapa yang menculik Mahesa, sekarang Mas justru mengkhawatirkanmu sayang. Carilah tempat yang aman, jangan sendirian!" Ucap Rajasa."Siapa pelakunya, Mas?" Miranda sangat penasaran."Nanti Mas ceritakan semuanya, pesan Mas kamu jangan sendirian. Jaga keselamatan dirimu baik-baik sampai Mas datang sebentar lagi" Ucap Rajasa serius."Baik, Mas" Miranda menuruti apa y
"Halo Miranda? Tumben malam-malam begini telepon, ada apa sayang?" Jawab Rajasa menerima panggilan telepon dari istrinya yang saat ini berada di Bandung."Mas, Mahesa Mas! Mahesa tidak ada di daycare!" Suara Miranda terdengar panik"Maksud kamu tidak ada di daycare gimana Mir? bicara pelan-pelan!" Rajasa ikut panik mendengar kabar dari istrinya."Tadi sepulang mengajar aku kuliah dulu seperti biasa, tapi saat aku hendak menjemputnya pulang selepas kuliah, Mahesa tidak ada di daycare. Katanya sudah dijemput oleh om nya. Pengasuh daycare mengijinkan Mahesa pulang karena menurutnya Mahesa mengenali orang tersebut sebagai omnya!" Miranda mencoba menjelaskan. Saat ini hatinya sudah kalut karena kehilangan anaknya, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Mahesa saat ini."Bagaimana mungkin Mir? Apakah tidak ada petunjuk atau ciri-ciri orang yang membawa Mahesa?" Tanya Rajasa."Dia laki-laki, tinggi sekitar 170 cm dan terlihat sangat akrab dengan Mahesa, begitu info yang diberikan oleh pengasu
Rajasa meremas foto-foto yang barusan ia lihat pagi ini. Emosi Rajasa naik ke ubun-ubun hingga seolah darahnya mendidih melihat potongan-potongan adegan erotis antara Devka dan Alexa. Bukan karena cemburu, melainkan Rajasa merasa dikhianati oleh orang yang sangat dia percayai di kantornya, Devka.Rajasa bahkan tidak menganggap Devka sebagai karyawan, melainkan sebagai keluarganya sendiri. Rajasa tak habis pikir mengapa Devka tega melakukan hal ini, dari sekian banyak perempuan jalang, mengapa harus mantan istrinya yang ia tiduri. "Aargh brengsek kau Devka!" Teriak Rajasa meluapkan amarah pada dirinya sendiri.Entah siapa yang mengirimkan foto-foto adegan tak senonoh antara Devka dan mantan istrinya Alexa ke meja kerja Rajasa, yang jelas hal ini sukses mengaduk-aduk emosi Rajasa hingga ia tak memiliki fokus yang baik untuk bekerja pagi ini. "Apalagi ini Tuhan!" Ucap Rajasa sambil mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan. Ia merasa tak mampu lagi menanggung beban. Setelah kematian