Namanya Savanna Halinna Putri, model profesional yang yang awal karirnya dimulai dari kontes Elite Model Look Indonesia. Singgah di hampir semua kota dunia, New York City, Lost Angeles dan pusat mode dunia seperti Perancis, London, Milan. Senyum dan paras cantiknya menghiasi baner, sampul dan televisi diseluruh dunia. Status single, meski bangsawan Inggris Edward Ferguson bertekuk lutut padanya. Diantara gemuruh tepuk tangan dan musik di runway Savanna merasa sepi dan kosong. Sisi hatinya merindukan seseorang seperti bayang-bayang yang tak pernah tersentuh sampai suatu hari.....
"Aku tak akan menerima bayaran dari acara itu, kamu jangan memanfaatkan namaku Alin..." Savanna mendengkus kesal.
"Kehadiranmu akan mengundang para wartawan untuk meliput acara itu..." bujuk Alin.
" Ini bukan peragaan busana Alin, tolong mengertilah..."
"Aku tahu, apapun acaranya kamu tetap bintangnya. Menyantuni anak yatim itu penting, bukankah kau juga sering melakukannya....?" Alin tersenyum merajuk, penuh bujukan. Manager yang pantang ditolak idenya.
"Ya, tapi tak perlu diliput media. Tidak semua hal harus komersil Alin."
Savana berdebat dengan Alin managernya, menolak acara buka bersama dengan seribu anak yatim dengan pejabat ibu kota. Ia model profesional, tak pantas rasanya memanfaatkan kepopulerannya ditengah para anak yatim, apalagi dibulan Ramadhan. Savanna menolak managernya terlibat dengan acara itu, kecuali tanpa bayaran!
"Ibu Rasti menaikkan bayaran dua kali lipat karena penolakanmu..." Alin senyum penuh misteri, hanya dirinya yang tahu apa yang tersembunyi dibalik senyum itu.
"Siapa ibu Rasti...?" Savanna mengerutkan keningnya.
"Istri pejabat, acara amal ini dia pengelolanya."
"Alin, please..." Savanna kehilangan akal menghadapi managernya, Alin tak mudah dibantah.
"Abaikan dulu perasaanmu, aku tidak mungkin melibatkanmu dalam acara yang salah" tegas Alin.
"Kamu tidak bisa menerima penolakan Alin?" Savanna menghembuskan nafas kasar, kesal!
"Sudah, serahkan acara ini kepada kami seperti biasanya. Bagaimana, deal..?" Alin menjabat Savanna dengan senyum misterius, seorang manager tahu apa yang harus dilakukan dibanding modelnya.
"Deal tanpa bayaran, ini acara amal bukan..?" Savanna menerima uluran tangan dengan kesepakatan.
"Bagaimana lima kru yang bersama kita, tidakkah butuh bayaran...?" tanya Alin.
"Kau hubungi Monika, nanti aku yang tandatangan kwitansinya untuk pembayaran lima kru tersebut..." Monika adalah bagian keuangan managemen-nya.
"Bagamana jika bayarannya tetap kita terima, nanti kita sumbangkan ke yayasan yatim yang diùndang setelah dikurangi biaya operasional" usul Alin.
"Dasar otak bisnis, kau tahu cara mengendalikan orang...." Savanna menyerah, meninggalkan Alin dengan tergesa.
Alin hanya nyengir kuda, ia bukan manager kemaren sore, sepak terjangnya telah melahirkan sederet model dan artis profesional tentu saja ia tak begitu saja menyerah menghadapi Savanna sekalipun telah menjadi model profesional!
*****
Ketika Savanna dan krunya datang acara segera dimulai, semua yang datang memakai baju putih, anak-anak yatim tampak rapi duduk ditengah dengan ketua yayasan masing-masing. Alin dan Savanna diberi tempat duduk disamping ibu Rasti istri pejabat ibu kota, ibu setengah baya itu tampak anggun dengan busana putih yang dikenakannya. Busana rancangan desainer muslim Kanaya, seperti busana yang dikenakan Alin dan dirinya saat ini. Tentu saja, karena saat ini Savanna adalah brand ambassador desainer Kanaya Colection. Gadis muda briliant dengan prestasi mengagumkan.
Setelah membacakan rundown acara MC memperkenalkan nama Qori dan grup nasyid diatas panggung. Muhammad Thoriq Al-Farisi. Qori pemenang MTQ tahun lalu jebolan Universitas tertua didunia, Al-Azhar Kairo.
Hadirin hening, suara Qori membiusnya. Tartilnya begitu penuh dinamika, kadang lantang, lembut mendayu. Sepasang bola matanya kadang terpejam, menghayati surah yang dibacanya. Surah Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih. Dada Savanna bergetar, sebutir bening menetes ke pipinya. Entah sudah berapa lama ia tak mendengar lantunan Al-Quran seperti ini. Iramanya tergantikan oleh hingar bingar musik dirunway mengiringi peragaan busananya.
Muhammad Thoriq Al-Farisi, suara beningnya membawa kedamaian buat siapapun yang mendengarnya. Dia melantunkan surah tanpa membaca, menunjukkan dia seorang penghapal Al-Quran. Wajahnya bersih dengan cambang rapi dikedua pipinya. Wajahnya perpaduan Indonesia-Arab dengan postur kekar proporsional, ia lebih pantas menjadi model dibanding seorang Qori. Profesi yang tidak populer untuk anak muda masa kini.
Usai membaca Al-Quran pemuda itu melanjutkan lantunan Lau Kana Bainana Al Habib, jika Nabi Muhammad tercinta bersama kita. Saat menyebutkan kata "Ya Habib" suaranya begitu mesra, senyumnya begitu manis. Seseorang yang sangat merindukan Rosulullah. Dada Savanna berdesir, selama ini belum pernah hatinya tersentuh seperti yang dirasakannya saat ini.
"Sav, tundukkan pandanganmu..." bisik Alin disampingnya, sedikit geram karena sepasang mata modelnya tak berkedip menatap Qori diatas panggung.
"Dia juga melihatku Alin...." Savanna membela diri, tatapan itu membiusnya dan membuatnya kecanduan. Seoerti menikmati coklat hangat Belgia, lagi dan lagi.
"Dia melihat semua orang yang hadir, saat ini dialah bintangnya......" Alin gemas dengan jawaban modelnya.
"Alin....aku belum pernah melihat orang seperti dia..." Savanna tak mampu menutupi kekaguman-nya. Cara dia bersalaman dengan orang tua dan kiai sepuh membuatnya terharu, ia mencium tangannya dengan takjim. Terlihat jika pemuda itu sangat menghormati orang tua, hati Savanna langsung meleleh.
"Sav, banyak peragawan yang lebih tampan dari dia di dunia model...." lanjut Alin sedikit kesal, melihat pandangan modelnya tak beralih dari sosok pemuda itu.
"Tentu, tapi tak ada yang seperti dia..." Subhanallah, Kau ciptakan mahluk seindah dia dan suara tartilnya..." Savanna bergumam, mengagumi Qori diatas panggung.
"Pemuda pembuka pintu surga...." ibu Rasti tersenyum kecil menatapnya, ia juga seperti Alin melihat model yang duduk disebelahnya tak berkedip menatap Qori diatas panggung.
Pipi Savanna merona, tatapannya tertangkap oleh ibu Rasti. Seperti Alin, pastinya bu Rasti juga melihat dirinya sering mencuri pandang pada Qori diatas panggung itu.
"Siapapun calon istrinya pastinya wanita yang sangat beruntung didunia..." puji bu Rasti
"Siapa calon istrinya ibu...?" Savanna bertanya tanpa sadar, reflek menutup mulutnya. Alarm di kepalanya terlambat memberikan kontrol, bu Rasti hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaannya.
"Banyak orang tua yang meminangnya menjadi menantu..." lanjut bu Rasti.
"Pemuda yang sangat beruntung..." Savanna menarik nafas berat, apakah ibu mengenalnya?"
"Tentu saja, ibu sering bersana dia dalam setiap acara amal. Apakah kau tertarik padanya? Ibu bisa memperkenalkanmu padanya jika mau...."
"Siapa yang tidak tertarik masuk surga ibu.." jawab Savana simbolis.
Selama menjadi model banyak lelaki mendekatinya, dari peragawan, pengusaha, terakhir Sir Edward bangsawan dari Inggris tapi belum ada yang mampu menggetarkan hatinya seperti saat ini. Savanna menginginkan laki-laki sholeh, seseorang yang bisa membimbing dirinya kearah yang lebih baik, agar kehidupan rumah tangganya kelak tak seperti kedua orang tuanya.
"Saya pengagum anda, busana dari batik tulis, casual, houte couture dan baju muslim banyak dijadikan refrensi oleh teman-teman sosialita saya..." lanjut bu Rasti.
"Terima kasih ibu, itu baju muslim pertama yang saya peragakan. Sampai hari ini saya masih merasa belum pantas menjadi peraga baju suci itu...." Savanna merendah.
"Lihat baju yang saya kenakan, sekuel dari yang diperagakan mbak Savanna minggu lalu...." bu Rasti membanggakan busananya.
"Terima kasih ibu, tentunya Kanaya Colection sangat terhormat ibu menjadi konsumennya."
"Alhamdulillah, Kanaya Colection kebanjiran order sejak bajunya diperagakan oleh mbak anda."
"Terima kasih ibu..." ibu Rasti adalah istri pejabat yang sangat ramah, Savanna sangat beruntung mengenalnya. Ia menyesal tadinya menolak acara ini, untung Alin membujuknya. Alin adalah manager terbaik saat ini, meski kadang berdebat tapi Alin adalah sosok yang profesional dibidangnya.
Acara masih berlangsung, Mohammad Thoriq masih berdiri dipanggung berdampingan dengan bapak pejabat dan dua kiai sepuh. Acara pembagian bingkisan kepada ketua yayasan panti asuhan dan seratus anak yatim berprestasi.
"Temani saya bagi bingkisan ya..." ajak bu Rasti.
"Baik bu."
Savanna berjalan mengikuti bu Rasti, dipanggung ia berdiri bersebelahan dengan Muhammad Thoriq. Sekilas mereka bertatapan, pemuda itu tersenyum padanya dan Savanna membalasnya. Hawa panas menjalari tubuhnya, grogi. Seperti pertama kali naik panggung. Tengkuknya merinding mendapatkan tatapan dari pemuda itu, seperti gadis ABG yang pertama kali jatuh cinta.
Wartawan berdesakan ingin meliput paling depan. Acara amal dan anak yatim tenggelam oleh kehadiran Savanna Halinna Putri, model profesional yang lagi naik daun. Wajah Bu Rasti dan Muhammad Thoriq ikut tersorot kamera, menghiasai layar teve dan medsod. Acara pembagian bingkisan kepada anak yatim selesai seiring adzan maghrib berkumandang, mereka dibagi takjil untuk berbuka puasa.
"Matamu selalu lapar ingin melihat Qori itu, kendalikan dirimu" kritik Alin dengan suara pedas!
"Alin....please.." Savanna tak rela menerima kritikan seperti itu.
"Kamu model terkenal dan paling mahal saat ini, jangankan Qori seperti dia Mr. Edward yang bangsawan Inggris pun bertekuk lutut padamu" lanjut Alin.
"Dia berbeda Alin, kamu tak akan mengerti..." Savanna terus membela diri.
"Dia seorang Qori, ingat itu..." nasehat Alin.
"Apa maksudmu dengan kata-kata itu...?" Savanna mengerutkan keningnya karena sudah lebih dari satu kali Alin mengulang kata itu.
"Profesinya berbeda denganmu, bagai bumi dan langit" tegas Alin.
"Alin, kamu mengurusi pekerjaanku. Bukan privasiku...." protes Savanna.
"Kehidupannya berbeda denganmu, kamu akan mengalami banyak kendala jika nekat bersamanya..." lanjut Alin tanpa perduli peringatan Savanna.
"Prediksimu terlalu jauh Alin, belum tentu dia suka padaku. Dia pemuda sholeh, permata dunia. Apalah aku ini..." Savanna merendah, hatinya menciut melihat penampilan pemuda penghapal Al-Quran itu.
"Kamu idola dear, pesonamu sulit ditolak kaum adam..."
"Mungkin buat orang lain tapi tidak untuk pemuda itu. Alin, jika aku mendapatkannya aku tak akan.pernah melepasnya" tekad Savanna.
"Aku sangat menghawatirkan perkembangan mentalmu dear.." 'dear' adalah sebutan Alin untuk Savanna dalam situasi khusus.
"Kau seperti mama, selalu menghawatirkanku. Terima kasih managerku tapi aku bisa menjaga diriku sendiri..." Savanna tersenyum mencibir.
"Kau tahu mama-mu, kau adalah nyawanya dan dia telah menitipkanmu padaku..." Alin tersenyum menang.
"Termasuk lelaki mana yang pantas bersamaku...?" sepasang mata Savanna membulat sempurna, menatap Alin menyelidik.
"Tepat" Alin menjentikkan jempolnya dengan jari telunjuk sambil tersenyum misterius.
"Kukira kamu mulai gila Alin..."
"Kalau tidak gila pasti aku sudah berhenti jadi managermu, kau susah diatur..." Alin nyengir kuda.
"Alin separah itukah penilaianmu tentangku..?" protes Savanna.
"Seminggu yang lalu, betapa kerasnya kau menolak acara ini...?" Alin menatap mencibir, menyindir modelnya yang seakan tak mau beranjak dari tempat acara.
"Maafkan aku Alin, kamu memang bliliant. Top Score" Savanna mengacungkan jempolnya, memuji managernya yang briliant.
"Karena membuatmu bertemu dengan Qori itu...?" cibir Alin.
"Alin, kenapa kamu selalu menyebutnya dengan Qori itu..." tak urung pipi Savanna merona, hatinya berbunga. Ruang kosong dihatinya seperti menemukan isinya.
"Qori itu...terlalu sederhana untukmu...."
"Orang kaya sudah banyak Alin, aku butuh orang sederhana untuk memperbaiki diriku..." Savanna tak mau kalah.
"Terserah kaulah..." Alin kesal, menghentakkan kaki lalu meninggalkan modelnya yang keras kepala!
Ketika acara usai bu Rasti menepati janjinya, beliau membawa Qori itu berkenalan dengannya. Pemuda itu tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya di dada sebagai salam perkenalan, tentu saja lelaki seperti dia tak akan menjabat tangan seorang wanita yang bukan muhrim-nya!
*****
Assalamualaikum, Dear Reader mohon memberikan vote sebagai partisipasi. Terima kasih atensinya.
Paris Fashion Week adalah peragaan busana bergengsi di kota penuh romansa cinta, Marta Ika adalah desainer muda tanah air yang ikut meramaikan ajang bergengsi bersama lima model terkenal ibu kota. Rancangannya yang eksklusif memamerkan busana houte couture bertema budaya dayak dan kalimantan, warna lembut dan magic mendominasi hasil kreasinya. Indonesia adalah surga buat para kreator adi busana, keaneka-ragaman budayanya adalah inspirasi tiada akhir buat mereka yang kreativ.Houte Couture merupakan teknik pembuatan pakaian tingkat tinggi yang dibuat khusus untuk pemesannya, menggunakan bahan kualitas terbaik, teknik jahitan tingkat tinggi dan dihiasi detail yang dikerjakan dengan tangan hingga memerlukan waktu cukup lama dalam penyelesaiannya. Busana houte couture tidak memiliki "price tage" atau harga pasti. Tagihan terakhir dihitung meliputi setiap bahan yang dipakai dan lama pengerjaannya. Houte couture hanya milik bangsawan, kaum the have yang tidak perduli berapa biaya y
Mesir adalah eksotisme yang menyimpan sejarah keabadian masa lalu dan masa kini. Sungai nil memiliki kisah tentang kekafiran seorang raja dan ketaatan seorang nabi hingga tanda-tanda akhir zaman. Kairo adalah kota yang menuliskan tinta emas kecerdasan umat islam saat bangsa lain masih bergelut dengan tahayul dan kurafat lewat Universitas Al Azhar yang tegak hingga kini, bukti tak terbantahkan dari kejayaan gemilang pendidikan islam. Mesir, setiap jengkal tanahnya menyimpan peristiwa dan sejarahnya sendiri. "Disinilah aku, Muhammad Thoriq Alfarisi, mahasiswa S2 semester terakhir dari Universitas tertua di dunia, Al Azhar Kairo!""Astagfirullahaladzim..." Thoriq terbangun dari tidurnya dengan peluh membasahi dahinya.Sudah tiga kali ini gadis itu hadir dalam mimpinya sejak Thoriq menjadi mahasiswa di Al.Azhar Cairo. Ada debar didadanya, romantisme yang hadir dari sebuah dimensi yang sangat jauh. Tak tersentuh namun terhubung lewat rasa. Sepasang bola matanya yang coklat
Angin pancaroba begitu kering, daun-daun menguning lalu berguguran satu persatu kebumi. Savanna membuka filtrase, menatap dedaunan yang digoyangkan angin. Bergerak bebas, mengikuti irama alami semesta.Alin memegang pelipisnya dengan nafas seperti pemburu, mondar-mandir dan tak bisa duduk tenang sementara Savanna duduk dikursinya dengan menggigit jempolnya. Ditutupnya layar ponsel dengan gelisah."Tamat riwayat kita Sav, hampir semua majalah mode ibu kota memuat foto peragaanmu di Paris dan dikaitkan dengan brand ambassador-mu di Kanaya Colection" Alin mondar-mandir di ruangan seperti orang hilang akal, membuat suasana menghangat meski AC menyala sempurna."Kanaya sudah menelfonku Alin..." Savanna tertular kepanikan Alin."Apa yang di katakannya...?" wajah Alin kusut masai."Kanaya itu santun tapi tegas Alin, lebih baik kita menemuinya dan mengaku salah aja..." saran Savanna."Jika dia menuntut dan melaporkan kita wanprestasi bisa kacau semuan
Mama, Savanna memeluk wanita itu erat, mencium tangan dan kedua pipinya lembut. Wanita ini menunggu kepulangannya dan selalu menunggu tanpa kenal lelah! Mungkin ia sering melupakannya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat karena masalahnya namun cintanya tetap sempurna meski tak terbalas sepadan dengan pengorbanannya. Mama adalah nafas kehidupannya, dia telah memberikan hidupnya hingga hari ini. Semua kerja kerasnya bahkan darah dan air matanya telah mengantarkannya dari seorang model amatir hingga menjadi model profesional seperti sekarang. Dunia gemerlap bertabur warna-warni bunga, separuh mimpinya telah diraih di profesi ini meski separuhnya lagi lenyap terkubur waktu. Kehidupan seperti dua sisi mata uang, satu dan lainnya memiliki perbedaan yang kontras.Dulu tiap jam 06.30 Mama mengantarnya sekolah di Al Azhar 40 dan menjemputnya pada jam 16.30, sekolah full day. Pulang sekolah mandi, sholat maghrib, makan malam, sholat isya berjamaah, tadarus Al Quran terakhir tidur.
Mama, Savanna memeluk wanita itu erat, mencium tangan dan kedua pipinya lembut. Wanita ini menunggu kepulangannya dan selalu menunggu tanpa kenal lelah! Mungkin ia sering melupakannya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat karena masalahnya namun cintanya tetap sempurna meski tak terbalas sepadan dengan pengorbanannya. Mama adalah nafas kehidupannya, dia telah memberikan hidupnya hingga hari ini. Semua kerja kerasnya bahkan darah dan air matanya telah mengantarkannya dari seorang model amatir hingga menjadi model profesional seperti sekarang. Dunia gemerlap bertabur warna-warni bunga, separuh mimpinya telah diraih di profesi ini meski separuhnya lagi lenyap terkubur waktu. Kehidupan seperti dua sisi mata uang, satu dan lainnya memiliki perbedaan yang kontras.Dulu tiap jam 06.30 Mama mengantarnya sekolah di Al Azhar 40 dan menjemputnya pada jam 16.30, sekolah full day. Pulang sekolah mandi, sholat maghrib, makan malam, sholat isya berjamaah, tadarus Al Quran terakhir tidur.
Alin menghampiri Savanna dengan senyum lebar, memeluk dengan gembira seperti seseorang yang baru mendapatkan hadiah kemenangan. Savanna menyambutnya dengan suka cita walau belum tahu pasti apa yang membuat wanita itu begitu gembira hari ini."Sav, apakah kau sudah mendapatkan telepon dari Kanaya...?" Alin tersenyum simpul, wajahnya seperti matahari baru terbit, cerah!"Belum, mungkin cukup menghubungimu" Savanna menaikkan sebelah alisnya melihat eforia Alin."Bisnisnya kembali normal, mereka yang membatalkan pesanan minta dikirim ulang bahkan dua kali lipatnya. Statement-mu berhasil, aku bangga padamu" Alin melompat gembira, seperti gadis kecil yang baru mendapatkan kembang gula kesukaannya."Alhamdulillah, akhirnya kita bisa melewati rintangan itu Alin...." Savanna mengucap syukur, alhamdulillah."Ini berkat konfrensi pers kemaren, kalian berdua benar-benar wanita single yang hebat.." Alin mengacungkan jempolnya."Alin, rencananya pagi ini
Milan Fashion Week menghadirkan berbagai koleksi pakaian dari brand ternama. Beberapa di antaranya adalah Gucci, Prada, Fendi dan Giorgio Armani. Savanna bergabung dengan desainer Vino Bastian, brand fashion yang memiliki spesialis busana unik. Tak hanya itu Vino juga memproduksi parfum, sepatu, dan aksesori kulit dengan brand 'Unique Colection' yang turut serta meramaikan pekan mode Milan. Brand pakaian Vino banyak diminati dan menjadi daya tarik penonton karena koleksinya dipadu dengan seni lukis yang sangat halus, terinspirasi suasana hutan dipagi hari, sejuk dan nyaman dengan sedikit sinar mentari. Usai peragaan busana Alin menggoda Savanna yang sedang bicara lewat telepon dengan Muhammad Thoriq, meski kurang setuju hubungan mereka tapi Alin ikut senang. Savanna terlihat lebih bersemangat dalam bekerja, wajahnya selalu dihiasi senyum bahagia. Dulu hanya ibunya yang sering telepon, sekarang bertambah dengan pujaan hatinya. Alin hanya menggelengkan kepala melihat mod
Savanna berada di ruang kerja Alin ketika seseorang ingin menemuinya, Alin sedang ke Surabaya karena ada keperluan keluarga mendadak. Savanna mengerutkan keningnya ketika sekretaris Alin mengetuk pintu dan membawa seorang ibu dengan baju muslim. Wajahnya tampak anggun dan cantik, hidungnya mancung dengan wajah blasteran arab. Mendadak jantung Savanna berdetak lebih cepat, jangan-jangan....? "Assalamualaikum.." wanita itu mengulurkan tangannya ramah. 'Waalaikumsalam..." Savanna sibuk berpikir, apakah ia pernah mengenal wanita ini? Penampilannya tampak rapi dan berkelas, bau parfum lembut menguar dari tubuhnya. "Perkenalkan, saya Umi-nya Muhammad Thoriq Al-Farisi" wanita itu mengulurkan tangannya, memberi salam. Senyumnya dan wangi parfumnya yang lembut menunjukkan dimana kelas sosialnya, Savanna menyambut uluran tangan memberi salam dan membalas senyum wanita itu ramah. "Selamat datang ibu, silahkan duduk" Savanna tergagap, tak menyangka akan kedatanga
Ilham mondar-mandir diruang tamu, Edward menemuinya dan meminta tolong sebagai mediator pertemuannya dengan Thoriq. Tentu saja Ilham tak bisa menolak, ketika Edward menjadi mualaf dirinya adalah guru pembimbingnya bahkan ia menuntunnya hingga kini atas permintaan Savanna. Posisinya serba sulit, untungnya Thoriq tak pernah bertanya apa-apa. Ilham sungguh kagum akan kebesaran hati Thoriq, ia mengijinkan Ilham menjadi pembimbing Edward. Meski masih bingung Ilham mengabulkan permintaan Edward, dipanggilnya nomor Thoriq."Assalamualaikum, apakah kau sedang sibuk?" tanya Ilham basa-basi, bingung untuk memulai."Tidak, ada yang bisa dibantu Ilham?" Thoriq mengerutkan keningnya, aneh mendengar suara Ilham yang terdengar gugup."Seseorang datang kerumahku dan ingin bertemu denganmu, aku berharap kamu segera datang..." Ilham meminta sahabatnya untuk datang kerumahnya."Seseorang, bisakah kau sebutkan namanya?" Thoriq penasaran, tidak biasanya Ilham bermain ra
Ilham menatap berkeliling, beberapa tukang menyelesaikan finishing rumah tinggal Thoriq. Pak Sardi tersenyum senang melihat gambar bestek yang tak berubah, sesuai desain nona Savanna.Beberapa komponen dasar interior sudah dipasang terutama untuk dapur dan kamar mandi. Meja dapur dilengkapi dengan wastafel dan keran sudah terpasang. Pada tahap akhir ini, pekerjaan interior dapur dapat dilanjutkan dengan pekerjaan yang berkaitan dengan perkayuan dan aksesorisnya seperti lemari dan kabinet. Serta berbagai detail interior yang diperlukan mulai dari lampu dan lampu hias, wallpaper dan lain sebagainya."Apa yang terjadi denganmu?" Ilham menatap sahabatnya, prihatin."Tidak apa-apa, aku hanya belum beruntung saja.""Dan menenggelamkan dirimu disini?" Ilham tersenyum sinis, tak dapat mengendalikan diri. Sejatinya ia hanya tak ingin melihat sahabatnya menderita tapi laki-laki dihadapannya ini terlalu keras kepala diperingati, mungkin kepalanya harus terbentur
Menikah itu membuat ikatan dan janji bukan hanya dengan pasangan tapi juga dihadapan manusia dan Allah. Dan ketika melakukan pernikahan sesungguhnya kalian telah melaksanakan separuh dari agama Islam. Bagaimana mungkin Savanna sanggup meninggalkan Edward dan harapan keluarganya...? Sementara hari pernikahannya tinggal menghitung hari, seminggu bukan waktu yang panjang kini Savanna tak lagi bisa berlari. Dua kakinya seperti terikat oleh rantai yang berbeda!Rasanya ingin tidur lebih lama agar ketika bangun masalahnya selesai dan tak mengingat apa-apa tapi pikirannya tak mau diajak tidur. Membayangkan persiapan pernikahannya dengan Thoriq membuat air matanya merembes membasahi kedua pipinya, rasanya kepalanya seperti terbentur memikirkan itu. Jangankan untuk berkata, melihat tatapan Thoriq saja Savanna tak sanggup. Betapa Thoriq telah melakukan banyak hal untuk pernikahan ini, Savanna malu mengingat ini. Saat semua impiannya berada didepan mata ia terhalang oleh rasa yang tak d
Savanna hanya menangis melihat keadaan Edward, lelaki gagah dan baik hati yang dikenalnya tidak terlihat lagi. Tubuhnya terbungkus perban dan dalam keadaan koma selama 10 hari.Senyum menggodanya mungkin tak akan dilihatnya lagi, Edward selalu ada untuknya juga saat dirinya dalam keadaan terpuruk ketika Thoriq membuangnya. Walaupun Savanna belum bisa melupakan kemarahannya atas kejadian di Tiger Top Nepal tapi sudah memaafkannya, tak ada gunanya menyimpan dendam karena dendam hanya membuat jiwanya sakit."Dia kehilangan semua ingatannya bahkan tak mengenal kedua orang tuanya, satu-satunya yang dia ingat hanya namamu. Savanna Halina Putri, dia sangat memujamu hingga ingatan tentangmu terbawa dialam bawah sadarnya..." Hanny Hananto menahan isak, ditatapnya Edward yang terbaring dengan pandangan sedih. Sahabat terbaiknya dimasa kuliah itu kini terbaring tak berdaya, betapa cepatnya waktu mengubah segalanya. Hanny mengingat dosanya saat di Tiger Top Nepal rasanya
Persiapan pernikahan membuat orang seluruh rumah sibuk termasuk keluarga Thoriq, terlihat Mama dan Umi sangat bahagia. Mereka sering bertemu dan membahas masalah yang sama. Savanna menangis menyadari kebodohannya, bagaimana mungkin dirinya satu selimut dengan Edward pada malam itu...? Mengingat itu perutnya melilit dan kepalanya terasa berputar. Seseorang mengetuk pintu kamarnya, Thoriq!"Kakak..." Savanna terperanjat, seperti melihat mahluk lain ia langsung memegangi pelipisnya."Wajahmu pucat dan terkejut melihatku, kenapa?" Thoriq menatapnya dengan dahi berkerut."Ya sedikit pusing, mungkin kelelahan. Kakak ada perlu denganku?" pertanyaan konyol, kalau tidak perlu tentu saja tidak mengetuk pintu kamarnya. Savanna menghembuskan nafas panjang, terlihat berat."Tadinya mau fitting busana penganten tapi kalau masih sakit gak papa kok, masih bisa ditunda. Kamu istirahat saja" Thoriq tersenyum maklum meski hatinya terus bertanya-tanya, sejak pulang dar
Menikah dengan Muhammad Thoriq adalah impian Savana sejak bertemu dengannya di Kairo. Meraihnya dengan perjuangan dan menggenggamnya dengan pengorbanan telah dilakukan tanpa henti. Thoriq layak mendapatkan semua itu karena penghormatannya terhadap Umi dan keberhasilan menjaga kehormatannya sebagai pemuda muslim. Mengingat semua ini Savana merasa kecil dan tak berharga, harusnya wanita itu lebih bisa menjaga diri dibanding laki-laki. Hanny Hananto menjenguknya dirumah sakit, wajahnya terlihat layu tak seperti biasanya. Ia seperti ikut larut dalam rasa sakit yang diderita modelnya, gadis Indonesia dengan sepasang bola mata bulat dan warna kulit coklat eksotik. Savana sangat berbeda, bekerja sama dengannya membuat bisnis batik tulisnya terus merangkak di grafik penjualan tertinggi selama setahun. Jika mungkin ingin dikontraknya Savana untuk produk batik tulisnya hingga lima tahun kedepan, namun untuk kontrak dua tahun yang di New York City saja belum ada respon. Banyak model la
Bandara Tribhuvan Kathmandu-Nepali, Savana beruntung landing di pagi hari.Matahari bersinar cerah sehingga bisa menikmati pemandangan Pegunungan Himalaya yang menakjubkan, salah satu nilai jual Nepal. Rasanya penat perjalanan Milan-Nepal 12 jam terbayar sempurna. Pegunungan Himalaya memanjang hingga kurang lebih 2.400 km, mulai dari Nanga Parbat yang berada di sebelah barat hingga Namche Barwa di sebelah timur. Dengan lebar yang bervariasi antara 250-300 km, pegunungan ini terdiri dari 3 barisan pararel dengan ketinggian yang berbeda. Pegunungan ini muncul akibat adanya tumbukan antar lempeng tektonik sehingga menghasilkan deretan pegunungan tinggi non vulkanik. Di ketinggian sekitar 6.719 Mdpl, tepatnya di sisi sebelah barat terdapat Valley of Flowers, sebuah lembah yang sangat luas dengan pemandangan yang menawan. Hamparan bunga yang bermekaran berpadu dengan hijaunya dedaunan menjadi oase di tengah perjalanan yang melelahkan. The Kathmandu Valley yang bera
Nepal Wonders of the World, Nepal adalah keajaiban dunia. Hanya mempunyai luas wilayah 0,1% di bumi tetapi memiliki keaneka ragaman hayati yang terkaya di dunia. Nepal dilaporkan memiliki daratan berumput tertinggi di dunia, yang berada di Chitwan. Mempunyai 5980 spesies tanaman bunga yang mencakup 2,4% dari total tanaman bunga di dunia, lebih dari 360 spesies anggrek dan 250 spesies tanaman bunga endemik di Nepal tidak bisa ditemukan di tempat lain. Nepal mengisi imaji mereka yang mencari makna hidup dan bertualang. Nepal adalah Kathmandu, dan Kathmandu adalah Thamel. Thamel sebuah jantung kota yang berdetak kencang, memompa darah kota ini dengan kerlap-kerlip bintang di langit malam. Keindahan dan misterinya menyatu dalam kebudayaan dan cara hidup penduduk Nepal. Edward menatap langit malam, Nepal membuatnya takjub. Kerasnya dunia bisnis tak terasa oleh keindahan alam Nepal. Diusianya yang ke-30 tahun Edward sudah mendapatkan apapun yang diinginkan oleh separuh populasi la
Rumah bukan hanya sebuah bangunan untuk ditinggali bersama tapi sebuah tempat untuk setiap orangmemiliki alasan untuk pulang, merangkai kisah dan menulis dengan tinta emas kehidupan dari awal hingga maut menjemput pada batas waktu yang telah ditentukan. "Jadi ini rumah Muhammad Thoriq...?" hati Savanna bergetar ketika memasuki gerbang rumah besar kekasihnya. Selama dua tahun mengenal belum pernah Savanna diajak kerumahnya tapi kini ia menerima undangan langsung dari pemilik rumah, Umi Azizah. Rumah menunjukkan pribadi penghuninya, rumah ini adalah perpaduan gaya Arabian dan Tropis. Halaman luas dengan tiang-tiang bangunan yang tinggi dan kokoh, sebagian temboknya dari bata expose dan lempeng batu kali, terkesan unik khas rumah tropis. Jendela dan pintunya besar-besar dengan cat berlapis gold khas Arab dan bernuansa islami. Tamannya luas, asri dengan rumput hijau dan beberapa pohon buah seperti mangga Mahatir yang berbuah besar, belimbing dewi dan jamb