Salimah pun menjawab panggilan. "Iya, Mas. Ada apa lagi?" "Sali, maaf! Mas sama Esti pulang telat. Kami harus berteduh dulu. Sedang hujan deras dan jalan licin, takut motor terpeleset masuk jurang. Kalo sudah ngantuk tidur saja dulu. Tolong kuncinya dicabut, biar Esti bisa buka pintu dari luar." "Mas, kamu gak usah bercanda! Jangan buat aku takut!" Tubuh Salimah seketika gemetar dengan jari-jemari mendadak panas dingin memegang ponsel. "Becanda gimana, Sali? Aku dan Esti memang sedang terjebak. Kamu seperti orang ketakutan. Apa yang terjadi?"tanya Eko bernada panik. Pria ini mengirimkan sebuah video yang menampakkan keadaan di sana yang sedang rawan kecelakaan. Hujan lebat menggelapkan pandangan sekitar dan aspal terlihat licin. Sebagian besar kendaraan menepi untuk cari aman. Ada polisi yang berjaga-jaga mengatur lalu lintas. "Mas, kalau kamu ada di sana. Terus yang barusan datang tadi, siapa? Jadi siapa dia, Maaass?" Keringat dingin meluncur deras dari dahi dan leher Sa
"Diabetes, asam lambung dan lainnya." "Esti baru tahu soal ini,"sahut si tuan rumah dengan ekspresi heran sekaligus senang. Dirinya adalah penderita asam lambung, itu tandanya harapan bisa sembuh dengan memakan daun kelor. Untuk memastikan cara pemakaiannya, Esti pun bertanya,"Caranya gimana, Mas?" "Dimasak sebagai sayur," jawab Eko sambil mulai mengaitkan ranting dengan pisau pada galah. "Kok dimasak? Bukan, Mas! Dahan daun kelornya dipercik-percikan pada sekujur tubuh jenazah," protes Salimah yang telah berada di antara dua bersaudara sambil tersenyum. "Jenazah siapa, Mbak?"tanya Esti kaget dengan ucapan Salimah barusan. "Lah, memang untuk jenazah. Memangnya tadi Mas Eko bilang apa?"Salimah pun balik bertanya. Akan tetapi, sebelum Esti sempat menjawabnya, Eko buru-buru menarik tangan Salimah. "Udah dapat banyak. Buruan siap-siap! Begitu selepas Subuh kita pergi." "Kalian itu gak jadi nginap sini?"protes Esti dengan raut wajah kecewa. "Kami masih ada keperluan penti
Pak Markum menaburkan serbuk daun bidara pada air dalam ember. Dia mengaduk perlahan dengan dahan daun kelor seraya mengucapkan Basmallah. Pak Tua ini mengambil dahan daun kelor dari ember lalu menepuk-nepukannya ke seluruh permukaan kedua kaki jenazah. Percikan-percikan air bercampur serbuk bidara membasahi seluruh permukaan kedua kaki. Hawa panas menguar menyelubungi bagian dalam bilik. Hal itu membuat tubuh Pak Markum, Pak Pardi dan yang lain bagai dipanggang. Peluh berkeringat mengucur deras membasahi tubuh mereka. Pak Markum memercikkan air larutan serbuk bidara pada tubuh jenazah. "Tolong rapatkan kedua kaki lalu ikat tungkainya!"perintah Pak Markum yang langsung dilaksanakan oleh asistennya dan Pak Pardi Pak Tua ini sedang fokus berdoa, tiba-tiba telinganya berdenging. Dia merasa suasana seketika sunyi senyap. Tak ada suara tangisan dan doa-doa yang dilantunkan oleh para pelayan. Pak Markum seperti berada di dimensi yang berbeda. Dalam keheningan tersebut pria tua it
Eko langsung menghidupkan mesin lalu mengendarai motor menjauh. Sementara pria kurus tersenyum lebar sambil mengeluarkan selembar uang merah dari dalam saku celana."Gak perlu capek plus buang bensin. Uang pun di tangan,"ucap pria kurus lirih."Temani aku tidur! Di sini gelap!" Terdengar suara almarhum di telinga pria kurus diiringi deru angin dingin."Si-Siapa ka-kamuuu?"tanya pria ini dengan tubuh gemetar. Kedua mata memindai sekitar. Namun, tidak ada siapa pun. Sepi sunyi dan dia sendirian di tengah ladang kosong. Tiba-tiba di hadapannya muncul sosok tanpa kepala. Pria ini ingat betul itu adalah tubuh temannya barusan dikubur. Jaket dan celana yang sama saat si teman ditemukan tewas. Pria kurus ini berdiri terpaku dengan kedua kaki tidak bisa digerakkan. Dia seperti terhipnotis sosok tanpa kepala di hadapannya.Dia ingin lari, tetapi tubuhnya bagai terbelenggu tetap mematung. Keringat deras membanjiri sekujur tubuh. Tiba-tiba terdengar gelegar petir memekakkan telinga lalu diikut
"Bismillahirrahmanirrahim! Pergilah! Di sini bukan tempatmu,"ucap Pak Ustaz sambil mengusap-usap kening Jamal."Bismillahirrahmanirrahim! La haula quwata illah billah!"ucap kencang Pak Ustaz.Kedua mata Jamal terbuka. Pria kurus ini seperti orang linglung. Dia bingung dengan situasi di sekelilingnya."Assalamualaikum, Mas Jamal," ucap pelan Pak Ustaz."Wa'alaikumsalam, Pak Ustaz," balas Jamal."Tolong buka pintunya agar ada udara segar yang masuk."Jamal yang lemas diajak balik ke rumah Pak Pardi. Pria kurus ini dengan penuh penyesalan mengucapkan kata maaf lalu mengembalikan uang Pak Pardi."Kamu berikan ke Mas Eko! Dia harus dapat uang ini karena telah melarung barang itu ke laut,"ucap Pak Pardi kepada Jamal."Baik, Pak. Uangnya akan saya berikan ke Mas Eko,"balas Jamal dengan kepala menunduk karena malu.****Eko dan Salimah berboncengan menuju laut. Motor yang mereka kendarai begitu berat lajunya, bahkan beberapa kali mogok di jalan."Mas, masih jauh?"tanya Salimah dengan tubuh me
Penguasa Bukit Bajul itu ingin jadi pengicip pertama darah yang keluar. Bu Silvia melihat tali yang dibawa oleh Pak Atmo. Wanita itu langsung paham dengan yang akan dilakukan pria tua terhadap dirinya. Tubuhnya seketika bergidik dan hatinya deg-deg plas. Sosialita ini bergerak cepat dengan berlari untuk menghindari pria tua. Sedari kemarin, Bu Silvia telah berniat kabur dari gudang tua. Namun, dia tidak melihat pintu, jendela atau celah satu pun untuk meloloskan diri. Dia merasa aneh saja karena saat mendatangi gudang kemarin, masih ada pintu dan jendela. Bu Silvia telah berteriak-teriak minta tolong sejak kemarin dan teriakannya seperti tidak ada yang mendengarkan. Gudang ini telah ditutupi selubung ajaib lewat mantra yang dibaca olah Pak Atmo. Bu Silvia dari kemarin telah ditemani arwah-arwah penasaran dari tulang belulang yang berserak. Rasa sedih, ketakutan, marah serta keputusasaan menjadi satu dalam dada sosialita ini. "Apa kabar, Cantik? Ayo mendekat sini!"seru Pak Atm
“Nduk, kamu siap-siap tebar pesona lagi. Habiskan cairan ini!" Kemudian dengan corong kecil, pria tua mulai tuangkan cairan berwarna merah bening ke lubang hingga tandas. Sesaat setelah cairan sudah tak tersisa, tiba-tiba dari lubang keluar aroma wangi bunga. Dari lubang yang sama kemudian keluar asap putih lalu menyelimuti area gundukan. Pak Atmo tertawa bahagia. “Nduk, kamu udah cantik dan wangi kembali. Buruan kejar mangsamu kembali,” ucap Pak Atmo sembari bangkit menatap asap yang mulai menggumpal membentuk sesosok gadis cantik jelita. **** Esti dan Pras telah sampai di dermaga. Demi keselamatan Salimah, akhirnya wanita ini diharuskan menumpang mobil. Sedangkan Eko mengendarai motor mengikutinya. Sepanjang perjalanan, Salimah duduk dengan menyelonjorkan kaki. Dengan mata setengah terpejam. "Mbak, pengen beli sesuatu?"tanya Esti seraya mengamati Salimah dari kaca spion. Salimah hanya menggeleng lemah. Tubuhnya tampak benar-benar tidak ada tenaga. Untuk berucap sepatah
"Astaghfirullah!" "Ini gangguan dari makhluk tak kasat mata!" "Audzu billah himinasyitonirrojim!" Mereka berteriak karena merasa mengkhawatirkan keselamatan kelima penghuni rumah yang terjebak dengan pusaran angin. Sebagian dari warga memanggil bantuan. Tak berapa lama kemudian terdengar suara sirine polisi, mobil damkar dan ambulans. Mobil bala bantuan tersebut menerobos masuk halaman. Mereka bahu membahu mencari cara untuk menyelamatkan kelima orang. Sementara itu, Pak Toyib meminta yang lain duduk dan berdoa untuk memohon pertolongan keselamatan kepada Allah. Lima mobil bala bantuan siaga di pinggir halaman. Mereka sedang mengamati arah pergerakan pusaran angin. Sementara itu Pak Toyib mengajak yang lain mengambil wudhu secara bergantian. Kemudian mereka salat sunah dua rakaat lalu diakhiri dengan zikir dan selawat. Pelan tapi pasti pusaran angin mulai mereda. Ketiga orang masih khusyuk berdoa. Secara mengejutkan Salimah berteriak kesakitan. "Panas! Panaaas!" Tubuh
Aku tahu, ini pasti jebakan dari Pak Atmo dan Nyi Dhiwot, batin Faisal.Samar-samar terdengar suara Kiai Masruhat di telinga Faisal. "Fokus pada niat dan jangan lepas dengan zikir serta doa!""Baik, Kiai,"ucap Faisal dengan suara lirih."Mas Eko ...!" Simbah memanggil dari balik pintu kamar."Iya, Mbah," jawab Eko yang gegas bangkit dari tempat tidur.Seperti ada yang mengendalikan tubuhnya. Faisal ikut duduk dan mengamati perilaku sahabatnya. Eko menghampiri Simbah. Wanita itu berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Dia mengelus rambut Eko lalu menyentuh pipi kanannya."Maukah kamu menjadi suamiku?"Eko pun mengangguk dengan ekspresi wajah datar. Pria ini digandeng tangannya oleh Simbah menuju kamar yang berada paling belakang. Faisal buru-buru mengikuti mereka. Ketika sampai depan pintu, bau anyir darah dan busuk bangkai menyapa indra penciuman Faisal.Pria ini mengambil sajadah dari dalam tas ransel lalu memulai salat sunah. Dia memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk m
"Itu buat kamu. Pengantin baru harus minum jamu kuat, biar gak gampang K.O,"balas Eko tidak mau kalah."Nanti Simbah bikinkan untuk kalian. Yang belum nikah, gak perlu khawatir. Simbah bikinkan ramuan agar lekas laku,"ucap Simbah dengan tawa terkekeh-kekeh."Memang ada ramuan kayak gitu, Mbah?"tanya Eko yang jadi penasaran."Ada. Nanti Simbah pijat di titik-titik tertentu agar sumbatannya ilang."Kedua pria ini telah terpengaruh oleh ilmu sihir Simbah. Namun, baik Faisal maupun Eko masih kuat iman dan tidak begitu terpengaruh."Kami selesaikan kerjaan dulu. Setelah itu akan ke rumah Simbah buat minta ramuan,"ucap Faisal kepada wanita tua."Ya, gak apa. Selesai urusan kalian! Setelah itu datang ke rumah Simbah." Tampak ada guratan kekecewaan terukir pada wajah wanita tua. Namun dia memilih untuk bersabar dan tidak mau memaksakan kehendak.Aku harus dapatkan Eko untuk jadi pasangan abadi Nikita, batin Simbah dengan senyum penuh arti."Kebetulan saya orang asli sini. Simbah tinggal di ma
"Biar saya bantu, Mas,"ucap Pak Rasyid yang segera menyulut ujung tali berbahan pelepah pisang dengan korek api. Percikan api membakar ujung tali hingga habis tidak tersisa. Ajaib! Pelepah palem pembungkus tidak tersentuh lidah api sama sekali."Masyaallah! Hanya talinya yang terbakar,"ucap Faisal yang telah mulai membuka pembungkus dibantu oleh Pak Rasyid."Kita baca Al-Fatihah lanjut Ayat Kursi,"saran Kiai Masruhat yang berdiri sambil mengelus-elus pelepah palem pembungkus. "Lahaula wala quata Illa billah!"Pembungkus tersebut bergerak-gerak. Isinya seperti gerakan sesemakhluk yang ingin membuka paksa dari dalam. Faisal memegang cetakan yang terbentang di permukaan luar."Seperti telapak tangan manusia,"ucap Faisal sambil terus melepaskan satu per satu pelepah palem."Memang benar. Isinya yang sedang kita cari,"sahut Kiai Masruhat dengan tersenyum lebar, hingga tampak jelas kerutan yang menumpuk pada sudut bibir sepuhnya."Masyaallah! Apa itu, Kiai?"tanya Faisal yang semakin penasar
Faisal cekatan mengarahkan mobil untuk mendapatkan tempat parkir yang aman. Kebetulan samping rumah Faisal adalah jalan tembus warga desa menuju Bukit Bajul. Jadi banyak Faisal mengarahkan mobil parkir ke arah depan rumah."Ini gubug saya. Mari kita istirahat sebentar sambil minum kopi,"ucap Faisal saat para penumpang mobil telah turun."Kita ngopi setelah selesai tugas, Mas. Sekarang kita langsung menyusul Mas Eko saja. Kasian sendirian,"balas Kiai Masruhat yang langsung direspon anggukan kepala oleh Pak Rasyid.Akhirnya mereka beranjak menuju Bukit Bajul. Beruntung anak tangga menuju bukit telah terpasang lampu penerangan berjarak setiap meter. Jadi mereka lebih nyaman dalam menapaki jalan menanjak. Hawa sedingin es menerpa tubuh mereka. Anging dari puncak bukit menyambut kedatangan keempat pria.Berisik dahan dan rantjng pohon cemara bergesekan ditiup angin. Suara binatang malam bersahutan memecah hening malam. Mereka tidak melihat penampakannya sosok Eko di puncak tangga. Padahal
"Di kampung saya. Menurut rencana setelah ini, Dek Salimah akan saya ajak pulang ke rumah saya. Akan saya ajari sebagai petani dan peternak, Pak, Kiai.""Masyaallah! Semoga membawa berkah, Mas,"timpal Kiai Masruhat.Tak berapa lama, Pras dan Esti datang. Mereka membawa pesanan pengantin baru. Tentu saja, mereka kaget dengan keadaan dalam ruangan yang porak-poranda. Namun dalam penglihatan ketiga pria ada perbedaan yang terjadi dalam diri pasangan suami istri ini.Keduanya tanpa ucap salam, langsung berdiri di tengah. Mata pasangan suami istri ini memerah. Kiai Masruhat langsung memberi isyarat kepada yang lain dengan memilih tasbih. "Kalian akan tahu akibatnya jika gak serahkan Nikita!"teriak Pras dengan kedua mata melotot. Sementara itu, Esti akan mendekat ke arah Salimah dan buru-buru dihadang oleh Faisal."Minggir, kau!" Teriakan Esti mirip suara pria tua. Ketiga pria langsung paham dengan yang mereka hadapi. Pasangan suami istri ini telah dirasuki Pak Atmo dan pengikut Nyi Dhiwo
Faisal buru-buru memeluk tubuh Salimah lalu berbisik,"Ada yang mencoba mengganggu kita. Dia menyamar sebagai Nikita. Ikuti doa yang Mas ucapkan!".Faisal pun melafalkan Ayat Kursi yang segera diikuti oleh Salimah. Tak berapa lama, muncul penampakan wujud Nikita meski secara samar-samar. "Dia bukan Nikita, Dek. Tetap waspada!" Faisal memegang tangan Salimah dengan erat. Pria ini berzikir dalam hati."Lepaskan aku! Entar aku bantu pulihkan Salimah,"ucap bayangan Nikita tersebut."Kenapa dengan aku?"tanya Salimah dengan ekspresi bingung. Dia merasa sudah sehat dan tidak ada yang aneh dalam dirinya.Faisal mengecup pipi Salimah lalu berbisik,"Dia sengaja menjebaknya kita. Abaikan!""Salimah, roh kamu telah diikat janji oleh Nyi Dhiwot. Janin dalam perutmu adalah untuk persembahan. Dia akan tetap berdiam di rahim, sampai saatnya tiba. Separuh nyawamu untuk dia. Kamu akan jadi budak Nyi Dhiwot karena itu. Kamu gak bisa menolaknya. Aku bisa bebaskan kamu dari ikatan itu. Mau?"Bayangan Niki
Pras yang mulai merasakan bulu kuduknya berdiri lalu berbisik ke telinga Esti. "Sepertinya ada pesan kematian."Esti pun segera menoleh dengan wajah terkejut. "Maksud Mas ...?""Bisa jadi tadi Mbak Salimah melihat malaikat maut yang sedang mengantar jenazah seseorang,"balas Pras dengan wajah yakin."Bisa jadi, itu benar, Mas,"sahut Faisal. "Dek Salimah diberi penampakan ghoib."Salimah masih terisak-isak dalam dekapan Faisal. Akhirnya oleh suaminya diajak masuk ruang perawatan. Sementara itu, Pras dan Esti masih geming menatap ke arah lorong menuju kamar mayat. Mereka syok melihat sosok berpakaian hitam dengan perut terbuka mengucurkan darah segar. Sosok itu Salimah. "Oek! Oek! Oek!"Terdengar tangisan bayi. Sosok dengan jubah berapi yang berkobar keluar dari dalam ruang mayat membawa peti. Suara tangisan bayi semakin tidak terdengar bersamaan dengan hilangnya sosok dengan jubah api. Wanita mirip Salimah masih merogoh bagian perut yang berlubang.Air matanya berubah semerah darah. P
Kiai Masruhat gegas masuk ruangan untuk menghampiri sumber suara. Sementara Pak Rasyid berbicara lirih kepada Faisal. "Tolong, botol diberi tambahan doa.""Baik, Pak." Faisal pun segera membaca doa dalam hati lalu mengambil botol dari balik baju lalu meniup permukaannya sebanyak tiga kali."Tolooong!" Terdengar teriakan lagi. Namun kali ini keluar dari mulut perawat."Tidak ada orang yang mendengar teriakanmu, Cantik! Percuma kamu buang-buang energi! Menurutlah!"ancam Eko ke telinga perawat. Pria ini tidak menyadari jika Kiai Masruhat sedang menghampiri mereka dalam keadaan tanpa wujud."Tolong lepaskan saya! Ada pasien lain yang harus saya cek,"ucap perawat dengan bibir gemetar.Kiai Masruhat langsung mendekat. Perawat tidak mengetahui keberadaannya. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Eko. Pria yang telah dirasuki oleh ruh Pak Atmo, bisa melihat kehadiran Kiai Masruhat."Gak usah ikut campur urusanku!"teriak Eko dengan tawa terkekeh-kekeh khas orang tua. Terang saja, teriakan Ek
"Alhamdulillah. Dengan ini kita bisa menangkap arwah Pak Atmo yang masih gentayangan,"ucap Pak Rasyid sambil menerima botol lalu mengamati beberapa saat. "Semoga setelah ini diamankan, Mbak Salimah tidak bersikap aneh lagi. Moga hubungan rumah tangga yang terjalin bisa harmonis." "Saya mohon maaf, sebelumnya, Pak. Saya berniat untuk mengembalikan Dek Salimah ke Eko, setelah 40 puluh hari usia pernikahan." "Kenapa begitu? Pernikahan itu peristiwa sakral. Gak boleh dibuat main-main." "Iya, saya tahu, Pak. Seharusnya Dek Salimah itu menikah dengan Eko. Mereka telah berniat untuk menikah. Saya hanya perlu menunggu, apakah ada benih tertanam dalam rahim Dek Salimah? Itu saja! Saya akan melanjutkan pernikahan, jika memang Dek Salimah hamil." "Hal ini harus dibicarakan bersama dengan yang bersangkutan dahulu. Bagaimanapun pernikahan adalah sebuah ibadah. Terlebih ini adalah tanggung jawab yang harus diemban. Cinta bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, selama kalian berniat men