"Yasudah, kalau begitu, kita lakukan saja malam ini?""Kamu serius?"Vanilla mengangguk yakin.Wildan membuka cepat selimut yang tadi menutupi tubuhnya dan langsung memposisikan tubuhnya di atas Vanilla. Menindih tubuh sang istri.Tatapan keduanya kembali beradu dengan jarak wajah mereka yang begitu dekat saat itu.Vanilla bisa merasakan debaran jantungnya yang semakin menggila tatkala wajah Wildan yang perlahan kian mendekat ke wajahnya.Wildan tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Apalagi harus berbasa-basi busuk!Hingga kemudian, lelaki itu langsung melancarkan aksinya dan mulai menyatukan bibirnya dengan bibir Vanilla, melumatnya perlahan.Ini memang bukan ciuman pertama mereka, hanya saja rasanya lebih nikmat dari ciuman-ciuman mereka sebelumnya.Suara decak pertemuan antara dua bibir yang menyatu dan desahan nikmat keluar dari mulut Wildan yang begitu menikmati rasa manis dari bibir Vanilla mulai terdengar.Wildan hendak menarik gaun tidur Vanilla ke atas ketika Vanilla tiba-ti
SATU BULAN KEMUDIAN...Manusia memang boleh berencana, namun yang tetap menentukan hasil akhir adalah Tuhan Sang Maha Pencipta.Dua hari selepas Vanilla dan Aryan menjenguk Kenari dan Linggar di rumah sakit khusus Tahanan penderita gangguan jiwa, kedua tahanan tersebut dinyatakan meninggal dalam waktu yang bersamaan di dua lokasi yang berbeda, namun masih sama-sama di area lapas.Kenari yang jasadnya ditemukan di salah satu bilik toilet khusus wanita di dalam lapas dengan dugaan kuat bahwa Kenari sengaja membunuh dirinya sendiri dengan cara gantung diri.Sementara jasad Linggar yang ditemukan dalam keadaan tubuh yang kaku dan mulutnya yang berbusa di area gudang belakang lapas.Di sisi lelaki itu terdapat sebuah racun serangga yang diduga kuat digunakan Linggar untuk membunuh dirinya sendiri.Kejadian itu cukup menggemparkan pihak lapas termasuk seluruh keluarga yang ditinggalkan.Tak terkecuali Vanilla dan Aryan.Hanya saja, keduanya memang sudah mengikhlaskan, terlebih memaafkan atas
"Tanda tangani ini sekarang!" Perintah seorang pria berjas hitam dengan tatapan tajamnya. Suaranya yang datar terkesan mengintimidasi.Pria itu menatap wanita dengan wajah pucat yang terbaring di brankar ruang rawat sebuah rumah sakit elit di pusat Jakarta.Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya."Ini pulpennya, Nona," ucap pria tadi seraya menyodorkan sebuah pulpen tepat di depan wajah Vanessa. Wajah yang terus berpaling darinya. Melihat keangkuhan Vanessa, sebuah seringai miring terbit di wajah tampan pria itu."Lelaki brengsek! Kamu yang sudah meracunikukan? Kamu yang sudah membunuh bayikukan?" Cecar Vanessa saat itu. Tatapannya nyalang ke arah pria berjas hitam di sisinya itu. Tangisan Vanessa pecah saat dirinya harus menerima kenyataan bahwa kini, satu-satunya harta berharga yang dia miliki di dalam rahimnya telah meninggal.Vanessa keguguran.Bahkan setelah dia kehilanga
Flash Back...Masa Sebelum Prolog..."Dasar kamu anak tidak berguna! Pergi saja sana ke Neraka! Susul Ibumu si pelacur sialan itu! Brengsek!""Ampun Pak! Jangan!" Teriak seorang bocah lelaki dengan tubuhnya yang sudah bermandikan bensin.Semua terlambat baginya, ketika sebuah api dari sebatang korek api berhasil dilempar ke arahnya, membuat tubuh mungil kurus kering bocah lelaki itu kini berselimut kobaran api yang menyala-nyala.Tubuh ringkih bocah itu berguling-guling di lantai, merintih, menangis dan terus berteriak kesakitan.Wajahnya rusak bahkan hampir seluruh bagian kulit tubuhnya pun mengalami luka bakar yang cukup serius.Awalnya, dia berpikir bahwa dia akan benar-benar mati saat itu. Hanya saja, Tuhan memang belum mentakdirkannya untuk mati sia-sia, saat seseorang tiba-tiba datang menolongnya.Dia, seorang bocah perempuan yang juga menghuni lapas yang sama dengan si bocah lelaki malang itu."Tolonggg... Tolonggg..."Suara teriakan terdengar dari mulut mungil bocah perempuan
Langit malam ini berawan.Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari chef ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika di total bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar."Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?Itula
"Nih yank, aku punya lima destinasi bulan madu terbaik rekomendasi dari Pak Beni di kantor. Dia punya teman yang buka jasa travel bulan madu di seluruh dunia. Dan lima negara ini menjadi tempat terlaris selama dua tahun belakangan yang banyak dikunjungi oleh para pengantin baru, kayak kita," jelas Wildan panjang lebar sambil menscroll layar ponselnya yang menampilkan gambar-gambar pemandangan indah di seluruh dunia, dia memperlihatkannya pada sang istri yang saat itu sedang membenahi pakaian karena malam ini mereka akan kembali pindah ke rumah Wildan setelah mereka cukup lama menginap di kediaman Malik karena harus menjaga Vanessa.Sekarang, kondisi Vanessa sudah jauh lebih baik. Terlebih dengan adanya tante Isna dan Jhio, Vanilla pikir, saudara kembarnya itu tidak akan lagi merasa kesepian.Vanilla melirik sekilas, tatapannya penuh keengganan hingga kemudian dia kembali fokus melipat pakaiannya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya.Tak banyak memang pakaian yang dia bawa, lagipul
"Coba tebak, kira-kira jenis kelamin anak kita apa ya, Yas?" Tanya Vanessa pada kekasihnya, Yasa.Malam itu mereka baru saja selesai bercinta.Sejak kepulangannya dari Paris, Yasa memang tinggal menetap di apartemen Vanessa karena lelaki itu tidak memiliki tempat tinggal.Hidup sebagai yatim piatu sejak kecil dan tak memiliki sanak saudara membuat Yasa tumbuh menjadi sosok lelaki yang mandiri dan pekerja keras. Meski semua yang dia kerjakan pada akhirnya tetap tak mampu membawanya pada taraf kehidupan yang lebih baik.Itulah alasan mengapa Yasa sempat berpikir untuk pergi dari kehidupan Vanessa karena dia merasa tidak cukup layak mendampingi Vanessa yang saat itu berprofesi sebagai model papan atas.Namun, Yasa menyesal telah menyakiti Vanessa karena nyatanya, cinta Vanessa terhadapnya begitu dalam. Bahkan Vanessa rela mengesampingkan karirnya demi mencari Yasa ke Paris.Lika-liku panjang cinta mereka sudah berhasil mereka lalui dan kini Yasa hanya perlu bersabar sedikit untuk mendapa
Masa setelah Prolog...Malam ini adalah jadwal Vanilla menginap di rumah sakit menemani Vanessa.Karena besok weekend dan Wildan tidak bekerja, jadilah Wildan akan ikut menemani Vanilla menginap di rumah sakit malam ini."Kamu nggak pakai jaket? Nanti dingin loh," ucap Vanilla saat melihat sang suami tak membawa pakaian luar selain kaus yang melekat di tubuh Wildan.Wildan merangkul Vanilla, melirik mesum. "Kan ada kamu, dingin tinggal minta peluk,""Ihh, ini tempat umum tau!" Vanilla mengelak dan melepas tangan Wildan dari bahunya."Pelit!" Umpat Wildan sambil cemberut.Keduanya terus berjalan berdampingan menuju ruang rawat Vanessa di lantai tiga, ketika tiba-tiba ada seorang lelaki berpakaian hitam yang menahan langkah Vanilla dan Wildan tepat saat mereka hendak memasuki lift.Jadilah, Lift pun kembali tertutup."Maaf Mas, Mba, saya cuma mau tanya, toilet di sini, di mana ya?" Tanya lelaki berpakaian hitam tadi dengan wajah meringis yang sangat kentara bahwa dia memang sedang kebel