Terima kasih udah mampir. 💛
POV EZZA 🏵️🏵️🏵️Setelah beberapa bulan mengajar di kampus Bunga, aku sangat khawatir karena seorang mahasiswa bernama Dika mencoba mendekatinya. Awal aku mengenal Dika ketika baru selesai mengajar dan akan meninggalkan kelas Bunga kala itu. Aku berpapasan dengannya."Pagi, Pak." Dia menyapaku."Pagi juga. Kamu bukan mahasiswa semester satu, 'kan?" tanyaku yakin karena sebelumnya tidak pernah melihatnya."Bukan, Pak. Saya semester lima.""Ada perlu apa ke sini?" tanyaku penasaran."Mau ketemu mahasiswi di kelas ini." Perasaanku tidak enak."Namanya siapa?" Rasa penasaranku makin menggebu."Bunga, Pak," jawabnya dengan santai.Rasanya, aku tidak ingin memercayai apa yang keluar dari mulutnya."Nama kamu siapa?" tanyaku kembali."Dika, Pak.""Ada perlu apa ketemu Bunga?" Aku makin ingin tahu."Ingin melihat wajah cantiknya."Hatiku serasa hancur mendengar pengakuan Dika. Ingin rasanya mengungkapkan status Bunga yang sebenarnya dan mengingatkan kalau dia telah melakukan kesalahan karen
🏵️🏵️🏵️"Kalau kamu memang benar mencintaiku, kamu akan jujur dan mengatakan yang sebenarnya padaku, Mas." Cinta Mas Ezza aku jadikan senjata untuk mengetahui yang sebenarnya."Aku harus jujur apa lagi, Dek? Aku nggak pernah berbohong tentang cinta dan perasaanku padamu.""Okeh, kalau kamu tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Mulai sekarang, aku tidak akan percaya lagi padamu." Aku berdiri dan mengancamnya."Dek ...." Dia menarik tanganku hingga aku duduk kembali."Lepasin!" Aku menepiskan tangannya."Aku akan jujur semuanya padamu, tapi kamu harus janji untuk tidak membenci orang tua kita.""Iya, aku janji.""Sebenarnya, saat itu usaha papamu baik-baik aja, tapi karena orang tua kita telah berjanji dari dulu untuk mengikat hubungan mereka dari teman menjadi besan, maka mereka berencana menjodohkan anak-anak mereka setelah dewasa. Tapi sebelum perjodohan itu terlaksana, aku sudah jatuh cinta padamu. Aku merasa lega dengan rencana orang tua kita, aku merasa bahagia karena akan bersat
🏵️🏵️🏵️Setelah tiba di rumah orang tuaku, Mama tampak terkejut melihat kedatanganku."Ezza mana, Sayang? Kenapa kamu datang sendiri?" Mama langsung melontarkan pertanyaan itu."Dia di rumahnya," jawabku kesal."Rumahnya? Kok, kamu ngomongnya gitu? Rumah dia, yah, rumah kamu juga. Dia suamimu dan kamu istrinya.""Suami dan istri yang sudah diatur dengan sebuah rencana dan persekongkolan yang Mama dan Papa ciptakan?""Maksud kamu apa, Sayang?" Mama terlihat kaget mendengar penuturanku."Mama masih pura-pura nggak tahu dengan maksud ucapan Bunga?""Mama nggak ngerti, Sayang.""Mama tega sama anak sendiri. Kebodohan Bunga karena mempercayai skenario yang telah kalian ciptakan dua tahun yang lalu.""Skenario apa? Kenapa tiba-tiba kamu ngomong seperti ini?""Mama kaget karena Bunga sudah tahu semua rencana yang telah kalian jalankan?""Ada apa denganmu, Nak?""Kenapa Mama tega mengorbankan masa muda Bunga dan memaksa Bunga menikah di usia dini? Apa salah Bunga, Mah?" Aku berusaha menahan
🏵️🏵️🏵️Dua tahun pernikahan kami, terus terang aku merasa bahagia hidup bersama Mas Ezza. Dia selalu mengerti dan menuruti semua keinginanku hingga aku berpikir ingin mencoba belajar menerima dia sepenuhnya.Aku sering bingung dengan perasaanku. Aku tidak rela apabila wanita lain mendekatinya. Aku tidak suka jika dia berbicara dengan perempuan yang baru dia kenal. Ada apa dengan hatiku?Aku hampir luluh dengan semua sikap dan perlakuannya. Kadang aku tidak berdaya dengan perhatian dan rasa peduli yang dia tunjukkan. Aku merasa bahagia apabila dia menggodaku.Akan tetapi, aku tiba-tiba kecewa saat mengetahui kalau pernikahan kami terjadi karena sebuah rencana yang telah disusun untuk mengelabuhiku.Hatiku makin tidak keruan saat dia mengatakan kalau dirinya juga ikut andil untuk melaksanakan rencana orang tua kami. Aku merasa tertipu dan dengan bodohnya dulu begitu memercayainya.Walaupun aku merasa ditipu, tetapi kenapa hatiku ingin menolak dan mengatakan bahwa itu bukan tipuan? Apa
🏵️🏵️🏵️Hari ini, aku telah berjanji kepada Papa untuk kembali pulang bersama Mas Ezza. Perasaanku sudah mulai tenang dibandingkan beberapa hari yang lalu."Hari ini kita pulang, yah, Dek." Suara Mas Ezza mengagetkanku yang sedang mengemasi pakaian di kamar."Iya, Mas," jawabku singkat."Gitu, dong. Istriku baik, deh." Seperti biasa, dia mulai menggodaku."Kamu puas karena Papa dan Mama selalu belain kamu?""Menantu idaman, yah, Dek." Dia memainkan alisnya."Iya ... karena kamu sudah membantu mereka untuk membohongiku.""Kenapa bahas itu lagi, Dek? Kita lupain aja, yah. Kita membuka lembaran baru. Aku janji akan selalu membuatmu tersenyum." Mas Ezza memegang jemariku. Entah apa yang meluluhkan hatiku hingga tetap diam dan tidak menepiskan tangannya."Aku ...." Dia menempelkan jari telunjuk kanannya di bibirku, sedangkan tangan kirinya masih tetap menggenggam tanganku."Ssstttt! Aku nggak mau melihat kamu sedih karena mengingat hal itu. Itu jalan untuk mempersatukan kita. Aku sangat b
🏵️🏵️🏵️Seperti biasanya pagi ini, Mas Ezza mengantarkanku kuliah. Hari ini juga jadwalnya mengajar di kelasku. Aku diam seribu bahasa selama dalam perjalanan menunju kampus, tetapi dia tiba-tiba membuka pembicaraan."Kamu masih marah, yah, Dek?""Marah kenapa?" tanyaku ketus."Marah karena kejadian kemarin." Kenapa, sih, dia harus mengungkit kejadian itu? Malu."Udah, ah, lupain aja," jawabku."Tapi kenapa kamu diam aja?""Nggak apa-apa, lagi malas ngomong," balasku berbohong."Maaf, yah, kalau menurut kamu kejadian kemarin salah. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi sebelum kamu benar-benar siap. Aku akan tetap sabar menunggunya." Kenapa sikapnya membuatku merasa bersalah?"Aku udah bilang, lupain aja. Jangan dibahas lagi. Bahas yang lain aja.""Okeh, Dek. Sekali lagi aku minta maaf.""Iya, Mas. Aku udah maafin," ucapku sambil berusaha tersenyum. "Btw, hari ini bahas materi tentang apa, Mas?" lanjutku untuk mengalihkan topik pembicaraan."Hari ini materinya tentang kas dan piuta
🏵️🏵️🏵️Aku tidak mampu menjawab pertanyaan Mas Ezza dan tidak tahu harus bagaimana. Untuk menghindar dari pertanyaan itu, aku mencoba membuka pintu mobil dan berniat turun. Namun, sebelum pintu terbuka, Mas Ezza menarik tanganku, dia sepertinya tidak membiarkanku keluar."Kenapa turunnya buru-buru, Dek? Kamu belum jawab pertanyaanku." Mas Ezza menggenggam tanganku."Lepasin, Mas. Aku mau turun, mau masuk kelas. Entar telat." Aku berusaha mencari alasan."Nggak mungkin telat, aku masih di sini. Kamu cari alasan. Aku cuma pengen kamu jawab pertanyaanku yang tadi, Dek." Ternyata dia menyadari alasan yang kuberikan."Tanya yang lain aja, deh, Mas. Kasih pertanyaan yang lebih mudah dipahami.""Apa susahnya, sih, Dek? Cuma jawab iya atau nggak. Aku hanya ingin tahu jawaban kamu seperti apa.""Aku nggak bisa jawab, Mas.""Ya, udah, kalau nggak mau jawab, aku nggak akan lepasin kamu. Kita tetap di sini aja." Aku makin tidak mengerti dengan pemikirannya."Jangan seperti ini, dong, Mas. Kamu
🏵️🏵️🏵️"Selamat pagi semuanya." Mas Ezza pun memasuki kelas.Dia melihat ke arahku, tatapan itu tidak seperti biasanya. Tatapan yang begitu tajam, seolah-olah ingin menghujam jantungku. Aku tidak berani membalas tatapan itu, aku pun memilih menunduk."Baiklah, sekarang kita lanjutkan sambungan dari materi sebelumnya, yaitu aktiva lancar. Kali ini kita akan membahas contoh aktiva lancar; kas dan piutang. Siapa yang masih ingat dan mengetahui definisi kas?" Mas Ezza memberikan pertanyaan."Saya, Pak." Aku mengacungkan tangan."Silakan, Bunga!" lanjutnya."Kas atau cash adalah aktiva lancar yang meliputi uang kertas atau logam dan benda-benda lain yang dapat digunakan sebagai media tukar atau alat pembayaran yang sah dan dapat diambil setiap saat.""Bagus, ternyata kamu masih ingat dengan pelajaran yang sudah berlalu. Semoga kamu juga tetap ingat hal-hal yang ada di rumahmu." Mas Ezza memujiku, tetapi kalimat terakhirnya seolah-olah menyudutkanku."Maaf, Pak ...." Cindy mengangkat tang
🏵️🏵️🏵️“Aku sudah mengetahui semuanya tentang rencana Cindy dan kakaknya yang telah menjebak Pak Ezza. Mereka yang melukai Pak Ezza hingga membuatnya tidak mengingatmu.” Dika tidak tahu kalau Mas Ezza hanya berpura-pura hilang ingatan.“Maksudnya apa, Dika?” Aku tidak mengerti arah pembicaraannya.“Cindy sudah menceritakan semuanya padaku. Tapi sayang, saat itu aku lupa merekam semua pengakuannya. Sekarang, coba kami pancing kakaknya agar memberitahukan semuanya, tapi kamu harus rekam untuk dijadikan bukti. Aku tahu kalau dia sering ke rumah mertuamu menemui Pak Ezza.” Aku pun menerima saran Dika supaya Dara segera mengakui perbuatannya hingga Mas Ezza tidak perlu berpura-pura hilang ingatan lagi.“Okeh, Dika. Terima kasih atas bantuanmu.”“Iya, Bunga. Aku senang dapat membantumu.”Kami pun mengakhiri pembicaraan lalu aku menutup telepon. Aku sudah yakin untuk menjalankan apa yang Dika sarankan. Aku sangat terharu karena dia bersedia membantuku.Aku menunggu kedatangan wanita yang t
🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki tujuh bulan. Aku sangat sedih karena acara syukuran diadakan di rumah orang tuaku. Tujuannya agar Mas Ezza tidak mendengar siapa ayah bayi yang ada dalam kandunganku.Aku tidak ingin Mas Ezza bingung saat mendengar namanya disebut. Ini demi kesehatannya. Kedua mertuaku tetap memberikan semangat kepadaku. Aku sangat mengerti apa yang mereka pikirkan.“Kamu yang sabar, ya, Nak. Semoga semuanya kembali seperti dulu lagi.” Mama mertua mengusap-usap perutku.“Iya, Mah. Bunga akan tetap kuat dan sabar demi kebaikan Mas Ezza.” Aku berusaha tersenyum kepadanya.Acara pun segera dimulai. Seorang ustaz yang telah Papa minta memimpin doa akan menyebutkan nama ayah bayi yang ada dalam kandunganku. Namun, tiba-tiba ustaz tersebut bertanya tentang Mas Ezza.Papa mertua memberikan penjelasan tentang keberadaan Mas Ezza. Beliau terpaksa berkata kalau Mas Ezza sedang berada di luar kota. Akhirnya, ustaz pun mengerti.“Baiklah, acara akan segera kita mulai.
🏵️🏵️🏵️Setelah beberapa hari kemudian, Mas Ezza kembali ke rumah orang tuanya. Aku tidak terima ketika Dara juga turut mendampinginya, tetapi aku hanya bisa diam demi kesehatannya. Mama mertua selalu menenangkan aku agar tetap kuat dan tegar.“Kamu tinggal di sini juga?” tanya Mas Ezza kepadaku. Dada ini terasa sesak mendengar pertanyaan itu.“Iya, Mas.” Aku berusaha tersenyum.Sebelum Mas Ezza tiba di rumah, mama mertua meminta Bi Imah memindahkan barang-barangku dari kamarnya ke kamar lain demi kebaikannya. Kami tidak ingin melihat Mas Ezza kesakitan saat ingin mencoba mengingat sesuatu.“Bunga itu adik sepupu kamu, Nak. Dia sudah Mama anggap seperti anak sendiri.” Mama mertua turut menimpali pertanyaan Mas Ezza.“Suami Bunga ke mana, Mah? Sepertinya Bunga lagi hamil, ya.” Aku hampir pingsan mendengar pertanyaan itu.“Suaminya nggak bertanggung jawab, Sayang.” Tiba-tiba Dara membuka suara. Wanita itu menyandarkan kepalanya ke bahu Mas Ezza.“Itu nggak benar, Nak. Suaminya orang ba
POV DARA 🏵️🏵️🏵️“Kamu di rumah sakit.”“Kamu siapa?” Pertanyaan itu yang kuharapkan.“Aku Dara, tunanganmu, Sayang.” Aku pun mulai menjalankan rencana.“Tunanganku? Aku siapa?”“Kamu Ezza.”Aku pun meraih tangan Ezza lalu menggenggamnya. Aku benar-benar merasakan kehangatan yang luar biasa. Aku sudah lama menantikan saat-saat ini tiba. Ternyata harapan itu kini menjadi kenyataan. Cindy tersenyum melihat ke arah kami.Tiba-tiba terdengar suara seorang ibu memanggil nama Ezza. Aku pun menoleh, ternyata dia bersama Bunga. Kedua wanita itu langsung menghampiri laki-laki yang sangat aku cintai lalu memintaku menjauh.“Sayang, kamu nggak apa-apa?” tanya ibu tersebut kepada Ezza.“Maaf, Ibu siapa?” Ezza sama sekali tidak mengenali mamanya.“Ini Mama, Sayang, dan ini istri kamu.” Wanita paruh baya itu meraih tangan istri Ezza.“Istri? Aku sudah memiliki istri? Tapi wanita itu tadi mengaku sebagai tunanganku.” Ezza menunjuk ke arahku.“Dia wanita yang selalu mengusik rumah tangga kita, Mas.
POV DARA🏵️🏵️🏵️Waktu terus berlalu, akhirnya apa yang kusembunyikan dari banyak orang tentang status pernikahanku dengan Arif, terbongkar juga. Istri pertamanya mengetahui penikahan kami.Akhirnya, terjadi pertengkakaran antara diriku dan istri pertama Arif. Beberapa orang tahu tentang statusku. Mereka tidak tahu kalau rasa putus asa yang menyelimuti hati kala itu, membuatku menerima pinangan lelaki beristri.Saat itu, aku bingung harus berbuat apa, apalagi laki-laki yang ada dalam hatiku sejak dulu, selalu menolak perasaan yang kumiliki. Oleh karena itu, aku menjadikan Arif sebagai pelarian, walaupun pernikahan itu akhirnya kandas.Kini, aku benar-benar sendiri dan memiliki kesempatan besar mencari perhatian Ezza. Aku merasa kalau takdir telah berpihak kepadaku untuk tetap kembali mendekati laki-laki tampan itu. Harapan itu sudah ada di depan mata. Ezza akan menjadi milikku.Aku akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Ezza. Aku tidak terima dengan sikapnya yang selalu dingi
POV DARA🏵️🏵️🏵️“Kakak nggak apa-apa, kok, Dek.” Aku menutupi kekesalanku karena menurutku Cindy masih terlalu kecil untuk mengetahui masalah yang kuhadapi.“Pasti Kakak mau bilang kalau Cindy masih kecil. Iya, ‘kan?” Anak itu selalu saja mampu membuatku tertawa.“Nanti kalau kamu udah SMP, Kakak pasti cerita, deh.” Aku memberikan pengertian kepadanya.“Janji, ya. Kakak nggak boleh bohong.” Cindy terlihat serius.“Iya, Kakak janji.” Aku pun meyakinkan dirinya.Saat duduk di bangku SMA kelas dua, aku kembali mengungkapkan cinta yang tetap bersemayam dalam hati ini kepada Ezza. Seperti jawaban sebelumnya, hanya penolakan yang dia berikan kepadaku. Aku makin tidak mampu menghapus dirinya dari dalam pikiran.Cinta yang kumiliki untuk Ezza kian besar. Aku merasa telah terhipnotis oleh pesona yang dia pancarkan. Banyak teman yang memintaku untuk mundur saja, tetapi hati ini tetap ingin mendapatkan balasan perasaan darinya.“Apa, sih, yang kamu harapin, Dar? Ezza itu nggak cinta sama kamu.
🏵️🏵️🏵️Aku duduk di taman belakang rumah mertua sambil menunggu Mas Ezza pulang kantor. Entah kenapa, hati ini masih terus memikirkan pesan yang Dara kirimkan tadi pagi. Ingin rasanya memberikan pelajaran kepada wanita itu, tetapi itu tidak mungkin.Aku harus menyadari kalau sekarang dalam keadaan berbadan dua. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada janin yang ada dalam rahimku. Aku harus tetap waspada dengan apa yang akan Dara rencanakan.Aku dan Mas Ezza harus mampu memahami apa tujuan Dara sebenarnya. Mungkin saat ini, wanita itu akan lebih memiliki kesempatan untuk mendekati suamiku karena dirinya sudah resmi bercerai dengan laki-laki yang pernah menikahinya.“Kamu di sini, Sayang?” Aku terkejut mendengar suara Mas Ezza yang datang menghampiriku ke taman belakang.“Iya, Mas. Kok, kamu tahu aku di sini?”“Tahu dari Mama.” Mas Ezza melangkah lalu memilih duduk di sampingku. Seperti biasa, dia langsung mengusap perutku. “Selamat sore, Anak Papa.” Dia berbicara kepada anak kami.“Mas,
🏵️🏵️🏵️Pagi kembali menyapa dengan mentari yang sangat cerah, tetapi tidak dengan hatiku saat ini. Ketika Mas Ezza menjalankan kegiatan rutinitas kembali ke kantor, aku pun memilih duduk di depan teras rumah sambil menikmati cahaya matahari pagi.Aku membuka ponsel, melihat postingan teman-teman saat sekolah. Aku sudah sangat lama tidak bertemu mereka. Sejak menikah dengan Mas Ezza, aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah karena kala itu, belum siap menerima status sebagai seorang istri.Betapa egoisnya diriku saat itu dan menganggap pernikahan dengan Mas Ezza sebagai penderitaan. Namun, dia tetap sabar dan ikhlas menghadapi sikap istri yang tidak menginginkan dirinya. Dia bahkan tidak pernah memaksaku untuk melakukan kewajiban sebagai istri.“Aku janji tidak akan meminta hakku ataupun menyentuhmu jika memang kamu belum bisa menerimaku sebagai suamimu.” Janji itu yang Mas Ezza ucapkan saat awal pernikahan kami.Jangankan menyentuhku, saat Mas Ezza menatapku sangat dekat saja, a
🏵️🏵️🏵️Aku tidak tahu apa yang Dika pikirkan saat ini. Dia masih tetap memperhatikan perutku. Aku sangat risi melihat pandangannya yang seperti itu. Ternyata Mas Ezza juga menyadari sikap yang Dika tunjukkan.Mas Ezza langsung meraih tanganku lalu kami akan beranjak dari tempat itu. Namun, baru satu langkah, tiba-tiba Dika memintaku dan Mas Ezza berhenti. Aku tidak mengerti apa tujuannya sebenarnya.“Tunggu, Bunga … aku ingin menyampaikan sesuatu padamu dan Pak Ezza.” Aku dan Mas Ezza terkejut mendengar permintaan Dika. Kami pun menghentikan langkah lalu melihat ke arahnya.“Ada apa?” tanyaku dengan nada kesal.“Hati-hati dengan Cindy.” Aku tidak mengerti maksud Dika.“Ada apa dengan Cindy?” Aku kembali bertanya “Dia punya rencana jahat untuk mengusik rumah tanggamu.” “Maksudnya apa, Dika?” tanya Mas Ezza tiba-tiba.“Ternyata Cindy memiliki kakak perempuan yang sudah lama menaruh hati pada Bapak.” Dika memberikan jawaban kepada Mas Ezza.“Kenapa mengatakan hal ini pada saya dan Bu