"Selamat pagi Pak Direktur!" Ucap Alexa dengan nada satir sambil tersenyum menyeringai pada Rajasa yang baru saja sampai di ruang kerjanya. Alexa tengah duduk di kursi Rajasa dengan sombongnya seolah dialah pemilik kursi tersebut. Hal ini membuat Rajasa merasa terhina, ia mengepalkan tanganya menahan diri agar tak sampai berbuat hal buruk pada Alexa. Ia tahu Alexa sedang memancing dirinya agar melakukan kesalahan fatal yang dapat memberikan keuntungan bagi Alexa. "Beraninya kamu duduk di kursiku Alexa!?" Rajasa mengucapkanya dengan keras. "Ups! Maaf Rajasa, sebentar lagi memang aku lah yang akan duduk di sini bukan?" Ucap Alexa penuh percaya diri. Bibirnya masih menyunggingkan senyum penuh kemenangan pada Rajasa. "Jangan mimpi, kamu boleh mendapatkan separuh hartaku, tapi tidak dengan perusahaanku!" Ujar Rajasa. Rajasa tidak akan rela per8yang dibangun ayahnya dikuasai wanita licik seperti Alexa. Namun Alexa malah tertawa seolah Rajasa mengatakan hal yang lucu, membuat Rajasa mer
Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa hari pernikahan Ratna yang ditunggu-tunggu kini sudah di depan mata. Miranda datang ke pesta tersebut bersama Mahesa. Miranda mengenakan kebaya brukat dengan design modern berwarna pastel yang indah dan pas di tubuh Miranda, sementara Mahesa mengenakan beskap membuat penampilanya terlihat imut. Dekorasi mewah menghiasi setiap sudut ruangan, mulai dari lentera kristal yang menjatuhkan cahaya lembut hingga karpet merah yang melintasi lorong. Kue pernikahan dengan dominasi warna putih yang menakjubkan menjadi sorotan dengan lapisan krim yang halus dan hiasan bunga yang semarak. Tamu undangan yang hadir terdiri dari kalangan eksklusif, mengenakan gaun dan jas pesta yang memancarkan kemewahan. Semarak tawa dan sorak-sorai mereka memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer kebahagiaan yang tak terlupakan. Pernikahan ini benar-benar sebuah perayaan kemewahan dan cinta yang akan dikenang selamanya. Tak heran jika pernikahan Ratna digelar begitu mewah. Ra
Tommy duduk sendirian di sudut kafe dengan secangkir kopi pahit di hadapannya. Tommy mengaduk kopinya dengan malas, lalu menyesap kopi hitam yang tersaji di hadapanya. Rasanya Pahit, sama seperti perasaanya saat ini. Ekspresinya mencerminkan kehampaan dan kesedihan, sementara ia melihat ke sekeliling kafe memperhatikan berbagai perilaku pengunjung kafe yang datang saat itu. Saat ini Tommy sedang merasai kesedihan hatinya setelah melihat Miranda kembali pada Rajasa. Meskipun itu adalah hal yang Tommy inginkan namun ia tak bisa membohongi bahwa hatinya kini terluka karena terbakar cemburu. Tommy menatap lurus ke arah kejauhan, matanya yang penuh kehilangan mencoba menyembunyikan luka hati yang dalam. Beberapa pengunjung kafe melintas di depannya, tetapi Tommy seakan-akan terasing dalam dunianya sendiri. Suasana kafe yang riuh tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari patah hati yang menyiksa. Ia hanya ingin menenangkan diri sejenak sebelum benar-benar pergi sejauh mungkin. Tiba-tiba,
Rajasa mengantarkan Miranda dan Mahesa ke hotel di mana Miranda menginap setelah acara pesta pernikahan Ratna selesai. Rajasa membopong Mahesa menuju kamar Miranda. Dengan hati-hati, Rajasa meletakan putra kesayangannya di ranjang hotel agar tidak sampai terbangun."Terimakasih, Mas Raja" Ucap Miranda serasa tersenyum manis.Rajasa mengecup putranya dan menatapnya dalam-dalam. Rajasa merasa sangat rindu pada putranya, rasanya sangat berat untuk meninggalkan Mahesa dan kembali ke rumahnya. "Mir, boleh aku tidur di sini bersama kalian?" Pinta Rajasa.Miranda terdiam sejenak karena hatinya merasa sedikit ragu. Namun akhirnya Miranda mengangguk samil tersenyum tanda menyetujui permintaan suaminya."Sungguh, Mir?" Rajasa meyakinkan."Tentu, Mas Raja adalah ayahnya. Maafkan aku sudah memisahkan Mas Raja dari Mahesa" Ucap Miranda yang segera disambut senyuman lega oleh Rajasa."Kalau begitu, apa aku boleh memelukmu? Kamu masih istriku kan?" Tanya Rajasa lagi, ia sebenarnya sudah siap jika M
"Mir, kamu yakin tidak mau aku antar ke Bandung?" Tanya Rajasa meyakinkan kembali keinginan istrinya. Miranda sedang berkemas memasukan barang-barangnya ke koper karena sore ini, ia dan anaknya akan kembali ke Bandung.Miranda menggeleng, ia sudah memesan tiket kereta jauh-jauh hari karena Mahesa sangat menyukai perjalanan menggunakan kereta. Selain itu, Miranda ingin agar Rajasa fokus menyelesaikan masalahnya dengan Alexa."Mas, aku ingin kamu fokus menyelesaikan masalahmu saat ini!" Ucap Miranda pada suaminya. Rajasa mengangguk, menyetujui permintaan istrinya."Baiklah Mir, aku akan melakukan yang terbaik untukmu" Ucap Rajasa, pria itu kemudian membantu Miranda berkemas."Sebelum ke stasiun, aku akan menemui Ratna terlebih dahulu untuk berpamitan" Ucap Miranda, tanganya masih sibuk mengemasi pakaian dan barang-barang Mahesa."Aku akan mengantarmu kemanapun kamu mau, sayang!" Ucap Rajasa. Meskipun istrinya akan kembali ke Bandung, namun hatinya terasa sumringah karena kali ini hubun
Setelah sampai kembali di Bandung bersama Mahesa, Miranda segera membereskan barang-barang bawaanya, ia juga segera membersihkan tubuh Mahesa. Miranda memang mampir ke beberapa tempat sehiangga Ia tiba di kos sudah malam hari. Miranda memilih untuk langsung membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.Tak butuh waktu lama, putra kesayanganya langsung kembali terlelap di kasur, mungkin ia kelelahan. Sementara Miranda malah masih terjaga, wanita cantik itu sudah mencoba mencari posisi yang nyaman dengan cara mengubah posisi tidurnya, namun matanya justru semakin tak bisa terpejam. Hatinya terasa gelisah memikirkan kotak pemberian dari Ratna tadi siang.Miranda akhirnya memutuskan untuk bangun dari ranjangnya dan membuka kotak pemberian dari Ratna. Isinya adalah buku-buku materi kuliah psikologi, tentu saja itu memang buku-buku yang dia butuhkan saat ini. Ia mengambil satu demi satu buku yang ada di dalam kotak tersebut seraya tersenyum senang karena Ratna begitu baik memberikan buku-buku
Rajasa terduduk di meja kerjanya dengan perasaan tak nyaman. Matanya menatap layar laptop dengan serius, ia sedang membaca grafik laporan keuangan perusahaan yang disampaikan staffnya melalui email barusan."Perusahaan sedang tak aman Dev, benar-benar gawat keuangan kita!" Ucap Rajasa pada Devka, staf kepercayaanya."Apakah ada hal buruk, Bos?" Tanya Devka pura-pura peduli, Di dalam hati dia sangat senang mendengar kehancuran perusahaan Rajasa, artinya ia bisa segera membantu Alexa menguasai seluruh perusahaan ini."Yah, perusahaan kita bulan ini rugi besar ditambah kita menerima beberapa komplain dari pelanggan, huft ada apa ini" Ucap Rajasa frustasi."Apakah kamu tidak ingin melakukan audit pada bagian keuangan? mungkin saja ada ketidakberesan di sana!" Ucap Devka dengan meyakinkan."Hm,, bisa jadi! Sampaikan pada bagian keuangan, kita akan lakukan audit sekarang juga" Ucap Rajasa, Devka pun mengangguk mengikuti instruksi dari bosnya. Devka segera meninggalkan ruangan Rajasa dengan
Rajasa berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan jantung yang berdegub kencang. Ia menuju tempat di mana ayahnya di rawat. Perasaanya kini campur aduk tak karuan, di satu sisi ia sedang mengurus perusahaanya yang kacau, di satu sisi sangat mengkhawatirkan ayahnya.Tak jauh dari Rajasa terlihat Mamanya sedang menangis tersedu ditemani oleh seseorang berseragam polisi. Rajasa segera berlari mendekat ke arah mamanya. "Bagaimana kondisi Papa, Mah?" Bu Merry tak mampu menjawab, ia hanya menangis dan langsung memeluk Rajasa. Rajasa pun memeluk mamanya demi membuat wanita paruh baya itu tenang."Tenanglah Mah, Papa pasti akan baik-baik saja" Ucap Rajasa sambil mengelus punggung ibunya."Ayah anda sudah ditangani dan saat ini berada di ruang ICU, demikian juga dengan Pak Hilman, kami juga sudah menghubungi keluarga Pak Hilman untuk memberitahukan kondisinya" Ucap seorang berpakaian polisi yang diketahui bernama Subrata dari name tag yang menempel di bajunya."Bagaimana kronologi terjadinya
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y
Di perjalanan pulang dari kantor polisi, di dalam mobil"Dari mana kamu tahu bahwa bukan Devka yang menculik Mahesa, sayang?" Tanya Rajasa penasaran."Aku tahu dari bagaimana cara dia menyampaikanya dan mimik mukanya. Dari feelingku, Devka memang bukan pelakunya!" Ucap Miranda yakin.Rajasa mengangguk mendengar jawaban istrinya. Dia mempercayai istrinya, toh Miranda adalah calon psikolog, mungkin dia mempelajari bagaimana bahasa tubuh Devka ketika berbicara sehingga membuat Miranda mengambil kesimpulan demikian."Apa rencana Mas Raja untuk Devka dan Alexa?" Tanya Miranda penasaran."Biarkan pengacaraku yang mengurus, saat ini aku ingin fokus mencaari Mahesa dan memastikan anak kita selamat" Ucap Rajasa sambil mengelus kepala Miranda. Miranda mengangguk, ia setuju dengan suaminya. Menurutnya keselamatan Devka adalah hal yang terpenting saat ini.***Sudah lima hari Mahesa menghilang tanpa berita, Miranda tak berhenti menangisi anaknya. Miranda bahkan sampai mengambil cuti dari pekerjaa
"Halo Mas, maafkan Hp aku kehabisan baterai" Ucap Miranda melalui panggilan telepon kepada suaminya, Rajasa."Syukurlah kamu baik-baik saja sayang, Mas sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan Mahesa? Apakah sudah ada info labih lanjut?" Tanya Rajasa pada istrinya."Belum, Mas. Aku sudah meminta bantuan pihak daycare untuk mengecek cctv untuk mengenali siapa orang yang membawa Mahesa. Tapi anehnya cctvnya mati pada saat kejadian" Miranda menjelaskan pada suaminya"Benar-benar sudah direncanakan dengan rapi rupanya!" Gumam Rajasa mendengar penjelasan istrinya."Sayang, Mas sedang dalam perjalanan ke Bandung. Mas sudah tahu siapa yang menculik Mahesa, sekarang Mas justru mengkhawatirkanmu sayang. Carilah tempat yang aman, jangan sendirian!" Ucap Rajasa."Siapa pelakunya, Mas?" Miranda sangat penasaran."Nanti Mas ceritakan semuanya, pesan Mas kamu jangan sendirian. Jaga keselamatan dirimu baik-baik sampai Mas datang sebentar lagi" Ucap Rajasa serius."Baik, Mas" Miranda menuruti apa y
"Halo Miranda? Tumben malam-malam begini telepon, ada apa sayang?" Jawab Rajasa menerima panggilan telepon dari istrinya yang saat ini berada di Bandung."Mas, Mahesa Mas! Mahesa tidak ada di daycare!" Suara Miranda terdengar panik"Maksud kamu tidak ada di daycare gimana Mir? bicara pelan-pelan!" Rajasa ikut panik mendengar kabar dari istrinya."Tadi sepulang mengajar aku kuliah dulu seperti biasa, tapi saat aku hendak menjemputnya pulang selepas kuliah, Mahesa tidak ada di daycare. Katanya sudah dijemput oleh om nya. Pengasuh daycare mengijinkan Mahesa pulang karena menurutnya Mahesa mengenali orang tersebut sebagai omnya!" Miranda mencoba menjelaskan. Saat ini hatinya sudah kalut karena kehilangan anaknya, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Mahesa saat ini."Bagaimana mungkin Mir? Apakah tidak ada petunjuk atau ciri-ciri orang yang membawa Mahesa?" Tanya Rajasa."Dia laki-laki, tinggi sekitar 170 cm dan terlihat sangat akrab dengan Mahesa, begitu info yang diberikan oleh pengasu
Rajasa meremas foto-foto yang barusan ia lihat pagi ini. Emosi Rajasa naik ke ubun-ubun hingga seolah darahnya mendidih melihat potongan-potongan adegan erotis antara Devka dan Alexa. Bukan karena cemburu, melainkan Rajasa merasa dikhianati oleh orang yang sangat dia percayai di kantornya, Devka.Rajasa bahkan tidak menganggap Devka sebagai karyawan, melainkan sebagai keluarganya sendiri. Rajasa tak habis pikir mengapa Devka tega melakukan hal ini, dari sekian banyak perempuan jalang, mengapa harus mantan istrinya yang ia tiduri. "Aargh brengsek kau Devka!" Teriak Rajasa meluapkan amarah pada dirinya sendiri.Entah siapa yang mengirimkan foto-foto adegan tak senonoh antara Devka dan mantan istrinya Alexa ke meja kerja Rajasa, yang jelas hal ini sukses mengaduk-aduk emosi Rajasa hingga ia tak memiliki fokus yang baik untuk bekerja pagi ini. "Apalagi ini Tuhan!" Ucap Rajasa sambil mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan. Ia merasa tak mampu lagi menanggung beban. Setelah kematian