"Aku tidak mungkin menolak kesempatan emas kali ini, jadi aku menerima lamaran kamu."
Sean menarik tubuh Laura ke dalam dekapannya. "Apakah ini bukan setingan?" bisik Laura.
"Ini nyata, untuk apa aku melamarmu di depan semua orang."
Laur sedikit curiga dengan Sean, karena tidak mungkin pria kaya dan mapan seperti Sean mau melamarnya.
Tetapi melihat raut wajah Rey dan Emily membuat Laura begitu bahagia.
Laura menggandeng tangan Sean dan menariknya menuju ke arah keluarga Rey. "Kalian bisa lihat, aku sudah buktikan bahwa bisa menemukan pria yang jauh lebih baik daripada Rey!"
"Kamu jangan mau dibodohi, kamu belum tahu siapa dia–"
"Siapa saya sebenarnya?" tanya Sean. "Saya adalah Sean Edbert, saya adalah CEO muda yang memiliki banyak saham di Indonesia, ada yang kurang dari saya!"
"Setidaknya calon suami gue jauh lebih baik daripada dia!" tunjuknya ke arah Rey.
Ting.
Semua ponsel yang berada di dalam aula acara berbunyi. "Jangan lupa untuk datang ke acara pertunangan saya, itu undangan khusus untuk kalian semua."
Laura dan Sean segera pergi dari sana, mereka berhasil membuat keluarga Edric diam dan membisu.
Laura begitu senang ketika melihat Rey dan Emily terdiam. Sedangkan Sean, masih belum puas dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Diandra.
"Kenapa keluarga Edric begitu membenci kamu? Padahal, mereka sendiri yang begitu mengharapkan kehadiranmu," ujar Laura.
"Mungkin mereka merasa iri, karena kamu bisa menemukan pria yang jauh lebih baik daripada Rey."
Laura menganggukkan kepalanya, selama perjalanan ke apartemen milik Laura, keduanya saling mendiami satu sama lain.
"Besok pagi aku jemput kamu, untuk memilih pakain yang sudah aku pesankan, apakah kamu mau?" tanya Sean.
Laura tersenyum hangat menatap pria di sampingnya. "Bukankah acara pertunangan kita terlalu cepat?" tanyanya.
Sean menghentikan mobilnya di tepian jalan. "Lebih cepat labih baik, mereka akan semakin merasa iri dan dengki terhadap kamu," jelasnya.
Tak berapa lama mereka tiba di parkiran basment apartemen. "Bagaimana, besok aku jemput atau kamu ingin mengundurkan acara ini?" tanya Sean.
"Jemput aku jam 10 siang, soalnya aku harus mengerjakan beberpa berkas besok pagi," jawab Laura.
Setelah melihat mobil milik Sean menjauh, Laura segera masuk ke kamar dan ingin menikmati kesenangannya.
Tetapi ia terkejut ketika melihat Rey yang berdiri di hadapan pintu apartemennya. "Sedang apa kamu di sini?" tanya Laura.
Langkah kaki pria itu maju ke arah Laura. "Kamu tahu, betapa hancurnya aku ketika kamu memilih Sean untuk menggantikan posisiku!" teriak Rey.
"Dasar! Mana calon istri kamu?"
Laura tidak tahan melihat Rey saat mabuk, karena pria itu seperti seseorang yang baru saja menerima kabar buruk dan membuatnya sangat terpuruk.
Tangannya bergerak mengambil ponsel yang berada di dalam tas dan ingin menghubungi Emily.
Tetapi ponselnya dirampas dengan paksa oleh Rey dan pria itu langsung membuangnya sehingga membuat ponsel milik Laura pecah terbelah menjadi dua.
"Kamu gila! Apa sih yang kamu inginkan!" Laura sudah menahan emosinya sejak tadi.
"Batalkan pertunangan kamu bersama dengan Sean dan aku berjanji tidak akan datang untuk menemui kamu lagi."
Laura melipat kedua tangannya ke depan. "Batalkan? Karena terlalu banyak minum sehingga membuat otak kamu juga tidak berfungsi dengan sangat baik. Aku sarankan sebaiknya kamu pulang atau aku akan memanggil Sean datang ke sini dan menyeretmu keluar dari sini!"
Karena Rey tidak ingin mendengarkan apa yang dikatakan oleh Laura, wanita cantik itu memutuskan untuk menelpon satpam dan menyuruh mereka agar mengusir Rey dari kawasan apartemen.
Setelah perginya Rey, Laura segera masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dengan sangat rapat.
Ia begitu takut jika nanti Rey masuk dan kembali memaksanya Untuk membatalkan pertunangan.
Laura memutuskan untuk beristirahat dan akan menunggu Sean datang menjemputnya langsung di depan pintu.
***
Pagi hari Laura sudah siap dan sedang menunggu Sean di dalam apartemennya, Ia juga sudah menceritakan apa yang telah terjadi kepadanya malam itu.
Hal itu membuat Sean menyuruh Laura untuk menunggunya di dalam dan tidak baik menunggunya di luar apartemen.
Laura memutuskan untuk berjalan ke depan pintu dan mengintip di balik celah, ia terkejut ketika melihat Rey masih duduk di depan pintu kamar apartemennya.
Dengan cepat Laura langsung memberi kabar tersebut kepada Sean dan tak berapa lama ia mendengar suara dua orang pria yang sedang bertengkar di luar.
"Kenapa Rey begitu bersih keras agar aku memutuskan pertunangan ini? Tetapi kali ini aku sudah tidak akan tertipu lagi dengan kata-katanya. Selama ini kepercayaan yang telah aku berikan ia sia-siakan begitu saja, Rey adalah pria sampah yang seharusnya dibuang kepada tempatnya."
Tak berapa lama Laura dapat mendengar suara ketukan pintu dan juga suara Sean yang memanggil namanya dari luar.
Kali ini Laura sudah tidak melihat lagi keberadaan Rey dan ia juga enggan bertanya Kemana perginya pria itu.
Kini Laura dan juga Sian bisa pergi melihat pakaian pertunangannya tanpa gangguan dari Rey.
Setelah sampai di sebuah butik, para karyawan di sana langsung melayani Laura dengan sangat baik dan mereka langsung mengantarkan Laura untuk melihat pakaian yang akan dia gunakan.
Laura terkesima dengan pakaian yang telah disediakan kepadanya. "Apakah benar saya akan menggunakan pakaian ini untuk acara pertunangan?" tanyanya.
"Benar. Gaun seperti seorang Princess dan akan digunakan langsung oleh Princess nya sendiri, gaun ini benar-benar cocok dengan tubuh Anda."
Laura memang memimpikan ingin menggunakan pakaian seperti seorang Princess di saat acara pertunangan dan juga pernikahannya.
"Bagaimana, apakah kamu suka dengan kawan yang telah diberikan ini?" tanya Sean.
Dengan semangat Laura Laura menganggukan kepalanya. "Terima kasih, aku yakin besok aku akan terlihat begitu cantik di depan banyak orang."
Lara menatap ke arah Sean. Walaupun sudah diberikan pakaian yang ia impikan, tetapi Laura masih memiliki rasa curiga terhadap Sean.
Tetapi semua rasa curiganya itu ia hilangkan untuk saat ini, karena Laura tidak ingin membuat suasana yang harmonis berubah menjadi tegang.
Setelah melihat pakaian yang digunakan oleh Laura, Sean meminta izin untuk pergi ke toilet dan meninggalkan Laura menunggunya di sebuah restoran.
Tetapi siapa sangka Laura akan melihat Diandra yang berada di depan restoran.
"Sedang apa wanita itu berada di sana?" tanya Laura.
Karena rasa penasaran dan juga rasa curiga terhadap Diandra, Luara memutuskan untuk mengikuti wanita itu dari belakang.
Luara begitu terkejut ketika melihat Diandra bertemu dengan Sean di tempat yang cukup sepi.
Bahkan ia lebih terkejut lagi melihat Diandra yang terang-terangan memeluk Sean dengan begitu erat dan juga menangis di dalam dekapan pria tersebut.
Setelah melihat apa yang telah terjadi, Laura memutuskan pergi dari sana dan berjalan tanpa arah.Sampai langkah kakinya terhenti dan melihat Sean berdiri di hadapannya. "Mau ke mana, Sayang?"Terlihat dengan jelas Diandra yang berdiri di belakang Sean, tatapannya seakan tidak suka kepadanya."Pergi! Kekasihku sedang menungguku dan aku tidak ingin dia curiga terhadapku!""Sean, kamu lebih memilih dia daripada–""Cukup!" tegasnya ke arah Diandra, ia berbalik dan menggenggam erat tangan Laura. "Ayo, kita pergi dari sini."Diandra mengepalkan kedua tangannya, ketika melihat Sean yang menggenggam tangan Laura begiti erat.Cintanya Sean yang dulu kepada Diandra begitu besar, bahkan pria itu tidak ingin membuat Diandra merasa sakit di dalam hati atau tubuhnya.Tetapi kini semua itu hilang, Sean jelas-jelas begitu peka terhadap Laura dan begitu mencintainya.***Di tempat lain Sean menyuruh Diandra untuk duduk di sebuah taman, tatapannya menatap seluruh wajah wanita di depannya."Kenapa? Kam
Hari ini adalah hari pertunangan Laura dan juga Sean, mereka akan melaksanakan acara pertunangan tersebut di sebuah gedung yang cukup besar."Semoga acara hari ini berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan seperti kemarin."Laura menatap pantulan dirinya di cermin. Kemarin ia dan Sean mendapatkan kabar, bahwa dekorasi acara mereka dihancurkan oleh seseorang.Tetapi Sean berhasil membuat dekorasi yang baru dengan harga yang fantastis, bahkan tempat yang baru juga begitu aman."Acaranya sudah di mulai, mari bersiap-siap lebih dulu."Saat keluar dari ruang ganti, Laura dapat melihat Rey bersama dengan keluarganya yang sedang duduk di kursi tamu.Kedua tatapan mereka bertemu, tetapi beberapa saat Laura mengalihkan pandangannya dan tersenyum ke arah Sean."Tenang saja, Rey tidak akan berani membuat acara ini menjadi berantakan," ujar Sean.Semua dekarasi mereka kemarin hancur karena ulah dari Rey dan Emily. Entah mereka memiliki dendam apa kepada Laura.Padahal setelah acara pertunangan me
Dalam kegelapan, terdengar suara tangisan yang berasal dari sudut ruangan.Sudah satu jam lebih suara tangisan itu berlangsung, tanpa adanya jeda.Hujan yang deras membuat luka yang berada di dalam hatinya semakin sakit dan suara tangisannya semakin besar."Aku tidak mau mempercayai siapapun lagi, aku sudah takut untuk terluka lagi!"Laura pergi meninggalkan Sean yang sedang asyik berciuman dengan Diandra di bawah derasnya hujan."Ternyata sakit ... aku pikir tak akan sesakit ini ... tetapi ini begitu sakit."Tangannya bergerak menutup wajahnya, ia sudah lelah dengan semua orang yang telah membohonginya.Di luar sana suara ketukan pintu terus berbunyi. "Laura, aku ingin menjelaskan semuanya, aku mohon buka pintunya."Tidak hentinya Sean meminta Laura untuk membukakan pintu untuknya, pria itu menangis tanpa mengeluarkan suara."Laura, tolong jangan menangis seperti itu."Di dalam ruangan Laura membaringkan tubuhnya di atas lantai yang dingin, ia memeluk tubuhnya dengan sangat erat.Air
"Duduk di sini dan makan dulu, kamu sudah melewatkan satu jam untuk minum obat.""Nggak mau! Jawab dulu untuk apa ... eh ... eh turunkan aku!" teriak Laura.Tubuhnya digandong paksa oleh Sean dan membawanya ke tempat duduk."Makan!"Tangannya bergerak mendorong semangkuk bubur di hadapannya. "Nggak mau!""Makan atau aku suap!"Karena mendengar ancaman dari kekasihnya, Laura dengan cepat memakan bubur tersebut.Selesai sarapan, ia mengambil obat yang diberikan oleh Sean dan meneguknya dengan secangkir air hangat."Aku ingin menjelaskan semuanya, kamu diam dan dengarkan apa yang akan aku katakan!"Sean paham betul bahwa Laura tidak akan mendengarkannya, tetapi ia tidak bisa untuk tidak menjelaskan semuanya.Penjelasaannya di mula saat Diandra yang menelfonnya untuk berbicara, terapi ia tidak sadar bahwa dirinya di jebak oleh Diandra dan Rey.Karena itu saat Laura sudah pergi, Sean memberikan banyak pukulan ke tubuh dan wajah adiknya itu."Sekarang aku ingin bertanya, ada hubungan apa ka
Menggunakan pakaian yang dibelikan oleh Sean, membuat Laura terlihat cantik di pagi hari.Karena ini adalah hari pertamanya menemani sang kekasih pergi ke kantor, ia ingin terlihat berbeda dari hari yang lain.Ternyata bukan hanya Laura yang berpenampilan begitu cantik, Sean juga tidak ingin kalah dengan penampilannya."Sudah siap, ayo kita berangkat."Sean dan Laura berangkat menuju ke kantor. Karena terlalu pagi, mereka memutuskan untuk berhenti di sebuah kedai bubur untuk sarapan pagi.Selesai sarapan mereka segera melanjutkan perjalanan. "Sesampainya di kantor, apapun yang kamu dengar dari para karyawan tolong jangan dimasukkan ke hati."Saat kedua kaki Laura turun dari mobil, semua para karyawan yang sedang menunggunya menatap dirinya dengan sangat tajam.Kedua tatapan Laura menatap penuh arti ke arah kekasihnya. "Aku menyuruh mereka untuk menyambut calon istri CEO," jelas Sean.Sean menggenggam erat tangan Laura, membawa wanita cantik itu untuk masuk ke dalam kantor."Mulai seka
"Nggak bisa! Keputusan sudah di tetapkan dan aku tidak ingin kamu jauh dariku, paham!" tegas Sean.Hellan nafas panjang terdengar dari Laura. "Jika itu yang kamu mau, bolehkah aku memintamu agar memberikan jabatan kepala bendahara kembali kepadanya?" Ia mencoba untuk membujuk kekasihnya.Karena rasa bersalah pada Laura, ia merasa bahwa Clara juga pantas mendapatkan haknya kembali."Baiklah, sejujurnya aku tidak bisa menerima semua itu karena tindakan yang Clara berikan sudah dimelampaui batas. Tetapi karena aku juga tidak ingin kamu menjauh, aku mengalah."Seketika kedua pipi Laura merah seperti tomat, karena mendengar perkataan dari sang kekasih.Sean adalah pria yang peka, tetapi dia tidak romantis dalam hal menggombali seorang wanita.Tetapi untuk kali ini Laura dapat mengakui keahlian dari kekasihnya. Jantungnya berdebar kencang, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Sean."Kenapa wajahmu merah begitu, tersipu malu?""Nggak! Ayo kembali ke kantor, banyak berkas yang harus diker
"Apa ... apa yang kamu katakan?"Wanita cantik itu menahan air matanya agar tidak menetes. "Maafkan aku, tetapi setelah aku lihat jika aku–""Cukup Laura," potong Sean dengan cepat. "Apakah kamu tidak memiliki rasa cinta kepadaku?"Perkataan Sean kali ini membuat Laura terdiam. Mungkin ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa saat ini ia sudah mulai jatuh cinta kepada kaka dari mantannya."Laura, jawab pertanyaanku. Kenapa kamu diam saja""Kamu masih mencintai Diandra, saat aku berada bersamamu nyawa Clara hampir saja menghilang."Laura sudah tidak ingin menahannya lagi, bahkan ia menjelaskan semua yang berada di dalam pikirannya."Untuk apa kamu memberikanku harapan, jika kamu belum melupakan masa lalumu!" tegasnya.Terlihat kekasihnya hanya terdiam, mendengar apa yang ia katakan, bahkan tidak menjawab apapun."Kamu tahu aku hancur karena adikmu, apa kamu ini membuatku hancur juga? Ternyata selama ini adik dan kakak sama saja!""Siapa yang beritahu kamu, jika aku masih mencint
Hari ini Laura memulai semuanya dari awal, ia akan mencoba kembali beradaptasi dengan keadaan di kantor.Menyampingkan permasalahan hubungannya, ia harus menjadi sekretaris dan tidak menggabungkan masalah pribadi dengan kantor."Setiap devisi kerjakan laporan kalian dan kumpulkan sebelum jam makan siang!""Dia pikir dia siapa, berani memerintah seperti itu kepada kami."Semua laporan yang diberikan kepadanya ia lemparkan ke arah para karyawan. "Saya tidak terima semua laporan palsu itu, kerjakan sekarang atau saya laporkan tindakan kalian kepada para petinggi!"Ancaman dari Laura membuat semua karyawan tidak takut, bahkan mereka tidak memungut berkas yang berserakan di lantai.Laura segera berbalik dan kembali ke ruangannya, ia tidak memperdulikan semua berkas para karyawan.Jantungnya berdetak kencang ketika berbicara dengan para karyawakan, karena Laura belum pernah bersikap tegas seperti saat ini.Ia harus bisa menunggu apakah ancamannya berhasil atau tidak. Jika usahanya gagal, ma
Keterangan dari dokter membuat Laura terdiam, karena hampir saja ia kehilangan bayinya."Kesehatan kamu begitu penting. Karena jika kesehatan kamu menurun, maka dipastikan bayi di dalam kandungan kamu tidak akan baik-baik saja," ujar dokter.Laura hanya terdiam. Ia terlalu memikirkan hubungannya dengan Sean, sampai melupakan bahwa dirinya sedang tidak sendiri.Setelah dokter keluar, Laura menatap ke arah Raisa. "Tolong tinggalkan aku sendiri, karena saat ini aku benar-benar ingin sendiri," pintanya.Tatapannya beralih ke tangan yang digenggam erat oleh Raisa. "Jangan memikirkan apapun, aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa."Walaupun baru pertama kali bertemu, tetapi Raisa sudah menganggap Laura sebagai saudaranya sendiri.Setelah Raisa keluar, Laura turun dari kasur dan menatap pantulan dirinya di cermin. "Maafkan aku, belum bisa menjaga dirimu baik-baik."Tangannya bergerak mengelus perut yang perlahan mulai membesar, ia selalu merasa merasa bersalah kepada anak yang masih belum diteri
Ruangan makan terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa karyawan dan OB yang tersisa, karena sudah pergantian sift.Dikarenakan staf OB yang masih kurang, membuat mereka harus bekerja full selama satu hari dan dihari berikut mereka akan libur.Malam sudah larut, Laura dan Raisa ke kantin perusahaan dan bersiap untuk makan malam.Tetap ia berlari dan bersembunyi ketika melihat Emily, rambutnya yang basah dan terlihat jelas bahwa dirinya baru selesai mandi."Apakah aku harus mengakhiri semua ini? Apakah sudah saatnya aku melupakannya, tetapi begitu berat menerima semua yang telah terjadi.""Apakah dia tidur dengan suamimu?" tanya Raisa.Saat melihat Laura bersembunyi, Raisa juga ikut bersembunyi bersamanya, bahkan ia juga menatap Emily yang asyik mengambil makanan sambil tersenyum.Laura terdiam cukup lama hingga sentuhan dari tangan Raisa membuatnya sedikit terkejut.Hembusan nafas berat terdengar dari arah Laura. "Ada apa?" Raisa kembali memberikan pertanyaan yang sama."Aku bingung ha
Ternyata bukan awal yang baik untuk pekerjaan barunya, ini adalah awal yang buruk.Laura memang diterima baik oleh rekan kerjanya, tetapi tempatnya bekerja begitu melelahkan.Ia harus melayani tamu yang menelfonnya setiap menit, bahkan tidak memberikannya waktu untuk beristirahat."Laura, kamar 601, tolong bersihkan kamar mandinya!"Ingin membantah tetapi hal itu tidak mungkin ia lakukan, karena ini hari pertamanya bekerja.Tubuhnya menegang ditempat, ketika melihat pria yang begitu ia cintai berjalan masuk ke kamar 601 dengan wanita yang ia kenal.Tubuhnya lemas, kepalanya terasa begitu pening. "Laura, kamu baik-baik saja?"Robert ketua OB yang baru saja keluar dari ruangan, terkejut melihat Laura yang hampir terjatuh."Aku baik-baik saja, terima kasih pak."Dengan langkah pelan dan tubuh yang masih gemetar, Laura mencoba untuk melangkah maju ke depan.Salivanya susah untuk ditelan, ia mencoba untuk bertahan dan melihat apa yang mereka lakukan.Tetapi ia tidak bisa masuk hingga sampa
Keduanya duduk saling menatap satu sama lain, tetapi berbeda dengan tatapan dari Diandra."Kamu hamil?" tanya Diandra.Laura benar-benar merasa sial, ia tidak pernah berpikir akan bertemu dengan Diandra di tempat kerjanya."Anak Sean? Atau anak orang lain?"Jantungnya berdetak jauh lebih cepat, ia tidak mungkin menjawab bahwa bayi yang berada di dalam perutnya adalah anak orang lain."Aku punya sebuah cerita. Waktu itu aku ingin mengatakannya, tetapi dicegat oleh Sean," jelas Diandra.Ekspresi wanita cantik itu berubah menjadi serius, menunggu ucapan selanjutnya dari wanita di hadapannya."Tahukah kamu, kenapa Sean tidak pernah melupakanku, karena anaknya pernah ada di rahimku!" tegasnya.Seketika Laura merasa dunianya runtuh, ia tidak pernah menyangka dengan ucapan yang keluar dari mulut Diandra.Wanita di hadapannya itu tertawa. "Kamu pasti tidak percaya dengan apa yang aku katakan, benar?""Jelaskan saja apa yang ingin kamu katakan, Diandra!"Diandra mengatakan, bahwa anak yang ber
Pagi yang begitu cerah dan awal yang indah bagi Laura untuk memulai aktivitasnya.Hari ini adalah hari pertamanya untuk masuk kerja, ia bangun lebih awal dan mempersiapkan diri untuk menghadapi semua rekan kerja di tempat yang baru."Aku nggak pernah meminta dan berharap yang lain, aku hanya berharap agar semua orang di tempat kerjaku dapat menerima aku apa adanya.Laura melangkahkan kakinya keluar dari kontrakan dan berjalan menuju ke tempat kerja.Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, ia tiba di tempat kerjanya yang baru.Terlihat seorang wanita cantik yang sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum ramah ke arahnya."Laura?" tanyanya.Anggukkan kepalanya pelan. "Iya, saya Laura.""Hai, nama saya Sinta dan saya sebegai menejer di sini," jelasnya.Tanpa menunggu lama Laura langsung membalas jabatan tangan dari atasannya."Mari, ikut saya ke ruangan."Selama langkah kakinya menuju ke ruangan sang atasan, ia bertegur sapa dengan para karyawan yang sudah tiba lebih dulu."Saya sudah m
Beberapa hari setelah keluar dari kantor, Laura benar-benar menjalani hari-harinya sendiri tanpa ditemani oleh sang kekasih.Kekasihnya kemarin pergi dinas ke luar kota selama dua minggu dan hari ini Lauren memutuskan untuk pindah apartemen dan benar-benar menghilang dari kehidupan Sean.Mungkin di saat seperti ini ia harus belajar untuk melupakan kekasihnya, karena hanya dengan begitu Sean bisa menemukan wanita yang jauh lebih baik darinya."Maaf, di mana barang yang akan kami bawa?" Laura memesan tim pengangkut barang karena ia akan memindahkan semua, barangnya ke apartemen yang baru.Kemarin saat dirinya ingin menghilang dari Sean, tetapi pria tampan itu malah menemukannya dengan sangat mudah.Laura benar-benar lupa, bahwa kekasihnya itu memiliki bisnis lain selain mempunyai perusahaan yang besar."Semua ini!"Ia melangkah keluar dan akan meninggalkan apartemen yang memberikannya banyak kenangan.Laura hanya akan menitipkan kunci apartemen kepada satpam, karena ia sudah mengetahui
Semua karyawan sudah berkumpul di tempat acara, begitupun dengan Sean dan juga Laura.Malam ini adalah malam perpisahan mereka, karena itu semua harus hadir tanpa terkecuali.Seorang karyawan perempuan masuk membawakan kue yang cukup besar, bahkan tertulis dengan jelas namanya yang begitu indah."Adakah kesan dan pesan yang ingin Anda sampaikan?"Dengan senang hati Laura menuju ke depan dan mengambil mikrofon, ia menatap balik semua karyawan yang sedang melirik arahnya.Di sana Laura menyampaikan bahwa ia begitu beruntung bisa bekerja di kantor dan bertemu dengan semua karyawan.Bahkan kali ini Laura sudah menyiapkan beberapa hadiah kepada para karyawannya."Silahkan maju ke depan dan ambil hadiah kecil dariku untuk kalian."Satu persatu karyawan maju. Setelah mengambil hadiah, mereka menarik lengan Laura menuju ke depan. "Mari bersulang, malam ini kita harus party."Laura menatap minuman di tangannya, ia tidak bisa mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilannya.Bahkan rasa mual saat
Keputusan yang berat diambil oleh Laura, kini ia sudah memutuskan untuk berhenti bekerja."Sayang, jelaskan kepadaku tentang semua ini."Tatapannya menatap ke arah semua barang di dalam kardus. "Ini sudah keputusanku, tolong hargai keputusanku," pinta Laura.Langkah kecilnya melangkah keluar dari dalam ruangan sekretaris, ia harus pergi dari kantor agar sang kekasih dapat mencari sekretaris baru.Saat keluar dari lift, ekspresi murungnya berubah menjadi terkejut, ketika melihat semua karyawan berdiri di depan lift."Bu Laura. Kami semua di sini tahu, bahwa kami telah melakukan kesalahan, tetapi kami mohon untuk tidak pergi dari sini. Karena beradaptasi dengan orang baru, bukanlah hal yang mudah."Kedua matanya terpejam, ia tidak boleh merasa ibah dengan ekspresi sedih yang ditunjukkan oleh para karyawan."Aku ingin bertemi kasih sebelumnya. Tetapi aku juga ingin minta maaf, karena keputusanku sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi!" tegasnya.Satu persatu karyawan melangkah ma
Berhasil dibujuk untuk pulang, saat ini pasangan kekasih itu sedang berada di apartemen milik Laura."Sayang, aku tunggu di bawah."Setelah kepergian Sean, dengan cepat ia mencari sesuatu yang mampu menyembunyikan kehamilannya.Mereka akan pergi ke dokter, Laura takut jika kehamilannya diketahui oleh Sean.Korset yang sudah lama ia beli tetapi tidak digunakannya, kini benda itu mampu menutupi perutnya yang hemailannya."Maafkan aku."Sejujurnya ia tidak ingin melakukan hal kejam seperti ini, tetapi untuk saat ini Laura tidak bisa menerima anak yang berada di dalam kandungannya.Matanya membulat sempurna ketika melihat Sean berada di depan kamar. "Ada apa? Wajahmu pucat."Satu langkah mundur ke belakang ketika wajahnya disentuh oleh sang kekasih, hal itu membuat Sean terdiam cukup lama."Sean, bisakah kita tidak perlu ke rumah sakit? Aku baik-baik saja.""Kamu yakin? Atau begini saja, aku panggil dokter ke sini."Laura berpikir mungkin hal itu akan jauh lebih baik, daripada harus ke ru