Hari ini Laura memulai semuanya dari awal, ia akan mencoba kembali beradaptasi dengan keadaan di kantor.Menyampingkan permasalahan hubungannya, ia harus menjadi sekretaris dan tidak menggabungkan masalah pribadi dengan kantor."Setiap devisi kerjakan laporan kalian dan kumpulkan sebelum jam makan siang!""Dia pikir dia siapa, berani memerintah seperti itu kepada kami."Semua laporan yang diberikan kepadanya ia lemparkan ke arah para karyawan. "Saya tidak terima semua laporan palsu itu, kerjakan sekarang atau saya laporkan tindakan kalian kepada para petinggi!"Ancaman dari Laura membuat semua karyawan tidak takut, bahkan mereka tidak memungut berkas yang berserakan di lantai.Laura segera berbalik dan kembali ke ruangannya, ia tidak memperdulikan semua berkas para karyawan.Jantungnya berdetak kencang ketika berbicara dengan para karyawakan, karena Laura belum pernah bersikap tegas seperti saat ini.Ia harus bisa menunggu apakah ancamannya berhasil atau tidak. Jika usahanya gagal, ma
Semua laporan sudah di terima tepat waktu, banyak karyawan yang diturunkan jabatannya dan digantikan dengan karyawan yang begitu tepat untuk posisi yang kosong.Laura tersenyum senang ketika para karyawan mulai mendengarkannya, bahkan saat ini ia meminta beberapa laporan pengeluaran lengkap dari devisi keuangan."Bagaimana, kamu suka apa yang mereka kerjakan?" tanya Sean.Kekasihnya datang dan langsung duduk di depan meja kerjanya. "Lumayan. Tetapi apakah kamu tidak tahu, banyak laporan yang dipalsukan sebelumnya?""Tahu, tetapi aku sengaja membiarkannya dan melihat kinerja dari sekretaris dan bendahara, tetapi sama saja tidak ada hasil," jawab Sean."Mau ke mana?"Semua berkas yang sudah dikerjakan, dengan cepat ia kumpulkan pada satu tempat dan akan keluar untuk memberikan hasilnya kepada semua karyawan."Mau ketemu karyawan, kenapa?""Sejujurnya aku cemburu. Kamu lebih banyak memberikan waktumu kepada mereka, sedangkan aku seorang diri bekerja tanpa ditemani siapapun!"Tatapan jeng
Acara kali ini begitu ramai, bahkan cafe yang mereka datangi dipesankan khusus untuk mereka semua."Acara kali ini menyambut Laura sebagai sekretaris baru di perusahaan dan banyak Kepala Devisi yang digantikan, jadi jadikan malam ini malam bebas untuk kalian semua."Semua orang yang berada di sana merasa senang. Karena untuk pertama kalinya, mereka berkumpul seperti ini."Makasih yah, Sayang. Sebelumnya aku merasa begitu jauh dari para karyawan, tetapi untuk pertama kalinya aku merasa begitu dekat dengan mereka."Saat kepalanya di elus oleh sang kekasih, tidak bisa dipungkiri betapa berdebar jantungnya saat ini.Semua orang yang berada di sana begitu menikmati acara yang sudah di mulai, mereka memesan banyak ayam dan juga minuman.Tatapan Laura menatap ke seluruh ruangan dan senang ketika melihat semua karyawan begitu akrab dengan satu dan yang lain."Sayang, aku izin ke toilet dulu."Saat langkah kaki Laura memasuki area toilet, terlihat dengan jelas tidak ada siapapun yang berada di
Sebuah ruangan dipenuhi dengan suara keributan, banyak pecahan kaca berserahkan di lantai."Nggak akan aku berikan darahku kepada anak dari wanita pela–"Plak.Tatapan Sean begitu tenang ketika melihat Diandra ditampar oleh suaminya, bahkan tidak ada sedikit niat untuk membantu di sana.Awalnya Sean ingin melerai, tetapi untuk saat ini kondisi Laura yang dikabarkan koma membuat Sean kacau."Bawakan dia ke ruangan operasi untuk mendonorkan darah, setelah itu saya akan menandatangani surat penyerahan saham 15%," jelas Sean.Tubuh Diandra dibawa paksa ke dalam ruangan operasi, seorang dokter menyuntikan obat bius dan membuat Diandra tak sadarkan diri.Harapan besar ketika melihat darah Diandra dijalankan ke arah Laura, membuat Sean merasa jauh lebih tenang."Ambil saham 15%. Saya harap setelah ini, jauhkan istri Anda dari calon istri saya, Tuan Samudra!" tegasnya.Hampir dua jam Laura berada di ruang operasi, saat ini ia sudah dipindahkan ke kamar VIP yang telah disediakan."Permisi Pak
Semua yang berkumpul di dalam ruangan tersenyum bahagia, melihat Laura yang telah sadar dari komanya.Laura tersenyum ke arah sang kekasih, ia terkejut dengan pelukan mendadak dari kekasihnya."Aku senang sekali kamu sudah sadar, terima kasih.""Kami permisi dulu, Pak Sean."Tawanya semakin terdengar ketika Sean tidak memperdulikan perkataan para dokter, ia masih keasyikan memeluk Laura."Aku baik-baik saja, kamu jangan memelukku terlalu kuat, lukaku masih sakit."Sean segera melepaskan pelukannya, ia menggenggam erat kedua tangan wanita cantik di depannya."Sebenarnya apa yang terjadi, katakanlah kepadaku! Tidak akan aku biarkan dia lolos, karena dia harus merasakan apa yang kamu rasakan!"Helaan nafas keluar dari Laura. "Iklaskan saja, setidaknya aku sudah baik-baik saja."Seketika raut wajah Sean berubah. "Nggak bisa! Aku nggak akan menerimanya, mau tidak mau pelakunya harus aku tangkap!"Baru saja Laura ingin menjawab ucapan kekasihnya, seketika, Sean keluar dari kamar meninggalka
Kedua bola mata indah itu memandang ke seluruh ruangan, betapa takjubnya melihat keindahan di depannya.Ruangan yang awalnya terlihat biasa saja, telah disulap menjadi ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam snack dan juga coklat.Walaupun ia menyukai semua makanan di hadapannya, tatapannya hanya tertuju pada satu makanan yang tersedia di atas meja.Baru saja kakinya Ingin turun dari atas tempat tidur, Sean masuk dan membawakannya bunga yang begitu besar."Untuk Tuan Putriku yang begitu cantik."Dengan rasa senang Laura mengambil bunga tersebut, tetapi ia semakin dibuat terkejut dengan sebuah cincin yang berada di tengah-tengah bunga."Kamu suka?" Sean memakaikan cincin di jari manis kekasihnya.Senyuman bahagia terlihat jelas pada wajahnya. "Sebelumnya jariku ini kosong dan nggak ada apa-apa. Tetapi sekarang, aku ingin mengucapkan terima kasih."Selalu ada harapan jika nanti Rey yang memasangkan cincin di jarinya, tetapi harapan itu telah terpenuhi hanya saja dipasangkan oleh orang
Sejak bangun dari tidur hingga saat ini, Laura tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada kekasihnya.Tatapannya hanya menatap kosong ke depan, rasanya ia sudah tidak punya semangat untuk hidup lebih lama lagi.Rasanya semua hal baik tidak pernah berpihak kepadanya, semua orang yang begitu ia sayang perlahan pergi darinya."Ada apa, Sayang. Katakan, aku nggak suka kamu diam saja.""Aku hanya tidak ingin diganggu. Aku boleh minta tolong sama kamu?" tanya Laura. "Tolong bawa aku ke apartemen," lanjutnya.Bunyi kursi yang terdorong dengat kuat, seketika ruangan menjadi begitu hening. "Nggak! Kamu harus tinggal denganku!" tegas Sean.Tubuhnya yang lemas dan pikirannya sedang tidak baik-baik saja, membuat Laura malas untuk berdebat.Ia memilih turun dari atas tempat tidur, tetapi tiba-tiba tubuhnya terjatu ke depan. "Ada apa ini?"Laura tidak merasakan sakit karena jatuh, ia merasa legah dan berpikir bahwa Sean membantunya.Tetapi saat kedua matanya terbuka, senyum dari pria yang perlahan m
Wajahh wanita cantik yang biasanya terlihat fresh, untuk pertama kalinya wajah itu terlihat begitu murung."Jelaskan padaku, kamu masih punya perasaan samaa Diandra, kan!""Aku nggak ada hubungan apa-apa dia, Sayang."Kedua tangannya ia lipat ke depan. "Bohong!"Tatapannya terus menatap ke arah sang kekasih yang saat ini berjalan ke arahnya, kedua tangannya di genggam erat."Aku nggak pernah berbohong, aku benar-benar nggak ada hubungan apa-apa sama dia.""Nggak! Bahkan kamu nggak akan jujur sama aku, ada yang kamu sembunyikan!""Laura! Tolong percaya sama aku, berapaa kali aku harus jelaskan bahwa aku nggak ada hubungan sama dia!"Suara Sean yang sedikit tinggi, membuat Laura terkejut dan bahkan tubuhnya sampai gemetar hebat."Sayang, aku minta maaf."Tubuhnya menjauh ketika tangan dari sang kekasih ingin menyentuhnya. "Kamu menyembunyikan rahasia bahwa Diandra adalah orang yang telah mendonorkan darahnya padaku, bahkan kamu tidak ingin menjelaskan tentang kenapa dia harus tinggal be
Keduanya duduk saling menatap satu sama lain, tetapi berbeda dengan tatapan dari Diandra."Kamu hamil?" tanya Diandra.Laura benar-benar merasa sial, ia tidak pernah berpikir akan bertemu dengan Diandra di tempat kerjanya."Anak Sean? Atau anak orang lain?"Jantungnya berdetak jauh lebih cepat, ia tidak mungkin menjawab bahwa bayi yang berada di dalam perutnya adalah anak orang lain."Aku punya sebuah cerita. Waktu itu aku ingin mengatakannya, tetapi dicegat oleh Sean," jelas Diandra.Ekspresi wanita cantik itu berubah menjadi serius, menunggu ucapan selanjutnya dari wanita di hadapannya."Tahukah kamu, kenapa Sean tidak pernah melupakanku, karena anaknya pernah ada di rahimku!" tegasnya.Seketika Laura merasa dunianya runtuh, ia tidak pernah menyangka dengan ucapan yang keluar dari mulut Diandra.Wanita di hadapannya itu tertawa. "Kamu pasti tidak percaya dengan apa yang aku katakan, benar?""Jelaskan saja apa yang ingin kamu katakan, Diandra!"Diandra mengatakan, bahwa anak yang ber
Pagi yang begitu cerah dan awal yang indah bagi Laura untuk memulai aktivitasnya.Hari ini adalah hari pertamanya untuk masuk kerja, ia bangun lebih awal dan mempersiapkan diri untuk menghadapi semua rekan kerja di tempat yang baru."Aku nggak pernah meminta dan berharap yang lain, aku hanya berharap agar semua orang di tempat kerjaku dapat menerima aku apa adanya.Laura melangkahkan kakinya keluar dari kontrakan dan berjalan menuju ke tempat kerja.Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, ia tiba di tempat kerjanya yang baru.Terlihat seorang wanita cantik yang sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum ramah ke arahnya."Laura?" tanyanya.Anggukkan kepalanya pelan. "Iya, saya Laura.""Hai, nama saya Sinta dan saya sebegai menejer di sini," jelasnya.Tanpa menunggu lama Laura langsung membalas jabatan tangan dari atasannya."Mari, ikut saya ke ruangan."Selama langkah kakinya menuju ke ruangan sang atasan, ia bertegur sapa dengan para karyawan yang sudah tiba lebih dulu."Saya sudah m
Beberapa hari setelah keluar dari kantor, Laura benar-benar menjalani hari-harinya sendiri tanpa ditemani oleh sang kekasih.Kekasihnya kemarin pergi dinas ke luar kota selama dua minggu dan hari ini Lauren memutuskan untuk pindah apartemen dan benar-benar menghilang dari kehidupan Sean.Mungkin di saat seperti ini ia harus belajar untuk melupakan kekasihnya, karena hanya dengan begitu Sean bisa menemukan wanita yang jauh lebih baik darinya."Maaf, di mana barang yang akan kami bawa?" Laura memesan tim pengangkut barang karena ia akan memindahkan semua, barangnya ke apartemen yang baru.Kemarin saat dirinya ingin menghilang dari Sean, tetapi pria tampan itu malah menemukannya dengan sangat mudah.Laura benar-benar lupa, bahwa kekasihnya itu memiliki bisnis lain selain mempunyai perusahaan yang besar."Semua ini!"Ia melangkah keluar dan akan meninggalkan apartemen yang memberikannya banyak kenangan.Laura hanya akan menitipkan kunci apartemen kepada satpam, karena ia sudah mengetahui
Semua karyawan sudah berkumpul di tempat acara, begitupun dengan Sean dan juga Laura.Malam ini adalah malam perpisahan mereka, karena itu semua harus hadir tanpa terkecuali.Seorang karyawan perempuan masuk membawakan kue yang cukup besar, bahkan tertulis dengan jelas namanya yang begitu indah."Adakah kesan dan pesan yang ingin Anda sampaikan?"Dengan senang hati Laura menuju ke depan dan mengambil mikrofon, ia menatap balik semua karyawan yang sedang melirik arahnya.Di sana Laura menyampaikan bahwa ia begitu beruntung bisa bekerja di kantor dan bertemu dengan semua karyawan.Bahkan kali ini Laura sudah menyiapkan beberapa hadiah kepada para karyawannya."Silahkan maju ke depan dan ambil hadiah kecil dariku untuk kalian."Satu persatu karyawan maju. Setelah mengambil hadiah, mereka menarik lengan Laura menuju ke depan. "Mari bersulang, malam ini kita harus party."Laura menatap minuman di tangannya, ia tidak bisa mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilannya.Bahkan rasa mual saat
Keputusan yang berat diambil oleh Laura, kini ia sudah memutuskan untuk berhenti bekerja."Sayang, jelaskan kepadaku tentang semua ini."Tatapannya menatap ke arah semua barang di dalam kardus. "Ini sudah keputusanku, tolong hargai keputusanku," pinta Laura.Langkah kecilnya melangkah keluar dari dalam ruangan sekretaris, ia harus pergi dari kantor agar sang kekasih dapat mencari sekretaris baru.Saat keluar dari lift, ekspresi murungnya berubah menjadi terkejut, ketika melihat semua karyawan berdiri di depan lift."Bu Laura. Kami semua di sini tahu, bahwa kami telah melakukan kesalahan, tetapi kami mohon untuk tidak pergi dari sini. Karena beradaptasi dengan orang baru, bukanlah hal yang mudah."Kedua matanya terpejam, ia tidak boleh merasa ibah dengan ekspresi sedih yang ditunjukkan oleh para karyawan."Aku ingin bertemi kasih sebelumnya. Tetapi aku juga ingin minta maaf, karena keputusanku sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi!" tegasnya.Satu persatu karyawan melangkah ma
Berhasil dibujuk untuk pulang, saat ini pasangan kekasih itu sedang berada di apartemen milik Laura."Sayang, aku tunggu di bawah."Setelah kepergian Sean, dengan cepat ia mencari sesuatu yang mampu menyembunyikan kehamilannya.Mereka akan pergi ke dokter, Laura takut jika kehamilannya diketahui oleh Sean.Korset yang sudah lama ia beli tetapi tidak digunakannya, kini benda itu mampu menutupi perutnya yang hemailannya."Maafkan aku."Sejujurnya ia tidak ingin melakukan hal kejam seperti ini, tetapi untuk saat ini Laura tidak bisa menerima anak yang berada di dalam kandungannya.Matanya membulat sempurna ketika melihat Sean berada di depan kamar. "Ada apa? Wajahmu pucat."Satu langkah mundur ke belakang ketika wajahnya disentuh oleh sang kekasih, hal itu membuat Sean terdiam cukup lama."Sean, bisakah kita tidak perlu ke rumah sakit? Aku baik-baik saja.""Kamu yakin? Atau begini saja, aku panggil dokter ke sini."Laura berpikir mungkin hal itu akan jauh lebih baik, daripada harus ke ru
Tatapan teduh dan wajah suram terlihat jelas pada wajah wanita cantik yang duduk sambil menatap ke arah jalan.Berkali kali ia menundukkan kepalanya, ketika melihat sepasang kekasih yang melewatinya.Melihat kemesraan mereka berdua, membuat Laura teringat jelas dengan Sean dan semua kenangan mereka."Aku tak mampu memaksa untuk bersama, aku tidak ingin membuatmu hancur."Tangannya bergerak mengelus perutnya yang belum terisi apapun sejak tadi malam.Bahkan pagi tadi ia harus tidur di taman, menahan dinginnya malam yang begitu menusuk."Apakah aku mampu menahan semua ini? Aku tidak ingin hal ini terjadi kepadaku!"Hidupnya sekarang begitu hancur, tidak mempunyai apapun dan bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.Langkah kecilnya menjauh dari taman dan berhenti di depan restauran, ia sedikit tersenyum ketika melihat ada lowongan pekerjaan."Permisi, apakah di sini sedang membutuhkan karyawan?"Sedikit rasa takut melihat ekspresi dari wanita di hadapannya. "Lu hamil?"Dengan pelan ia men
Ekspresi yang awalnya bahagia, tersenyum senang melihat test peck dihadapannya, tiba-tiba berubah dalam waktu sekejap.Terlihat jelas garis dua pada test peck yang ia gunakan, membuat tubuh Laura melemas dan terjatuh di kamar mandi.Hancur, kecewa dan sedih hal itu yang ia rasakan, tak pernah terbayangkan semua ini akan terjadi kepadanya."Aku harus ke rumah sakit, tempat di mana aku di operasi!"Laura berdiri menguatkan dirinya, melangkahkan kakinya keluar dari apartemen.Sudah cukup lama Laura tidak mengemudi mobil, tetapi dengan pelan ia menjalankan mobil ke rumah sakit.Sepanjang perjalanan, Laura hanya ditemani dengan air mata yang tak hentinya menangis."Sean, aku merasa bersalah jika harus menyembunyikan semua ini disaat kamu begitu tulus mencintaiku!" Cinta yang Sean tunjukkan bukan hal yang serius, tak hentinya Laura mengucapkan permintaan maaf.Saat tiba di rumah sakit, Laura masuk ke dalam rumah sakit dan bertemu dengan dokter utama."Nona Laura, ada apa malam-malam datang
Menjelang hari pernikahannya, Laura sering merasa aneh dengan keadaan tubuhnya. "Apakah aku sakit?"Kaki jenjangnya turun dari kasur, tatapannya menatap hujan lebat yang turun sejak sore.Karena merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik, ia beranjak dari kasur dan menuju ke dapur.Saat membuka kulkas ia tidak menemukan apapun, yang ada di pandangannya hanyalah cake.Tatapannya beralih ke arah ponsel yang berdering, tertulis nama Sean di sana. "Halo."["Mau makan apa, aku belikan atau mau makan di luar?"Hembusan nafas terdengar jelas."Apa saja, terserah!"Panggilan ditutup secara sepihak, moodnya tiba-tiba berubah menjadi buruk.Ia terkejut ketika tangannya terkena tetesan air. "Aku menangis? Sebenarnya ada apa denganku!"Tiba-tiba ketukan pintu membuatnya sedikit terkejut, dengan rasa kesal ia pergi dan melihat siapa yang datang.Saat pintu dibuka, Sean tersenyum dan menunjukkan makanan untuknya."Aku nggak mau makan!""Sayang, kamu kenapa?"Dengan kasar ia menghempaskan tangan sang kek