Begitu Gavriel membuka matanya, dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Alberto untuk menyiapkan kontrak kerja Daniella dengan JS Group, dia tidak mau kalau semua pekerjaan Daniella di handle oleh Anthonio. Selesai berbicara dengan Alberto, dia keluar dari kamarnya dan mendapati Daniella sedang duduk di ruang tengah sambil memegang secangkir kopi dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya lagi memegang ponsel, dia seperti mencari sesuatu. "Kau mau kopi?" tanya Daniella saat dia mendengar langkah kaki Gavriel. "Aku juga sudah buatkan sarapan untukmu, setidaknya ada yang harus aku lakukan saat aku nginap di rumahmu," Daniella meletakan cangkir kopinya di meja, dia berdiri dan memberikan ponselnya pada Gavriel. "Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Daniella. Berita tentang Allena dan Gavriel semakin panas, ada begitu banyak penggemar Allena yang memberikan restu pada hubungan Allena dan Gavriel. Gavriel membaca berita di ponsel Daniella, sesekali dia melirik Daniella
Daniella mendengar suara bising dari arah dapur. Tidak mungkin Gavriel yang melakukannya. Sekarang masih jam enam sore dan dia yakin Gavriel pasti masih di Kantor. Pria yang gila kerja itu tidak akan pulang secepat itu. Tadi pagi saat Daniella datang ke JS Group untuk mengurus dokumen kontraknya, dia tidak bertemu Gavriel karena pria itu sedang ada meeting di luar Kantor. "Apa yang sedang kau lakukan?" Teriak Daniella melihat Gavriel sibuk di dapur. Pecahan telur mengotori lantai, potongan sayuran juga bertebaran disana. "Kau ingin menjadikan dapur ini tempat sampah?" Daniella meletakan tasnya di bangku dan melepaskan blezernya kemudian bergegas menghampiri Gavriel. Dia mendorong Gavriel ketika melihat telor yang di goreng Gavriel gosong. "Seharusnya aku tidak perlu kembali jika keadaanya seperti ini.""Kau hampir membuatku jatuh." Protes Gavriel. "Lebih baik kau jatuh dan kepalamu terbentur hingga kau bisa sadar dengan semua kebodohan yang kau lakukan!" "Membuatmu terpikat dengank
Entah sudah berapa lama sejak Gavriel menyuruh orang untuk menghancurkan studio foto milik Dion, kini pria itu sudah berdiri di hadapan Gavriel dengan keangkuhan yang nampak jelas di wajahnya. Dion begitu berani datang menemui Gavriel setelah dia mendapatkan dukungan penuh dari orang-orang yang ingin menghancurkan Gavriel dan Daniella. Selama sepersekian detik, keduanya tidak berbicara dan hanya melemparkan tatapan penuh amarah. "Untuk apa kau datang kesini?" Dion menunduk sebentar kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Gavriel dengan tajam. "Aku dengar, kau dan Daniella akan menikah," katanya. "Aku datang kesini bukan untuk mengucapkan selamat padamu, tetapi aku datang untuk memperingatimu!" "Memperingatiku? Berani sekali kau datang kesini hanya untuk memperingatiku!" "Aku tau semua hal yang sudah kau lakukan, aku tidak akan meminta ganti rugi sepeserpun padamu. Tetapi ... ada satu hal yang harus kau tahu. Jika kau tidak akan pernah menikah dengan Daniella." Gavriel tertawa
Daniella sudah bangun dari tidurnya, namun ia enggan untuk beranjak darisana, dia menyembunyikan wajah dan tubuhnya di balik selimut. Darisana dia mendengar Gavriel sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. Suara Gavriel tetap sama, tidak ada keramahan sama sekali. "siapa yang bisa bertahan dengan tempramen pria seperti itu?" gumamnya. Daniella membuka sedikit selimutnya dan mengintip kearah Gavriel. Matanya mengerjap-ngerjap melihat pria yang semalam mengecup keningnya. Dia berpikir semalam Daniella sudah tidur, nyatanya Daniella masih terbangun dan dia hampir pingsan karena menahan napas. "Apakah mencuri ciuman seseorang itu menyenangkan?" Gumamnya pelan. "Dia selalu mengambilnya diam-diam. Kenapa tidak memintanya dengan baik-baik?" "Aku tau kau sudah bangun Daniella, untuk apa kau mengintip seperti itu?" Gavriel berbicara santai, dia biasa-biasa saja setelah dia mencuri ciuman Daniella semalam. "Bangunlah, aku sudah memesan sarapan untukmu." Daniella terdiam sela
Daniella berjalan diantara para pejalan kaki, dia sengaja turun tak jauh dari lokasi tempat dia janjian dengan Anthonio, karena dia juga ingin mampir ke sebuah toko kue yang cukup populer di daerah itu. Dia memesan sebuah cake untuk Gavriel. "Kenapa jadi aku yang berusaha membuatnya terpikat?" keluhnya. "Apa aku batalkan saja? dia pasti berpikir jika aku menyukainya" pikirnya sambil menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan kembali terdiam. Daniella hendak balik ke toko kue, namun ada sesuatu yang menahan langkahnya. Perlahan-lahan Daniella memutar kepalanya. "Kenapa kau berdiri disini?" tanya Anthonio. "Kau mencari sesuatu?" tanyanya lagi. Anthonio melihat Daniella dari dalam mobilnya, dan dia meminta supirnya untuk menurunkannya disana lalu menghampiri Daniella. Daniella menggelengkan kepalanya. Namun Anthonio merasa Daniella jelas sedang kebingungan, karena beberapa kali dia melihat kearah toko kue lalu menatap Anthonio. "Kau ingin kesana?" tanya Anthonio. Dia menunjuk k
Daniella kembali ke Rumah Sakit dan membawakan cake untuk Gavriel. Dia tiba di kamar rawat Gavriel, namun dia tidak menemukan Gavriel disana. Kemana dia? dia pergi sambil membawa tiang infusnya. Daniella meletakan cake dan tasnya di meja, lalu mencoba mengecek ke Toilet, tetapi disana kosong. Dia menghubungi Gavriel tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Dia mulai cemas, lalu mendatangi bagian administrasi untuk menanyakan kemana Gavriel pergi. Salah seorang perawat disana memberitahu Daniella jika Gavriel sedang pergi ke taman. "Memangnya dia sudah bisa jalan?" Daniella mendecak kesal. Dia pun menyusul Gavriel, dan selama beberapa saat dia sibuk mencarinya. "Ck! kenapa dia tidak menjawab telponnya?" Dia masih mencoba menghubungi Gavriel. Setelah keliling beberapa saat, akhirnya dia melihat Gavriel. Gavriel sedang duduk di sebuah bangku kayu. Pria itu sedang memperhatikan sepasang lansia yang duduk di depannya. Sepertinya, dia mengharapkan masa tua yang indah seperti sepasang lans
Daniella membuka pintu mobil dan keluar. Ia berlari ke pintu penumpang dan membukakan pintu untuk Gavriel. "Pelan-pelan." Katanya sembari menahan kepala Gavriel. Sebenarnya Gavriel sudah bisa bergerak seperti biasanya, namun kecemasan Daniella membuatnya terpaksa tetap berpura-pura kalau dia masih membutuhkan bantuan Daniella, apalagi besok Daniella akan pergi ke Jepang. Kapan lagi dia bisa mendapatkan perhatian Daniella? Pikirnya. Gavriel tersenyum melihat kepeduliaan Daniella padanya. "Besok kau akan pergi ke Jepang, sebaiknya kau pulang saja dan siapkan semua barang-barang yang akan kamu bawa." "Kamu mengusirku? aku juga tau kalau masih ada banyak hal yang perlu aku selesaikan. Tetapi, melihat kondisimu seperti ini, aku tidak tega. Apalagi nanti aku akan berada di Jepang selama dua minggu." "Dua minggu?" Gavriel baru mendengarnya. Sebelumnya ia sama sekali tidak tau jika Daniella akan syuting di Jepang dua minggu. "Kenapa kamu memberitahuku?" "Itu hanya estimasinya saja, kemu
Gavriel melangkah masuk melewati beberapa staff yang menyapanya di lobby. Di belakang Gavriel ada Alberto yang membacakan jadwal-jadwal Gavriel hari itu. Seharusnya, Gavriel masih perlu istirahat di rumah, namun dia memutuskan untuk tetap masuk kerja karena dia takut pikirannya akan selalu fokus pada Daniella. Dia juga harus menghadiri rapat penting dengan beberapa petinggi di JS Group. "Hai... " Allena tersenyum lebar menyapa Gavriel. Gavriel menghentikan langkahnya. Dia menoleh menatap Alberto. "Untuk apa dia kesini? apakah dia masih ada urusan pekerjaan dengan perusahaan ini?" tanya Gavriel. "Tidak ada. Semua urusan pekerjaannya sudah di selesaikan." Allena menggerakan langkahnya menghampiri Gavriel. Dia mengangkat sebelah tangannya dan menyapa pria itu. Gavriel memandangnya dengan kesal, dia tau tujuan Allena datang kesana tentu saja untuk membuat rumor baru, yang mungkin akan dia gunakan untuk membuat pertengkaran dan kesalahpahaman antara Daniella dan Gavriel. Disana a