Share

Mengerjai Pelakor

Penulis: Dian Vitaloka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Geram. Selena tampak menahan kesal, peluh sebiji jagung telah membasahi wajahnya yang kian memucat.

Bruut!

Sontak, kami saling memandang satu sama lain. Selena meringis seraya meremas perut rampingnya.

"Eeeum, Mbak Selena jorok banget, sih," celetuk Ratu sambil menutup hidungnya.

"Maaf, aku sakit perut," ringis Selena.

"Kalau sakit perut kenapa tidak ke toilet," sahut Ratu ketus.

Aku, Ibu, dan juga Mas Aksa melakukan hal yang sama menutup cuping hidung bersamaan. Bau busuk menguar hampir memenuhi ruangan, rasanya ingin muntah. Selena berlari sambil memegang bagian tubuh belakangnya.

"Dasar nggak punya adab, ada orang tua membuang gas berancun sembarangan," ceplos ibu sambil mengipas-ngipas dengan telapak tangan ke arah wajahnya.

Aku tersenyum puas, menantu baru ibu yang dibanggakan ternyata tidak punya adab. Kulirik Mas Aksa disamping mulai gelisah, bulu-bulu tangan mulai berdiri.

"Kamu kenapa, Mas?" tanyaku bingung.

"Perutku sakit, Ai. Aku ke kamar dulu, ya." Mas Aksa bangkit lalu terbirit-birit masuk ke dalam kamar.

Kamar kami memiliki toilet dalam, di rumah ini hanya ada 2 toilet. Di kamar utama kami dan toilet luar dekat dapur. Rumah ibu mertua bukan rumah yang mewah seperti di rumahku yang memiliki banyak toilet di setiap kamarnya.

"Loh, Aksa kamu juga sakit perut." Ibu berteriak melihat putra kesayangannya tergesa-gesa masuk ke dalam kamar.

"Aneh, masa mereka sakit perut bersamaan," gumam Ratu tampak berpikir.

"Iya, pasti ada yang tidak beres," sahut ibu.

Aku masih duduk dengan tenang, tinggal menunggu giliran ibu dan Ratu merasakan sakit perut seperti Selena juga Mas Aksa.

"Jangan-jangan ...." Ratu menggantung ucapannya seraya melirik kearahku.

"Jangan-jangan apa, Ratu?" tanya ibu tidak sabaran.

"Mbak Aira, ini pasti ulah kamu, ya!" tuduh Ratu. Ibu melihat kearahku dengan ekspresi bingung.

"Memangnya aku melakukan apa?" tanyaku santai.

"Mbak Aira jangan pura-pura bodoh, pasti sambel yang mbak buat dicampur obat pencahar, ya!"

"Jangan menuduhku sembarangan, Ratu!Kalau memang aku mencampur obat pencahar pasti semuanya sakit perut termasuk kamu dan juga ibu," elakku.

Ratu terdiam mungkin mencerna perkataanku. Aneh, kenapa ibu dan Ratu tidak sakit perut. Apa lambung mereka sudah kebal dengan yang pedas-pedas. Memang aku akui mereka pecinta pedas.

Terdengar pintu kamar mandi terbuka, Selena berdiri diambang pintu dengan tubuh gemetar. Rambut pirangnya sudah acak-acakkan. Ibu mendekati menantu kesayangannya.

"Selena, kamu tidak apa-apa?" tanya ibu cemas.

"Sakit, Bu," lirih Selena tampak lemas.

"Ya sudah, kamu istirahat dulu. Nanti ibu suruh Ratu beli obat."

"Kok, aku yang beli obat. Suruh Mbak Aira saja yang beli," protes Ratu.

"Ai, tolong." Suara Mas Aksa memanggilku dari dalam kamar.

"Aduh, maaf, ya, aku harus mengurus suamiku dulu."

Cepat aku meninggalkan mereka masuk ke dalam kamar. Bodo amat ibu akan marah aku sudah tidak perduli, apa lagi obat itu untuk menantu kesayangannya.

Mas Aksa terkapar di ranjang, wajah tampannya nampak pias. Duh, apa aku sudah keterlaluan, ya. Sebenarnya sakit mereka belum seberapa dibanding dengan sakit hati yang aku rasakan.

"Ai, sakit. Apa kamu punya stok obat sakit perut?" tanyanya lemas.

Melihat keadaan Mas Aksa sudah tak berdaya dengan terpaksa aku mengambil obat dari dalam kotak P3K yang selalu aku taroh di atas meja riasku.

"Ini, Mas." Aku memberikan obat ke tangan Mas Aksa. Urusan Selena biar ibu yang mengurusnya. Ini baru permulaan, nanti setelah puas aku bermain-main dengan mereka, kupastikan selamanya aku akan pergi dari hidup mereka.

"Terima kasih, Ai. Sejujurnya mas menyesal sudah mengkhianati kamu, Ai," paparnya seraya memasukkan obat ke dalam mulut.

Dreet!

Aku melirik ponsel yang sejak tadi dalam genggaman bergetar, nama Nadia--sahabatku terlihat dilayar benda pintarku.

"Mas, aku terima telepon dulu, ya."

Aku meninggalkan Mas Aksa di dalam kamar. Ya, aku harus cari tempat yang aman untuk berbicara dengan Nadia.

"Jangan lama-lama, Ai," teriak suamiku di dalam kamar.

Hening. Aku mengedarkan pandangan ke penjuru rumah, ibu, Ratu, juga Selena tidak ada. Mereka kemana? Kulangkahkan kaki ke belakang. Setelah dirasa aman, aku mengangkat panggilan dari Nadia.

"Hallo, Nad," sapaku.

[Ai, gawat. Supplier ayam potong tidak bisa dihubungi bahkan nomorku diblokir. Resto sudah membayar full tapi pihak mereka tidak memberi konfirmasi jika hari ini mereka tidak bisa mengirim ayam mentah] jelas Nadia.

"Apa? Jadi Raja Ayam Potong belum mengirim bahan mentahnya?" tanyaku kaget.

[Iya, Ai. Bahan mentah sudah menipis, Resto sedang ramai. Kita tidak mungkin menunggu lebih lama]

Raja Ayam Potong adalah pemasok ayam mentah untuk resto kami. Kami sudah bekerja sama dari sebelum orang tuaku meninggal, memang setelah Pak Raja sudah tidak memegang usahanya karena menurut sopir yang biasa mengantar, usaha Ayam Potong itu sudah diwariskan ke anaknya. Biasanya mereka tidak pernah telat mengirim ayam mentah, kami percaya sehingga kami selalu membayar full diawal.

"Nad, kalau begitu kamu coba hubungi Ajun Ayam Potong saja sampai pihak Raja Ayam Potong bisa dihubungi," kataku memberi saran.

Tidak mungkin kami menunggu Raja Ayam Potong mengirim barangnya bisa-bisa resto kehabisan bahan mentah.

[Ok, Ai. Oh, iya, kapan kamu ke Resto? Sudah lama kamu tidak kesini, pemasukan Resto naik pesat, Ai]

"Nanti aku ke Resto, tapi sebelum itu aku harus menyelesaikan urusanku dulu, Nad. Terima kasih, kamu sudah membantuku memajukan Resto orang tuaku," ucapku terharu.

[Kamu itu bicara apa, Ai. Kita sahabat, selama aku bisa membantu, akan kuberikan seluruh tenaga yang aku punya untuk kamu]

"Bu, aku yakin ini gara-gara sambel yang dibuat Mbak Aira." Suara Ibu dan Ratu terdengar dari dalam rumah.

"Nad, sudah dulu, ya. Nanti aku hubungi kamu lagi," ucapku berbisik. Tanpa menunggu jawaban Nadia aku mematikan sambungan telepon sepihak. Cepat aku masuk ke dalam.

Ibu, Ratu, juga Selena melirikku sinis. Ulet keket itu ternyata sudah tidak lemas lagi. "Heh, Aira. Kata dokter Selena sakit perut karena sambal yang kamu buat, kamu harus tanggung jawab!" ujar ibu.

"Kenapa menyalahkan sambal yang aku buat, seharusnya salahkan Selena kenapa dia makan sambal banyak-banyak. Seharusnya kalau sudah tau perutnya tidak kuat pedas jangan sok-sokan makan sambal," jawabku tegas.

"Mbak Aira, pasti sengaja ingin menyingkirkanku biar bisa memiliki Mas Aksa seutuhnya, ya, kan!" tuding Selena sengit.

Aku membuang napas kasar, jangan sampai emosiku terpancing. Kejahatan jangan dibalas kejahatan tapi harus dibalas dengan taktik yang cerdik.

'Sabar, Ai.' Aku terus mensugestikan diri agar sabar menghadapi mereka.

"Terserah kamu mau menuduhku seperti apa. Kamu harus tau, aku bukan tipe wanita yang mengambil bekas orang lain, paham!" ujarku menekan.

Selena terlihat semakin murka, kedua tangan terkepal. "Aku pastikan Mas Aksa akan menalakmu secepatnya!"

"Aku tunggu saat itu," jawabku cuek. Aku meninggalkan mereka masuk ke dalam kamar.

"Awas, ya, kalau itu terjadi jangan menangis," ejek Selena. Tumben ibu dan Ratu hanya diam saja, biasanya mereka digarda paling depan membela Selena.

Tiba di dalam kamar, aku melihat Mas Aksa baru saja keluar dari toilet, wajahnya semakin kuyu tak bertenaga

"Ai, kok, obatnya belum bereaksi, ya." Mas Aksa sampai jalan membungkuk menuju ranjang.

"Masa, sih, obatnya belum bereaksi, Mas?" tanyaku bingung. Setahuku obat itu manjur mengobati sakit perut.

"Sewaktu kamu diluar mas sudah bolak-balik kamar mandi 3 kali, Ai," ringisnya.

Aku yang penasaran, akhirnya mengecek obat yang aku berikan untuk Mas Aksa.

Aku melebarkan mata, kaget. Ternyata aku salah memberi obat yang seharusnya obat mampet malah obat pelancar untuk orang yang sedang mengalami sembelit. Pantas saja obatnya belum bereaksi.

"Kamu kenapa, Ai? Obatnya benar, kan?" tanya Mas Aksa cemas.

Reflek aku menutup mulut dengan tangan menahan tawa, ternyata aku salah memberi obat. Mungkin itu balasan untuk suami yang sudah menyakiti istri.

"Be--benar, kok, Mas," jawabku gugup seraya menggaruk leherku yang tidak gatal. Aku tidak mau Mas Aksa curiga kalau aku memberinya obat yang salah. Aku harus membuat Mas Aksa jatuh cinta lagi sama aku agar misi balas dendamku berhasil.

"Syukurlah, mas pikir kamu marah lalu ngasih obat yang salah, Ai." Wajah Mas Aksa terlihat lega.

Aku mendekati Mas Aksa lalu duduk disampingnya.

"Kalau mas berpikir aku akan balas dendam ke mas dan Selena, mas salah. Aku bukan orang yang bodoh meracuni kalian hanya dengan obat pencahar. Karena aku pintar aku pasti akan memilih meracuni kalian dengan racun sianida biar sekalian kalian bisa bersatu di akhirat," ujarku. Tak lupa kuberikan senyum menyerigai.

Mas Aksa tersentak kaget, bisa kulihat perubahan wajahnya ketakutan. Dia pikir aku akan diam dan menerima dengan ikhlas dimadu. Sorry, ya.

"Ai, Mas minta maaf sudah menyakiti kamu, Mas mohon kamu jangan jadi orang yang jahat. Mas nggak mau mati muda, Ai," katanya memelas.

Cih! Enak sekali bilang maaf dan menyuruhku jangan jadi orang jahat. Aku berubah seperti ini karena kamu yang menyakitiku lebih dulu, Mas.

"Semua sudah terjadi, percuma aku marah sama kamu mas tidak akan merubah keadaan, kamu juga tidak mungkin menceraikan Selena, kan," gumamku berpura-pura sedih.

"Ai, Mas janji akan adil sama kamu dan juga Selena."

Aku tersenyum kecut. "Oh, iya, Karena mas sudah menikah lagi. Jadi, mulai besok urusan keuangan rumah aku serahkan ke Selena termasuk kebutuhan rumah dan dapur," lanjutku.

Mas Aksa terkejut dia menatapku tak percaya. "Kamu tidak mau mengurus mas lagi, Ai?" tanyanya dengan suara bergetar.

Aku menghela napas kasar, untuk apa dia menikah lagi kalau tugas istri baru hanya melayaninya di ranjang.

Ibu dan Ratu menjadikanku babu sedangkan Mas Aksa dengan Selena tugasnya bersenang-senang saja, itu tidak adil.

"Mas, karena mulai besok aku mau kerja lagi. Aku hanya ingin menyiapkan diri, jika sewaktu-waktu kita tidak lagi bersama aku sudah bisa mencari uang sendiri. Dan, sebaiknya mas mulai ajari Selena mengurus rumah jangan hanya bisanya dandan dan goyang saja! Tapi dia juga harus bisa menjadi istri yang baik seperti aku yang bisa mengurus semuanya."

Mas Aksa meremas rambutnya bisa lihat dia sedang frustasi karena aku mau kerja lagi. "Kamu mau kerja lagi, Ai? Terus yang masak siapa?"

Ya Tuhan, bisa-bisanya aku jatuh cinta dengan orang yang tidak punya perasaan. Yang ada dalam pikirannya hanya makan.

"Ya, Mas suruh Selena masak. Dulu waktu aku baru masuk ke rumah ini saja harus bisa masak oleh ibu kamu. Kalau mas keberatan aku kerja lebih baik kita pisah saja, Mas" ancamku.

"Jangan, Ai. Mas tidak mau kita bercerai, mas akan menyuruh Selena menggantikan tugas kamu walau masakkan Selena tidak enak," jawabnya lesu.

Siapa suruh punya istri dua pusing, kan.

"Terima kasih, Mas," ucapku.

Brak!

Brak!

"Mas Aksa, keluar kamu! Kamu tidak boleh tidur dengan Mbak Aira, apa kamu lupa mas kita masih bulan madu," teriak Selena sambil menggedor pintu kamar dengan kencang.

"Tuh, istri baru mas minta ditemani, belum apa-apa dia mau menguasai kamu," sindirku.

"Ya sudah, malam ini mas mau tidur sama kamu saja, ya. Mas kangen kamu, Ai."

"Tidak bisa, Mas. Kalian penganten baru, aku tidak mau menanggung dosa karena kamu tidak adil membagi waktu," tegasku menolak.

"Tapi mas sedang sakit, Ai. Mas mau dimanja sama kamu."

Enak saja saat sakit dia mau aku yang mengurusnya sedangkan saat senang dia dengan Selena.

"Mas Aksa, kalian sedang apa!" teriak Selena semakin kencang. Pintu kamar sampai bergetar karena digebrak dengan keras.

"Mas, sebaiknya kamu keluar. Memangnya mas tidak malu kalau tetangga dengar, ini sudah malam," ujarku kesal. Bisa-bisa pintu kamar roboh jika dibiarkan saja.

"Ok, Mas akan keluar tapi nanti kalau Selena tidur mas pindah ke kamar ini, ya."

Aku hanya menggedik bahu, terserah. Sejujurnya aku sudah malas melayani Mas Aksa, apa lagi perkakasnya bekas Selena.

Dengan langkah berat suamiku melangkah mendekati pintu, aku mengikuti Mas Aksa dibelakang. Tapi sebelum itu aku sengaja sedikit mengacak-ngacak rambutku tak lupa juga membuka satu kancing baju bagian atas. Mas Aksa membuka pintu perlahan, Gadis itu sudah berdiri di depan pintu sembari berkacak pinggang, seolah sedang menggerebek suaminya yang selingkuh.

"Kenapa lama sekali buka pintunya! Pasti kalian sedang macam-macam, ya!" ujarnya menyelidik.

"Kamu itu kenapa, sih, Selena! Mau kami macam-macam juga tidak ada larangan. Aku dan Mas Aksa masih sah pasangan suami istri," sahutku. Aku sengaja mengapit lengan Mas Aksa mesra agar Selena cemburu.

Selena melengos tidak suka, aku yakin dia sedang cemburu karena suaminya berduaan dengan wanita lain walau itu dengan istri sahnya. Tidak ada satu wanita pun yang ikhlas suaminya berduaan di kamar dengan wanita lain. Makanya jangan jadi yang kedua.

"Ada apa ribut-ribut," sela ibu dibelakang Selena.

"Ini, Bu. Mbak Aira melarang Mas Aksa tidur denganku, aku itu lagi sakit butuh suamiku, Bu," rengek Selena.

"Aku juga sedang sakit, Selena. Hanya Aira yang bisa merawatku, kalau kamu sakit ada ibu," keluh Mas Aksa.

"Aksa, apa kamu tidak kasihan dengan Selena. Dia itu baru pindah ke rumah ini, masa ibu yang menemani istri kamu tidur," bentak ibu.

"Ibu benar, Mas. Aku tidak mau ribut, sebaiknya kamu tidur di kamar Selena," kataku.

"Tuh, Mbak Aira saja menyuruh kamu tidur denganku. Ayo, Mas." Selena menarik tangan Mas Aksa menuju ke kamar mereka.

Gegas, aku menutup pintu dan tidak lupa menguncinya. Aku tidak mau tengah malam Mas Aksa masuk ke dalam kamar lalu memintah jatah malam.

*****

Hari ini aku bangun lebih awal, bukan untuk menyiapkan sarapan pagi mereka tapi aku mau luluran dulu sebelum ke resto. Ya, mulai sekarang aku akan merawat diri seperti dulu. Semalam aku tidur sangat nyenyak sekali.

Aku tidak tau semalam Mas Aksa mencoba masuk ke dalam kamar atau tidak karena pintu kamar aku kunci dari dalam.

Kulirik jam di dinding sudah jam 6 lebih lima belas menit. Tanda-tanda kehidupan belum terdengar diluar karena biasanya setiap pagi akan ada suara teriakkan ibu, entah meminta sarapan pagi atau menyuruhku ini itu, aku yakin mereka masih belum bangun.

Setiap hari rutintasku tidak jauh dari memasak sarapan pagi, siang, malam untuk mereka, lalu dilanjut beres-beres rumah tanpa jeda. Kadang aku baru istirahat sampai jam 11 malam.

Selesai membersihkan diri aku mengaplikasikan wajah dengan make up flawless. Setelah dirasa sempurna dandanku, aku keluar kamar.

Gelap. Lampu-lampu di seluruh ruangan masih padam. Ternyata benar mereka belum bangun padahal sudah siang. Kulirik kamar Selena dan juga Mas Aksa masih tertutup. Apa mungkin Mas Aksa belum bangun? Sebentar lagi waktunya Mas Aksa berangkat ke kantor.

Ah, bodo amat. Mulai sekarang aku tidak peduli mau Mas Aksa telat kerja atau tidak karena tugasku sudah aku alihkan ke Selena. Toh, gaji Mas Aksa juga bukan untukku.

Baru saja akan meninggalkan kamar, samar terdengar suara seseorang dari dapur. Karena penasaran aku jalan jinjit mendekati dapur.

"Apa peternakkan kita kebakaran, Pa," pekik Selena.

Ternyata Selena yang sedang menelpon mungkin dengan orang tuanya. Wajah gadis itu nampak panik, lalu tidak lama tubuhnya luruh di lantai sambil menangis.

Bersambung

Bab terkait

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Cemburu

    Suara pintu dibanting terdengar dari kamar Selena, tak lama Mas Aksa keluar hanya memakai celana kolor tanpa memakai baju. "Selena," teriaknya. Aku meninggalkan dapur menghampiri Mas Aksa. "Mas, kamu itu kenapa masih pagi teriak-teriak?" tanyaku bingung. Suamiku mengusap wajahnya kasar, rahang kokohnya mengeras menandakan Mas Aksa sedang dalam keadaan benar-benar marah. "Ini sudah siang, Selena tidak membangunkanku," ujarnya. "Aksa, kamu itu kenapa teriak-teriak berisik, tau!" protes ibu berdiri diambang pintu dengan rambut acak-acakkan. "Selena tidak membangunkanku, sekarang sudah setengah 7 kalau aku telat gimana, Bu? Ibu, sih, menyuruh aku tidur dengan Selena. Kalau gajiku dipotong karena telat apa ibu mau jatah ibu dikurangi!" ungkap Mas Aksa begitu kesal. Memangnya enak beristri dua, pusing sendiri kan. Gaji Mas Aksa sebenarnya tidak terlalu besar, dia hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan jasa. Gaya hidup ibu mertua dan adik iparku selalu mewah. Menurut cerita Mas Ak

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Rahasia Selena Si Pelakor

    Aku berusaha mengingat mirip dengan siapa suara anak Pak Raja? Tiba-tiba wajah adik madu berkelebat di memori. Ya, suaranya mirip Selena.Ya, aku ingat sekarang. Obrolan Selena dengan seseorang di telepon tadi pagi, peternakan orang tuanya kebakaran. Apa mungkin Selena anak Pak Raja, jika diruntun dengan kejadian kebakaran peternakan milik keluarga Selena sama persis dengan musibah yang dialami Pak Raja."Maaf, Mbak. Saya hanya bisa memberi tenggang waktu 2 minggu untuk pengembalian uangnya," sahutku tegas."Sombong banget, sih, baru jadi orang kaya segitu saja belagu. Resto kamu ramai, berkat ayam potong dari kami yang kualitasnya bagus," ujar wanita disebrang telepon terdengar tidak terima.Tidak salah, itu memang suara Selena. Wanita itu ternyata anak Pak Raja. Tunggu, tadi pagi Selena bilang ke Mas Aksa dan ibu kalau orang tuanya ditipu karena ada pelanggan ayam potongnya belum membayar barang yang dikirim dari Raja ayam potong. Jadi, Selena berbohong ke mereka meminta uang untuk

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Fakta Baru

    Tepat pukul 7 malam menu habis hanya ada beberapa menu yang masih tersedia. Aku memilih menutup resto lebih awal melihat semua karyawan nampak kelelahan. Biasanya resto tutup jam 10 malam."Nad, kita tutup resto lebih cepat saja. Bahan mentah sebagian habis," ucapku ke Nadia."Kamu benar, Ai. Bahan-bahan nanti malam dikirim," jawab Nadia."Nggak nyangka resto makin rame, Nad. Berkat kamu yang mengelolanya," pujiku."Hari ini ramai sekali karena pemilik resto kembali lagi, Ai. Sebenarnya kedatangan kamu membawa hoki, Ai. Kayanya bakal ada yang buka cabang resto lagi, nih," sindir Nadia."Aamiin, semoga saja aku bisa membuka cabang lagi, ya, Nad."Aku, Nadia dan Karyawan lain sudah menutup resto. Karyawan telah bersiap-siap untuk pulang, sebelum mereka pergi tidak lupa aku memberikan bonus ke mereka lima lembar uang berwarna merah. Seketika wajah semua karyawan berubah sumringah."Terima kasih, Mbak Aira. Semoga saja rejeki Mbak Aira selalu lancar dan resto semakin ramai," ucap Laras."

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Kenyataan Menyakitkan

    "Apa?" seru ibu mertua nampak shock seraya memegang dadanya yang mungkin terasa sesak setelah tahu kenyataan yang sebenarnya. Mulai sekarang aku tidak peduli walau dianggap menantu durhaka, tidak punya sopan santun terhadap orang tua. Jika sudah menyangkut resto sampai kapanpun aku tidak akan tinggal diam. Orang tuaku mendirikan resto dengan susah payah lalu dengan gampangnya Selena memfitnah resto."Ai, stop," bentak Aksa. "Ibu tidak apa-apa?" tanya Mas Aksa panik."Diam kamu, Mas. Aku disini hanya membela resto tempatku bekerja. Dan, ibu tolong sampaikan ke menantu kesayangannya, jika dalam waktu 2 minggu tidak ada pengembalian uang resto, bersiap-siaplah resto akan menuntut Selena," ancamku sengit. Hilang sudah rasa hormatku terhadap ibu yang sudah melahirkan suamiku."Aksa, lihat istri kamu sudah durhaka dengan ibu. Apa kamu mau mempertahankannya," lirihnya sedih. Ibu terlihat berpura-pura lemah untuk menarik simpati putra kesayangannya.Mas Aksa meremas rambut dengan kedua tang

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Aira Menunjukkan Jati Diri

    Aku benar-benar kecewa mendengar pengakuan Mas Aksa, dia dengan mudah mengeluarkan uang banyak agar bisa dilayani Selena. Sedangkan, aku istri sahnya harus sengsara dengan uang bulanan yang kurang. Ibu mertua bahkan menganggapku menantu boros tidak bisa mengelola gaji suami.Aku tidak pernah membantah apapun yang Mas Aksa minta, dan selalu menurut. Ya Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan dengan pria tidak punya hati. Kuhentakkan tangannya dengan kasar. "Lepas!" teriakku. "Lebih baik kamu talak aku sekarang, Mas," ucapku dengan suara bergetar.Pria di depanku tersentak kaget lalu menggeleng. "Ai, sampe kapanpun mas tidak akan menceraikanmu, Titik!" tegasnya."Kamu pria egois yang pernah aku temui, Mas. Aku menyesal mencintai kamu," lirihku dengan suara tercekat.Tubuh ini terguncang menahan gelombang amarah yang sebentar lagi meledak, Mas Aksa meremas bahuku dengan sorot tajam. "Kamu kenapa tiba-tiba meminta cerai atau memang benar kamu dan Sean selingkuh!" tudingnya sarkas."Kenapa k

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Penyesalan Aksa

    Selesai berkemas, aku menghubungi Nadia agar menjemputku. Aku bersyukur memiliki sahabat seperti Nadia selalu ada dalam keadaan senang atau pun susah.Malam ini aku akan pulang ke rumah orang tuaku yang setahun sudah kutinggal. Aku hanya membereskan pakaian sebelum menikah dengan Mas Aksa, hanya 5 stel baju kesayanganku salah satunya baju milik mama yang selalu aku simpan ketika rindu melanda dan beberapa barang peninggalan mama.Sebelum menutup lemari, aku memandang susunan rak yang kosong aku baru sadar tidak memiliki banyak baju. Berbeda dengan lemari pakaian Mas Aksa setiap raknya tersusun penuh baju milik suamiku. Sungguh miris, selama menikah dengan Mas Aksa aku hanya membeli baju beberapa stel selebihnya ibu hanya membelikanku daster di pasar. Bodoh, aku lebih mementingan perut mereka dari pada kebutuhanku. Mungkin ini yang menyebabkan Mas Aksa selingkuh dengan Selena karena aku tidak bisa merawat diri.Selesai, aku menyeret koper kecil lalu keluar dari kamar. Ibu dan Selena m

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Aksa Cemburu Dengan Sean

    Aku terduduk lemas di kursi teras. Nadia mengeryit kening. "Ada apa, Ai?" tanya Nadia bingung sembari menghempaskan bobot tubuh di kursi sampingku."Nad, aku lupa membawa buku nikah," lirihku sedih.Nadia terlonjak kaget. "Coba kamu cari dulu di koper siapa tahu kamu bawa, Ai." Nadia mencoba menangkanku.Aku menggeleng lemah seraya menghela napas panjang. Baru saja terlepas dari rumah neraka, masa harus kembali ke rumah itu lagi. Nadia terlihat gusar, sesekali memijit pelipisnya. Aku yakin lupa memasukan buku nikahku ke dalam koper."Ai, lebih baik kamu istirahat. Besok kita pikirkan lagi cara mengambil buku nikah kamu agar bisa mengajukan gugatan cerai secepatnya. Aku yakin Aksa dengan ibunya yang matre itu tidak akan tinggal diam, apa lagi mereka sudah tahu kamu pemilik resto yang sebenarnya," ucap Nadia memberi saran.Benar kata Nadia, aku harus istirahat. Sungguh raga ini sangat lelah, aku kembali berdiri mengambil kunci rumah. Pintu terbuka, pemandangan pertama kulihat foto kelua

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Aira Menjadi Rebutan Dua Pria Tampan

    Aku mengeraskan rahang mendengar Mas Aksa menantang Mas Sean untuk memperebutkanku. Dengan kesal aku meninggalkan mereka masuk ke dalam ruangan kerjaku. Aku tidak perduli apa yang akan mereka lakukan.Memangnya aku barang seenaknya mereka perebutkan. Aku ingin segera lepas dari Mas Aksa tapi bukan berarti aku memilih Mas Sean."Ai, ada apa ribut-ribut?" tanya Nadia. Bertepatan dengan Nadia baru akan keluar dari ruangan kerjaku."Mas Aksa dan Mas Sean sepertinya akan berantem, Nad," jawabku sedikit kesal dengan kelakuan dua pria dewasa tapi seperti anak kecil.Nadia tercengang kaget. "Serius mereka mau adu jotos, Ai? Kenapa tidak sekalian di ring tinju saja biar tahu siapa yang masuk rumah sakit dan yang masuk liang lahat," ucapnya serius.Aku menyipitkan mata melihat gadis cantik didepanku. "Aku itu serius, Nad. Malah kamu bercanda," protesku dengan bibir manyun."Cie yang jadi rebutan cowok ganteng," sindir Nadia bercanda."Apaan, seh, nggak lucu. Udah, ah. Biarin saja mereka reunian

Bab terbaru

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Beginikah Rasanya?

    Aku membelalakkan mata, kaget. Cepat aku menutup wajah dengan kedua tangan, karena malu. Mata ini sudah ternoda melihat yang tidak seharusnya. Rumah kayu sedikit bergerak, jantung semakin berdetak cepat. Aku tersentak sebuah tangan memegang kedua telapak tangan ini. Seketika atmosifir berubah panas."Ai," bisik Mas Sean."Mas, aku mohon jangan," lirihku dengan suara tercekat di tenggorokan. Aku masih menutup wajah dengan kedua tangan karena takut.Kasur angin bergerak, pria itu duduk tepat disampingku. Tubuh ini seketika gemetar membeku di tempat. Helaan demi helaan terdengar, aku berusaha menetralkan degub jantung. Walau bukan pertama untukku, tapi aku tidak mau sampai terjadi karena kami belum menjadi pasangan halal."Ai, aku tidak akan melakukannya," ucapnya pelan."Kamu janji, Mas," sahutku masih menutup wajah dengan kedua tangan. Jujur aku masih belum percaya, apa lagi di tempat ini hanya ada kami berdua. Dia pria dewasa dalam situasi sedang berh*srat."Janji, maaf ya sudah memb

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Hasrat Yang Tertahan

    Di luar hujan semakin lebat, atap rumah pohon kayu banyak yang bocor di mana-mana. Untuk beristirahat saja susah karena semuanya basah. Aku dan Mas Sean duduk saling berhimpitan karena hanya tempat duduk kami yang kering.Suara binatang liar kembali terdengar, seakan hewan buas itu berada di bawah pohon ini. "Ssst, di bawah sepertinya ada serigala, Ai," bisik Mas Sean begitu pelan.Aku duduk sambil menekuk kedua lutut, menahan hawa dingin. Mas Sean disamping sudah siaga, dia mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya. "Mas, kamu bawa ini?" tanyaku kaget melihat pria itu membawa senjata tajam."Ini hutan, Ai. Kita tidak boleh lengah, banyak binatang buas, atau pemburu yang ingin mencelakai kita," sahutnya.Dalam situasi seperti ini Mas Sean bisa diandalkan. Semoga saja, dia bisa melindungiku. Dia berdiri tepat di depan pintu, dibawah semakin banyak langkah kaki binatang berkaki empat."Mas, aku takut," lirihku pelan. Mas Sean hanya melirikku sekilas lalu fokus kembali menatap pintu r

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Ciuman Pertama

    Keheningan beberapa saat menyelimuti kami. Helaan napasnya mengenai ceruk leher ini. Sesaat aku menikmati pelukkan hangat yang dihasilkan dari atmosfir tubuh kami.Mas Sean mengurai pelukkannya, dia membingkai wajah ini. Jarak kami begitu dekat. "Ai, aku janji tidak akan menyakiti kamu," ucapnya seraya membelai rambut hitam panjangku.Aku seperti terhipnotis, menatap iris hitam dengan bulu mata tebalnya. Suara adzan subuh berkumandang menyadarkanku dari wajah tampannya. Jika ada suara adzan berarti ada surau di dekat sini dan pasti ada rumah warga. Kupikir hanya villa ini saja yang di kelilingi hutan pinus."Mas, sudah waktunya sholat subuh." Aku berusaha melepaskan tangannya di pinggang rampingku demi menghindari dari hal yang tidak seharusnya. Kami sama-sama sudah dewasa, suasana seperti ini bisa saja terjadi sesuatu tidak diinginkan. "Sebentar, Ai." Aku kembali dibuat kaget ketika dia mendekatkan wajahnya.Cup!Sebuah kecupan mendarat di pipi, kulebarkan kedua bola mata menatapny

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Rasa Yang Aneh

    "Ai, kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Sean yang sudah selesai berbicara dengan Ardi. Aku terduduk lemas di lantai karena seluruh persendianku seketika lemas. Resto yang susah payah orang tuaku bangun terbakar.Mas Sean berusaha mengangkat tubuhku lalu mendudukkanku di atas ranjang. "Mas, resto gimana?" tanyaku setelah keadaanku sudah sedikit tenang. Aku terlalu shock mendengar berita itu."Kamu tenang saja, Ai. Kebakarannya hanya melahap bagunan resto bagian samping saja. Hanya sedikit yang perlu diperbaiki, beruntung saat itu ada Ardi yang belum pulang dari toko Koh Acong melihat ada pria sedang menyiram bensin lalu membakar resto. Jadi, kebakarannya tidak sempat meluas kemana-mana. Ardi meminta tolong warga yang lewat untuk membantunya memadamkan resto sebelum menjalar masuk ke dalam," terang Mas Sean.Samping kiri dan kanan resto masih kebun kosong milik warga, sedangkan depan resto beberapa deretan toko salah satunya toko elektronik milik Koh Acong yang telah berdiri lebih dulu dari

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Salah Pegang

    Mas Aksa benar-benar keterlaluan, dia ingin mengajak perang. Aku yakin Zoya yang membantu Mas Aksa menyewa pengacara untuk membatalkan gugatan ceraiku. "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Mas?" tanyaku."Kamu harus berikan bukti baru, Ai. Agar Aksa kalah," sahut Mas Sean."Selama 3 bulan Mas Aksa tidak memberiku nafkah, Mas. Dia terlalu sibuk dengan Selena. Apa itu bisa menjadi bukti?" "Itu bisa menjadi bukti, untuk kamu menggugat balik Aksa, Ai. Kalau sudah tiga bulan tidak memberi nafkah, sama saja Aksa sudah menalak kamu secara agama, Ai. Dan, kamu bisa menuntut Aksa dengan pasal menelantarkan istri.""Mas Aksa juga pernah menalakku, Mas. Apa secara agama sah, waktu itu kami bertengkar hebat karena Mas Aksa selalu pulang malam. Saat itu aku protes, tapi dia bilang kalau aku melarangnya, kamu aku talak. Apakah itu jatuh talak?" tanyaku."Itu sudah jatuh talak, Ai. Jika Aksa mengucapkannya dalam keadaan sadar, Ai. Kamu kenapa tidak pernah cerita sama aku, Ai?""Dia sadar, Mas. Ada i

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Salah Kamar

    "Daging barbequenya enak sekali, baru kali ini aku makan daging seempuk dan semanis ini," celetuk Susi."Ini daging wagyu, Sus. Mas Sean membeli daging ini dengan kualitas nomor 1 dan kamu harus tahu harga daging wagyu sekilo saja ada yang mencapai harga satu sepeda motor," jelas Roni."Apa? Jadi, daging wagyu ini mahal. Pantas saja rasanya berbeda dengan daging sate sapi yang sering aku beli," balas Susi."Kamu norak banget, Sus. Masa daging wagyu disamain sama daging sapi yang dibeli pinggir jalan," timpal Iqbal."Enak saja kamu bilang norak, gini-gini aku sering makan daging sapi sama kambing," ketus Susi diiringi gelak tawa karyawan lain.Mas Sean ikut tertawa mendengar obrolan karyawanku. "Mbak, Mas Sean ganteng, ya," bisik Laras yang kebetulan duduk disampingku. Sedangkan Mas Sean duduk berhadapan denganku hanya terhalang meja."Biasa saja, tuh," sahutku."Serius, biasa saja. Kalau Mas Sean diambil si Zoya itu, apa mbak rela," goda Laras."Udah, ah, jangan sebut-sebut wanita it

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Liburan Romantis

    Selama perjalanan menuju puncak, aku memilih menutup mata agar perasaan gelisah hilang. "Ai, bangun sudah sampai," bisik Mas Sean. Aku membuka mata sambil menguceknya, ternyata selama perjalanan aku tidur nyenyak."Sudah sampai, Mas," gumamku seraya meregangkan otot pinggang yang terasa kaku."Mbak tidur nyenyak sekali, kami tidak tega bangunin, Mbak Aira," sela Laras yang sudah bersiap turun dari dalam mobil sedangkan aku sudah tidak melihat Bik Surti.Aku menatap ke depan, ternyata benar sudah sampai. Di depanku sebuah Villa mewah dengan dua lantai berdiri kokoh, aku mengedarkan pandangan kesamping melihat pemandangan luar semua hutan pinus. Bis rombongan karyawanku juga sudah sampai."Mbak, aku masuk ke dalam dulu, ya," ucap Laras. "Iya, Ras," jawabku.Mas Sean masih duduk dibalik kemudi, dia masih setia menungguku mengumpulkan nyawa karena baru bangun tidur."Mas, ini villa kamu?" tanyaku sedikit tidak percaya. "Iya, bidadari surgaku. Villa ini sengaja aku beli, untuk kita nant

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Firasat Buruk

    Aku menahan amarah melihat video yang aku tonton di ponsel Laras. Hawa panas sudah naik ke atas ubun-ubun. Kurang ajar! Zoya membuat video klarifikasi bersama Mas Aksa dan juga Ratu, ternyata mereka benar-benar bersekongkol untuk menghancurkan hidupku."Ada apa, Ai?" tanya Mas Sean mungkin melihat perubahan ekspresi wajahku."Kamu lihat sendiri, Mas." Aku menyerahkan ponsel Laras ke tangan Mas Sean.Aku tidak habis fikir, Mas Aksa melakukan hal serendah itu. Dia playing victim seolah aku istri durhaka. Di video itu Mas Aksa menjelaskan, dia terpaksa menikah lagi karena ibunya ingin menimang cucu dikarenakan ibu sedang sakit keras takut tidak ada umur. Mas Aksa juga mengatakan dia sudah adil denganku dan juga Selena, walau dia memiliki istri lagi namaku tetap nomor satu di hatinya.Mas Aksa juga mengatakan aku ingin berpisah dengannya karena dia sudah jatuh miskin, lalu aku berselingkuh dengan pria kaya. Apa lagi Ratu juga ikut menjatuhkanku dengan mengatakan aku tidak mau mengurus Mas

  • DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL   Kelakuan Aneh Sean

    "Mas Sean, kamu di sini?" tanyaku kaget. Jujur aku terkejut pria itu sudah disamping tengah tersenyum penuh arti kearahku."Mas Sean, keren. Aku sudah lihat video itu, beruntung Mbak Aira dicintai Mas Sean," puji Mbak Dian. Aku melirik tidak suka kearah Mas Sean karena aku yakin pria itu sedang kegeeran."Terima kasih pujiannya, Mbak Dian. Aku hanya ingin memperjuangkan cintaku," sahut Mas Sean seraya menyugar rambutnya."Mas Sean, warga kompleks perumahan ini akan selalu mendukung kalian.""Wah, terima kasih dukungan kalian. Aku janji tidak akan mengecewakan kalian dengan membahagiakan Aira," balas Mas Sean mantap.Aku menepuk keningku pelan mendengar obrolan mereka, Mas Sean seperti sedang berorasi mencalonkan diri sebagai ketua RT saja yang mencari simpati masa untuk mendukungnya."Mas, kamu mengikutiku?" tanyaku menatapnya penuh selidik."Semalam aku tidur di rumah Kak Indri, Ai," sahutnya santai. Suasana taman semakin ramai, ibu-ibu kompleks yang kebetulan melewati kami menyapa

DMCA.com Protection Status