Wajahh wanita cantik yang biasanya terlihat fresh, untuk pertama kalinya wajah itu terlihat begitu murung."Jelaskan padaku, kamu masih punya perasaan samaa Diandra, kan!""Aku nggak ada hubungan apa-apa dia, Sayang."Kedua tangannya ia lipat ke depan. "Bohong!"Tatapannya terus menatap ke arah sang kekasih yang saat ini berjalan ke arahnya, kedua tangannya di genggam erat."Aku nggak pernah berbohong, aku benar-benar nggak ada hubungan apa-apa sama dia.""Nggak! Bahkan kamu nggak akan jujur sama aku, ada yang kamu sembunyikan!""Laura! Tolong percaya sama aku, berapaa kali aku harus jelaskan bahwa aku nggak ada hubungan sama dia!"Suara Sean yang sedikit tinggi, membuat Laura terkejut dan bahkan tubuhnya sampai gemetar hebat."Sayang, aku minta maaf."Tubuhnya menjauh ketika tangan dari sang kekasih ingin menyentuhnya. "Kamu menyembunyikan rahasia bahwa Diandra adalah orang yang telah mendonorkan darahnya padaku, bahkan kamu tidak ingin menjelaskan tentang kenapa dia harus tinggal be
Langkah kakinya berhenti tepat di depan ruangannya sendiri, menatap denga kedua matanya seorang wanita dengan seorang pria yang sedang tertawa di dalam ruangan.Memaksakan langkah kakinya untuk masuk ke dalam ruangan. "Diandra, sedang apa kamu di sini?""Sayang, hari ini Diandra akan menjabat kembali sebagai sekretaris, kamu aku posisikan sebagai sekretaris 2, oke."Ia hanya bisa memaksakan senyumannya. Seandainya kemarin ia tidak ikut dengan Rey, mungkin Sean tidak akan bisa menemukannya dan membawanya pulang.Pada akhirnya ia harus kembali terluka melihat orang yang paling di sayang, dekat dengan cinta pertamanya.Wanita siapa yang tidak cemburu. Perhatian Sean di ambil penuh oleh Diandra dan kini posisinya di kantor juga di ambil, setelah ini Laura tidak tahu lagi apa yang akan diambil darinya."Aku nggak bisa!""Sayang, aku mohon sekali ini saja, aku akan menjelaskan semuanya.""Apa lagi yang harus dijelaskan Sean. Perhatian kamu, posisi aku, dan setelah ini mungkin kamu yang akan
Ruangan yang masih kosong dan juga begitu luas, hanya ditempati oleh Laura seorang diri.Jauh dari Jakarta, jauh dari keberadaan sang kekasih, kini ia benar-benar memutuskan untuk menyendiri.Air matanya menetes, menatap bingkai fotonya bersama dengan Sean yang tersenyum bahagia.Rindu? Mungkin hal itu yang kini dirasakan oleh Laura, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa."Aku sudah jatuh terlalu dalam untuk mencintaimu, aku membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa melupakanmu."Tangannya bergerak menghapus sisa air mata disudut matanya. "Aku takut bila dekat dengamu, maka aku akan hancur dan mungkin sulit melupakanmu."Untuk hari ini ia tidak ingin melakukan apapun, ia hanya ingin duduk di apartemen barunya dan menikmati sunset.Tetapi perutnya berbunyi ketika ia ingin bersantai, rasa lapar membuat waktu menyantainya terbatas.Langkah kakinya menuju dapur terhenti. Ia teringat bahwa dirinya baru saja pindah ke apartemen, jadinya ia belum membeli apapun."Pesan makan saja, aku juga be
Kedua kakinya merasa begitu lemas, menatap pria yang begitu ia rindukan sedang menangis di taman.Seorang pria menangis? Terlebih lagi dia adalah Sean, CEO yang terkenal dingin dan kejam.Laura menajamkan kedua matanya, menatap selembar foto di tangan Sean. "Apakah dia merindukanku?"Dipeluk erat selembar foto milik Laura. "Kembalilah, aku benar-benar merasa kehilanganmu."Air matanya menetes membasahi kedua pipinya, ia menyembunyikan suara tangisannya dari sang kekasih.Di dalam pikiran Laura saat ini. Jika dia kembali, apakah Sean benar-benar akan mencintainya.Ia tidak ingin bersaing dengan masa lalu sang kekasih. Lebih baik dia mengalah, karena dirinya juga baru datang untuk mengisi hati Sean.Raut wajah terkejut terlihat jelas ketika melihat sang kekasih terjatuh, tetapi saat ingin menuju ke sana ia dapat melihat Diandra datang dan memeluk Sean dengan erat.Ia berbalik dan melangkah pergi dengan air mata yang tak henti menetes. "Maaf, sekali lagi aku minta maaf."Tubuh dan pikira
Perjalanan menuju Bandung memakan waktu yang cukup lama. Sejak tadi, tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua.Tatapan wanita cantik itu hanya menatap ke arah jalan raya, melihat banyak mobil yang berlalu lalang.Rasanya canggung berada di dalam mobil berdua, terlebih lagi kemarin ia memutuskan untuk pergi dari kehidupan sang kekasih."Kenapa diam saja, kamu masih marah sama aku?"Tangannya digenggam erat oleh sang kekasih. "Kata orang, jangan pernah marahan lebih dari tiga hari. Coba dihitung lagi, sudah berapa hari kamu marah sama akum"Kedua bola matanya terlihat berputar-putar, nafas beratnya ia hembuskan dan memberikan tatapan tajam ke arah pria di sampingnya."Kamu ingin mencoba menakutiku, nggak mempan!" tegas Laura dengan raut wajah kesal.Sean menghela nafas berat, dengan raut wajah cemas. "Terus, kenapa tidak berbicara?" Rasanya ada yang kurang, jika Laura terus saja terdiam.Tubuhnya ia sandarkan dan menutup kedua matanya. "Aku hanya mengantuk dan tidak ingin diganggu!
Hamparan bunga mengelilinginya, tepat juga di hadapannya terdapat tulisan will you marry my dengan hiasan bunga mawar merah serta putih.Hal pertama yang dilihat Laura ketika membuka penutup matanya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Kedua tatapannya beralih ke sang kekasih, yang berjalan ke arahnya membawa satu buket bunga yang begitu besar.Ia terkejut ketika Sean membungkuk dan mengeluarkan cincin dari dalam buket bunga di tangannya."Laura. Maukah kamu menggantikan cincin tunangan di jari manismu, dengan cincin pernikahan ini?"Laura ingin menerima lamaran dari sang kekasih, tetapi ada rasa keraguan di dalam hatinya.Karena hingga saat ini Sean belum juga mengatakan apapun kepadanya, ia membutuhkan penjelasan dari kekasihnya.Semuanya terdiamm ketika Laura belum juga menerima lamaran dari kekasihnya, tetapi hal itu tidak membuat Sean untuk cepat menyerah."Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Diandra!"Sean menjelaskan semuanya. Malam saat ia menolong Diandra, saat itu i
Tangannya diangkat ke atas dan mengarah ke arah Diandra. "Aku dan Laura sudah memutuskan untuk menikah. Jadi aku mohon, menjauhlah!""Dan untuk kalian semua yang ada di sini." Tatapanya beralih ke semua karyawan. "Laura akan menjadi istri CEO, tolong hormati dia sama seperti kalian menghormati saya!" lanjutnya."Nggak!" teriak Diandra.Laura melebarkan matanya, ketika tubuhnya ditarik dengan paksa dan ditodongkan senjata tajam.Semua yang berada di sana panik, terlebih lagi melihat darah segar menetes dari leher wanita cantik itu."Batalkan pernikahan kalian! Orang yang pantas menikah dengan Sean adalah aku! Di saat aku tidak bisa mendapatkannya, maka yang lain juga nggak bisa!"Laura memberikan isyarat kepada kekasihnya agar tetap tenang, walaupun dirinya sendiri merasa takut."Aku yang cinta sama kamu. Ada rahasia besar yang harus kalian semua tahu, bahwa–"Belum menyelesaikan ucapannya, tubuh Diandra sudah terjatuh ke lantai dan tak sadarkan diri.Petugas rumah sakit datang dan mem
Di sebuah ruangan yang beremang-remang, terlihat gadis dengan pakaian khusus sedang terduduk lemas.Gaun sobek, rambut yang berantakan dan banyak lebam disekujur tubuh, membuatnya terlihat berantakan."Karena kamu, anak saya jadi seorang pembangkang! Bahkan sekarang, istri saya yang sedang hamil juga menghilang dan saya tahu pasti, Sean yang telah menyembunyikan Diandra!""Karena aku? Bukankah karena kalian, Sean jadi seperti itu!"Laura dikurung di sebuah gudang dan diikat tubuhnya, ia sudah disiksa selama 1 jam.Tuan Samudra ingin Sean mengembalikan istrinya, karena itu ia memilih untuk mengambil Laura dari anaknya."Jika saja kamu tidak masuk ke dalam kehidupan kami, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi!" teriaknya."Jangan pernah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah kalian perbuat. Jagalah istrimu Tuan Samudra, wanita itu selalu saja menggoda calon suamiku!""Tutup mulutmu!"Plak."Istriku tidak mungkin melakukan hal seperti itu, dia hanya ingin yang terbaik unt
Ruangan makan terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa karyawan dan OB yang tersisa, karena sudah pergantian sift.Dikarenakan staf OB yang masih kurang, membuat mereka harus bekerja full selama satu hari dan dihari berikut mereka akan libur.Malam sudah larut, Laura dan Raisa ke kantin perusahaan dan bersiap untuk makan malam.Tetap ia berlari dan bersembunyi ketika melihat Emily, rambutnya yang basah dan terlihat jelas bahwa dirinya baru selesai mandi."Apakah aku harus mengakhiri semua ini? Apakah sudah saatnya aku melupakannya, tetapi begitu berat menerima semua yang telah terjadi.""Apakah dia tidur dengan suamimu?" tanya Raisa.Saat melihat Laura bersembunyi, Raisa juga ikut bersembunyi bersamanya, bahkan ia juga menatap Emily yang asyik mengambil makanan sambil tersenyum.Laura terdiam cukup lama hingga sentuhan dari tangan Raisa membuatnya sedikit terkejut.Hembusan nafas berat terdengar dari arah Laura. "Ada apa?" Raisa kembali memberikan pertanyaan yang sama."Aku bingung ha
Ternyata bukan awal yang baik untuk pekerjaan barunya, ini adalah awal yang buruk.Laura memang diterima baik oleh rekan kerjanya, tetapi tempatnya bekerja begitu melelahkan.Ia harus melayani tamu yang menelfonnya setiap menit, bahkan tidak memberikannya waktu untuk beristirahat."Laura, kamar 601, tolong bersihkan kamar mandinya!"Ingin membantah tetapi hal itu tidak mungkin ia lakukan, karena ini hari pertamanya bekerja.Tubuhnya menegang ditempat, ketika melihat pria yang begitu ia cintai berjalan masuk ke kamar 601 dengan wanita yang ia kenal.Tubuhnya lemas, kepalanya terasa begitu pening. "Laura, kamu baik-baik saja?"Robert ketua OB yang baru saja keluar dari ruangan, terkejut melihat Laura yang hampir terjatuh."Aku baik-baik saja, terima kasih pak."Dengan langkah pelan dan tubuh yang masih gemetar, Laura mencoba untuk melangkah maju ke depan.Salivanya susah untuk ditelan, ia mencoba untuk bertahan dan melihat apa yang mereka lakukan.Tetapi ia tidak bisa masuk hingga sampa
Keduanya duduk saling menatap satu sama lain, tetapi berbeda dengan tatapan dari Diandra."Kamu hamil?" tanya Diandra.Laura benar-benar merasa sial, ia tidak pernah berpikir akan bertemu dengan Diandra di tempat kerjanya."Anak Sean? Atau anak orang lain?"Jantungnya berdetak jauh lebih cepat, ia tidak mungkin menjawab bahwa bayi yang berada di dalam perutnya adalah anak orang lain."Aku punya sebuah cerita. Waktu itu aku ingin mengatakannya, tetapi dicegat oleh Sean," jelas Diandra.Ekspresi wanita cantik itu berubah menjadi serius, menunggu ucapan selanjutnya dari wanita di hadapannya."Tahukah kamu, kenapa Sean tidak pernah melupakanku, karena anaknya pernah ada di rahimku!" tegasnya.Seketika Laura merasa dunianya runtuh, ia tidak pernah menyangka dengan ucapan yang keluar dari mulut Diandra.Wanita di hadapannya itu tertawa. "Kamu pasti tidak percaya dengan apa yang aku katakan, benar?""Jelaskan saja apa yang ingin kamu katakan, Diandra!"Diandra mengatakan, bahwa anak yang ber
Pagi yang begitu cerah dan awal yang indah bagi Laura untuk memulai aktivitasnya.Hari ini adalah hari pertamanya untuk masuk kerja, ia bangun lebih awal dan mempersiapkan diri untuk menghadapi semua rekan kerja di tempat yang baru."Aku nggak pernah meminta dan berharap yang lain, aku hanya berharap agar semua orang di tempat kerjaku dapat menerima aku apa adanya.Laura melangkahkan kakinya keluar dari kontrakan dan berjalan menuju ke tempat kerja.Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, ia tiba di tempat kerjanya yang baru.Terlihat seorang wanita cantik yang sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum ramah ke arahnya."Laura?" tanyanya.Anggukkan kepalanya pelan. "Iya, saya Laura.""Hai, nama saya Sinta dan saya sebegai menejer di sini," jelasnya.Tanpa menunggu lama Laura langsung membalas jabatan tangan dari atasannya."Mari, ikut saya ke ruangan."Selama langkah kakinya menuju ke ruangan sang atasan, ia bertegur sapa dengan para karyawan yang sudah tiba lebih dulu."Saya sudah m
Beberapa hari setelah keluar dari kantor, Laura benar-benar menjalani hari-harinya sendiri tanpa ditemani oleh sang kekasih.Kekasihnya kemarin pergi dinas ke luar kota selama dua minggu dan hari ini Lauren memutuskan untuk pindah apartemen dan benar-benar menghilang dari kehidupan Sean.Mungkin di saat seperti ini ia harus belajar untuk melupakan kekasihnya, karena hanya dengan begitu Sean bisa menemukan wanita yang jauh lebih baik darinya."Maaf, di mana barang yang akan kami bawa?" Laura memesan tim pengangkut barang karena ia akan memindahkan semua, barangnya ke apartemen yang baru.Kemarin saat dirinya ingin menghilang dari Sean, tetapi pria tampan itu malah menemukannya dengan sangat mudah.Laura benar-benar lupa, bahwa kekasihnya itu memiliki bisnis lain selain mempunyai perusahaan yang besar."Semua ini!"Ia melangkah keluar dan akan meninggalkan apartemen yang memberikannya banyak kenangan.Laura hanya akan menitipkan kunci apartemen kepada satpam, karena ia sudah mengetahui
Semua karyawan sudah berkumpul di tempat acara, begitupun dengan Sean dan juga Laura.Malam ini adalah malam perpisahan mereka, karena itu semua harus hadir tanpa terkecuali.Seorang karyawan perempuan masuk membawakan kue yang cukup besar, bahkan tertulis dengan jelas namanya yang begitu indah."Adakah kesan dan pesan yang ingin Anda sampaikan?"Dengan senang hati Laura menuju ke depan dan mengambil mikrofon, ia menatap balik semua karyawan yang sedang melirik arahnya.Di sana Laura menyampaikan bahwa ia begitu beruntung bisa bekerja di kantor dan bertemu dengan semua karyawan.Bahkan kali ini Laura sudah menyiapkan beberapa hadiah kepada para karyawannya."Silahkan maju ke depan dan ambil hadiah kecil dariku untuk kalian."Satu persatu karyawan maju. Setelah mengambil hadiah, mereka menarik lengan Laura menuju ke depan. "Mari bersulang, malam ini kita harus party."Laura menatap minuman di tangannya, ia tidak bisa mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilannya.Bahkan rasa mual saat
Keputusan yang berat diambil oleh Laura, kini ia sudah memutuskan untuk berhenti bekerja."Sayang, jelaskan kepadaku tentang semua ini."Tatapannya menatap ke arah semua barang di dalam kardus. "Ini sudah keputusanku, tolong hargai keputusanku," pinta Laura.Langkah kecilnya melangkah keluar dari dalam ruangan sekretaris, ia harus pergi dari kantor agar sang kekasih dapat mencari sekretaris baru.Saat keluar dari lift, ekspresi murungnya berubah menjadi terkejut, ketika melihat semua karyawan berdiri di depan lift."Bu Laura. Kami semua di sini tahu, bahwa kami telah melakukan kesalahan, tetapi kami mohon untuk tidak pergi dari sini. Karena beradaptasi dengan orang baru, bukanlah hal yang mudah."Kedua matanya terpejam, ia tidak boleh merasa ibah dengan ekspresi sedih yang ditunjukkan oleh para karyawan."Aku ingin bertemi kasih sebelumnya. Tetapi aku juga ingin minta maaf, karena keputusanku sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi!" tegasnya.Satu persatu karyawan melangkah ma
Berhasil dibujuk untuk pulang, saat ini pasangan kekasih itu sedang berada di apartemen milik Laura."Sayang, aku tunggu di bawah."Setelah kepergian Sean, dengan cepat ia mencari sesuatu yang mampu menyembunyikan kehamilannya.Mereka akan pergi ke dokter, Laura takut jika kehamilannya diketahui oleh Sean.Korset yang sudah lama ia beli tetapi tidak digunakannya, kini benda itu mampu menutupi perutnya yang hemailannya."Maafkan aku."Sejujurnya ia tidak ingin melakukan hal kejam seperti ini, tetapi untuk saat ini Laura tidak bisa menerima anak yang berada di dalam kandungannya.Matanya membulat sempurna ketika melihat Sean berada di depan kamar. "Ada apa? Wajahmu pucat."Satu langkah mundur ke belakang ketika wajahnya disentuh oleh sang kekasih, hal itu membuat Sean terdiam cukup lama."Sean, bisakah kita tidak perlu ke rumah sakit? Aku baik-baik saja.""Kamu yakin? Atau begini saja, aku panggil dokter ke sini."Laura berpikir mungkin hal itu akan jauh lebih baik, daripada harus ke ru
Tatapan teduh dan wajah suram terlihat jelas pada wajah wanita cantik yang duduk sambil menatap ke arah jalan.Berkali kali ia menundukkan kepalanya, ketika melihat sepasang kekasih yang melewatinya.Melihat kemesraan mereka berdua, membuat Laura teringat jelas dengan Sean dan semua kenangan mereka."Aku tak mampu memaksa untuk bersama, aku tidak ingin membuatmu hancur."Tangannya bergerak mengelus perutnya yang belum terisi apapun sejak tadi malam.Bahkan pagi tadi ia harus tidur di taman, menahan dinginnya malam yang begitu menusuk."Apakah aku mampu menahan semua ini? Aku tidak ingin hal ini terjadi kepadaku!"Hidupnya sekarang begitu hancur, tidak mempunyai apapun dan bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.Langkah kecilnya menjauh dari taman dan berhenti di depan restauran, ia sedikit tersenyum ketika melihat ada lowongan pekerjaan."Permisi, apakah di sini sedang membutuhkan karyawan?"Sedikit rasa takut melihat ekspresi dari wanita di hadapannya. "Lu hamil?"Dengan pelan ia men