Share

Strategi Pak Muklis

Penulis: DV Dandelion
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

[Kediaman Pak Muklis]

"Pi, sudah ada jawaban dari Sabrina?" tanya Bu Muklis membuka pembicaraan. Mereka baru saja selesai sarapan bersama.

Yang ditanya hanya menggeleng. Sabrina belum menunjukkan tanda-tanda menerima pinangannya. Wanita itu masih saja bersikukuh ingin menjanda meski sudah terjepit keadaan.

"Mami bisa membayangkan ada di posisi Sabrina. Memang berat sih, Pi. Jadi istri kedua itu tidak pernah ada dalam kamus keinginan setiap wanita."

Pak Muklis meneguk segelas air putih. Setelah mengelap bibirnya yang basah, dia melanjutkan obrolan.

"Apanya yang berat? Rasul saja mencontohkan untuk menikahi janda ketika poligami. Kita bisa membantu mereka agar bisa hidup berkecukupan dan terhindar dari fitnah."

Pak Muklis mulai mengeluarkan jurus andalan. Sejak awal, poligami ini adalah ide Pak Muklis setelah istrinya divonis kanker rahim.

"Mami juga jadi bisa fokus berobat karena tidak perlu repot mengurus Papi. Dari kemarin, setiap kali pulang kemoterapi, Mami pasti selalu kecapekan d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
EstrianaTamsir
lanjut terus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Ditolak Anaknya, Dekati Orang Tuanya

    "Seandainya setelah semua hal yang kita lakukan ini Sabrina tetap menolak lamaran Papi, apa yang akan Papi lakukan?" tanya Bu Muklis sungguh-sungguh.Tangan kanannya diam-diam mencengkeram ujung tunik ungu yang dia kenakan. Selama lebih dari dua puluh tahun menikah, Bu Muklis tahu betul tabiat sang suami. Jika sudah menginginkan sesuatu, dia akan berupaya keras untuk mewujudkannya.Sedangkan Pak Muklis hanya terkekeh lalu menjawab, "Ya, kita lihat nanti saja. Mami masih dukung Papi, kan? Ini semua demi kebaikan kita, kan?"Bu Muklis mengangguk. Setiap kali hatinya meragu, Pak Muklis kembali meyakinkan bahwa keputusan poligami itu diambil untuk kepentingan bersama. Pak Muklis bisa dirawat dengan baik selagi Bu Muklis menjalani serangkaian proses kemoterapi. Selain itu, mereka bisa menolong janda yang kesusahan.Laju mobil melambat ketika mereka memasuki sebuah kawasan pemukiman padat penduduk. Gangnya sempit, jalanan berlubang di sana-sini, dan banyak anak kecil berlarian. Karena perna

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Jurus Pendekatan

    "Kamu mau ke mana, Dam? Masih pagi gini. Biasanya baru berangkat ke bengkel jam sembilan," tanya Bu Ami saat melihat anaknya sudah berpakaian rapi seusai sarapan."Mau ke ATM, Ma. Kemarin Bu Sabrina minta sisa pembayaran seragam TPA. Barusan dikirimin nomor rekeningnya."Mendengar nama Sabrina disebut, Bu Ami langsung memasang wajah antusias. Dirinya ingin tahu lebih jauh tentang sosok yang belum sempat ditemuinya tersebut."Aih, udah saling nyimpen nomor hp rupanya. Kenapa harus ditransfer? Sini, tarik tunai uangnya, biar Mama yang antar ke rumahnya."Adam mendelik ke arah ibunya yang tertawa setelah menggodanya. Ucapannya tempo hari ternyata bukan isapan jempol. Bu Ami mulai melancarkan aksi untuk mengenal Sabrina lebih jauh."Ngapain, sih, Ma? Enggak usah. Kasihan Bu Sabrina nanti malah makin parah digosipin tetangga.""Kamu, sih, pergerakannya lambat. Keburu disamber orang, tahu!"Adam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Susah juga mencegah keinginan orang tua yang kebelet punya

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Pasang Susuk (?)

    Sebuah pesan berantai tak sengaja terkirim ke grup Whatsapp kompleks. Sabrina sempat membacanya sebelum dihapus oleh si pengirim. Bunyinya begini:!! Gosip Terbaru !!Sabrina pasang susuk demi menggaet Mas Adam dan Haji Muklis. Dua-duanya sedang getol melakukan pendekatan. Hati-hati, jaga suami kita supaya tidak menjadi korban selanjutnya!Singkat saja pesannya, tapi sudah cukup membuat batin Sabrina terluka. Ternyata di belakangnya, banyak warga kompleks yang membicarakan hal-hal buruk mengenai dirinya.Si pengirim yang notabene adalah tetangga dekat pun tidak meminta maaf atau memberikan konfirmasi apa pun. Posisinya sudah cukup jelas, dia sedang dijauhi oleh orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.Sabrina sudah mencicil uang sewa kontrakan setelah mendapat bayaran dari Adam. Terhitung satu bulan lagi, dia dapat bernapas lega karena akan meninggalkan kompleks. Gosip itu akan hilang seiring kepergiannya dari lingkungan tersebut. Dia hanya perlu bersabar sedikit lagi.Baju seraga

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Mediasi

    "Baju seragam sudah saya taruh di serambi, Ustadz. Sudah saya periksa, Insyaa Allah semuanya dalam kondisi bagus. Kalau semisal ada yang cacat produksi, silakan hubungi saya.""Terima kasih, Bu. Tapi maksud saya bukan itu. Emm, saya mau menyampaikan ini," kata Adam sambil mengulurkan sepucuk amplop putih tanpa tulisan apa pun."Apa ini, Ustadz?""Mama mau ngadain pengajian untuk pembukaan cabang bengkel. Bu Sabrina juga diundang. Katanya, majelis taklim mereka sekalian mau bikin baju seragam."Sebuah senyuman secerah matahari pagi terbit di bibir Sabrina. Dirinya serasa mendapat durian runtuh. Seragam majelis taklim biasanya terdiri dari satu set gamis dan kerudung. Ongkos jahit per pasangnya bisa ratusan ribu. Dikali sekian orang, uang itu pasti cukup untuk melunasi sewa kontrakan. Alhamdulillah."Acaranya kapan, ya?""Sabtu besok, di rumah saya. Ibu sudah tahu rumah saya?"Sabrina menggeleng."Nanti saya shareloc saja via WA. Pokoknya, nanti Ibu siapkan saja keperluan untuk mengukur

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Desakan Orang Tua

    Bu Yanti tersenyum ramah ketika Sabrina memasuki pekarangan rumah. Sabrina membalasnya dengan senyuman canggung. Benaknya masih dipenuhi kekhawatiran kalau-kalau Bu Yanti ingin menagih utang."Bu Yanti sudah lama? Maaf, tadi saya ada urusan," kata Sabrina. Wanita itu kemudian mempersilakan sang pemilik kontrakan masuk."Belum lama, Mbak. Tadi saya ketemu Alifa, katanya Mama lagi ke rumah Pak RT. Jadi, saya tungguin.""Ehm, maaf sebelumnya, Bu. Saya belum ada uang lagi untuk melunasi sewa kontrakan. Tapi tenang saja, sekarang saya lagi ngerjain orderan seragam gamis. Secepatnya akan saya lunasi."Sabrina memasang tampang memelas. Dia hanya perlu lembur beberapa hari untuk menyelesaikan jahitan. Selama ini, Bu Yanti sudah cukup berbaik hati karena selalu memberi perpanjangan waktu.Tak disangka, Bu Yanti justru terkekeh. Dia menepuk pundak Sabrina kemudian berkata, "Saya memang mau bahas kontrakan, Mbak, tapi bukan soal bayarannya. Per hari ini, rumah ini sudah bukan milik saya."Sabrin

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Tidak Ada yang Gratis

    Suara detik jam dinding memecah keheningan di kontrakan petak berukuran 3×6 meter itu. Penghuninya sedang duduk gelisah di lantai beralas karpet. Sesekali dia melongok ke arah gerbang, barangkali tamu yang ditunggu-tunggu sudah sampai.Telah setengah jam Sabrina menunggu dari waktu yang sudah disepakati. Namun, belum ada tanda-tanda kemunculan Bu Muklis. Status Whatsapp-nya pun terakhir online satu jam yang lalu.Tak lama kemudian, terdengar deru halus mobil yang berhenti di depan rumah. Sabrina bergegas keluar untuk memastikan. Akhirnya, tamu yang ditunggu itu datang juga, mengendarai sebuah Range Rover hitam mengkilat."Sepertinya mereka habis beli mobil lagi," ujar Sabrina dalam hati.Sabrina memaksakan sebuah senyuman kecil demi menghormati sang tamu. Dia cukup lega karena Pak Muklis tidak ikut. Kedatangan Bu Muklis saja--Sabrina yakin seratus persen--pasti akan menimbulkan gosip baru."Assalamu'alaikum, Mbak Sabrina. Gimana kabarnya?"Mereka bersalaman. Bu Muklis menarik badan Sa

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Undangan Makan Malam

    Sabrina tak tahu dan tak mau tahu bagaimana reaksi para tetangga yang memergoki kepergian Bu Muklis dari rumahnya dalam keadaan yang kurang baik. Berkaca dari pengalaman yang sudah–sudah, mereka selalu saja berburuk sangka dan menarik kesimpulan sendiri. Mereka tidak benar-benar peduli dengan apa yang sebenarnya terjadi.Sore itu, Sabrina kembali menjahit pesanan seragam majelis taklim Bu Ami. Dia hanya keluar rumah jika perlu belanja ke warung atau mengantar Alifa ke TPA. Semakin sedikit berinteraksi dengan orang, akan semakin baik untuk kesehatan mentalnya.Suara motor yang berhenti di depan rumah membuat Sabrina menghentikan kegiatannya. Bejo, sopir Pak Muklis, tergopoh-gopoh menuju teras rumahnya dan menguluk salam."Pak Bejo ada perlu sama saya?""Bukan saya, Non, tapi Pak Haji. Non Sabrina diundang makan malam di Restoran Amerta."Sabrina tahu restoran yang dimaksud. Itu adalah restoran ternama di pusat kota yang menyediakan berbagai hidangan dengan harga fantastis."Siapa saja

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Kesepakatan dengan Pak Muklis

    “Jadi, ada perlu apa saya harus ke sini, Pak?”“Tunggu sampai makanan datang, ya. Kita bisa ngobrol sambil makan supaya anak kamu fokus ke makanannya, bukan ke isi pembicaraan kita.”Sabrina mengangguk. Alasan Pak Muklis cukup masuk akal. Meski Alifa masih kecil, tidak mungkin membahas permasalahan orang dewasa di hadapannya. Terlebih lagi, jika obrolannya menyangkut poligami.“Terus, Pak Bejo gimana?”Sebenarnya Sabrina sungkan menanyakan itu. Dia yang agar meminta agar Pak Muklis mengajak orang lain, tetapi dia juga yang khawatir kalau orang itu menguping.“Tenang, Non. Saya sudah bawa headset,” kata Pak Bejo sambil mengeluarkan benda itu dari kantong kemejaanya.Sabrina manggut-manggut. Pikirannya jadi sedikit lebih tenang.Menunggu itu, jika bersama dengan orang yang membuat hati tidak nyaman, ternyata terasa sangat menjemukan. Sabrina berkali-kali melirik jam tangan karena pesanan makanannya tak kunjung datang. Dia sampai mengajak ngobrol Alifa tentang berbagai hal demi menghinda

Bab terbaru

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Takdir Kita (TAMAT)

    [2 tahun kemudian] "Saya terima nikah dan kawinnya Sabrina Hasanati binti Jaya Sentosa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"Begitu tenang dan lantang Adam mengucap kalimat tersebut dalam satu tarikan napas."Bagaimana para saksi? Sah?""Sah!" Para saksi menjawab serentak.Sabrina dan Adam mengembuskan napas lega. Doa-doa melangit, berbaur dengan tumpahan air mata haru dan suka cita.Kini, Adam dan Sabrina duduk bak raja dan ratu sehari di pelaminan. Mereka senantiasa menebar senyum kepada para tamu undangan yang turut berbahagia.Dahulu, hanya butuh waktu satu minggu bagi Adam untuk jatuh hati kepada Sabrina. Butuh tiga bulan untuk menyatakan niat baik dan berujung mendapat penolakan halus dari janda beranak satu tersebut. Namun, jalan hidup memang tidak dapat ditebak.Sempat hendak menikahi Sofia, takdir ternyata membawa acara akad mereka bubar sebelum mulai. Adam dan Bu Ami sampai harus pindah rumah karena malu dibicarakan tetangga terus-menerus.Namun, siapa sangka, ada hikma

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Ada Pelangi Selepas Hujan

    Sabrina menajamkan pendengaran agar segera tahu ketika sewaktu-waktu ada mobil berhenti di depan rumah. Perasaannya senang bercampur harap-harap cemas. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sabrina akhirnya akan memiliki sepeda motor lagi. Memang bukan sepeda motor keluaran terbaru. Bukan pula yang harganya puluhan juta. Yang dia beli hanyalah motor bekas seharga 6,5 juta saja. Yang membuatnya istimewa, motor itu dibeli dari hasil keringatnya sendiri. Bagi Sabrina yang sejak kecil akrab dengan kemiskinan, membeli motor tanpa mencicil adalah sebentuk pencapaian yang patut dirayakan. Adam yang membantunya mendapatkan motor tersebut. Setelah bertemu secara tidak sengaja di acara bazaar, mereka cukup intens berkomunikasi. Kebetulan dealer Adam memang melayani jual beli motor bekas sehingga dia bisa memilihkan yang kondisi mesinnya masih bagus dan harganya terjangkau. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Sebuah mobil bak terbuka merapat di halaman rumah Pak Jaya. Sepeda motor berw

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Terima Kasih, Superman

    Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi matahari di langit Tangerang sudah bersinar amat terang. Sabrina mengelap keringat di dahi dengan ujung jilbab. Sesekali, dia melambaikan tangan ke arah Alifa yang berada dalam barisan gerak jalan. Acara jalan sehat itu merupakan kegiatan tahunan yang rutin digelar oleh Pemda setempat untuk memperingati hari jadi kota mereka. Sekolah Alifa tidak ketinggalan untuk berpartisipasi. Namun, karena masih usia TK, orang tua murid diminta turut serta hadir. Selagi menunggu Alifa selesai parade, Sabrina melihat-lihat stand yang berjajar di sepanjang tepi jalan. Ada satu stand yang sudah dia incar semenjak tiba di alun-alun kota tersebut. "Mas, yang ini harganya berapa, ya?" Sabrina menunjuk sebuah motor matic berwarna biru dan putih dengan bodi lebar.Itu adalah satu-satunya stand yang menjual motor second. Dilihat dari kondisi tampilan luar, motor yang dilirik Sabrina sepertinya masih sangat bagus. Sabrina merasa perlu membeli motor untuk ke

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Merdeka dari Utang

    Adam turun dari motor dan mengambil bungkusan martabak yang tergantung di cantolan depan. Malam itu, Bu Ami bilang ingin menonton film sambil ngemil.Seporsi martabak manis dengan topping kacang, cokelat, keju, dan wijen itu ditaruh dalam piring buah. Permukaannya masih mengepulkan uap panas. Aromanya yang harum makin menggugah selera."Silakan menikmati martabaknya, Bunda Ratu," seloroh Adam ketika menyajikan makanan itu di meja.Bu Ami yang baru mulai memutar film hanya terkekeh mendengarnya."Kamu nggak ikutan nonton?" tanya Bu Ami begitu melihat Adam berdiri lagi. Bibirnya sedikit cemberut.Tadinya Adam ingin kembali ke kamar untuk mendesain pamflet, tetapi kemudian dia tidak tega membiarkan mamanya menonton sendirian. Karena itu, dia memutuskan untuk bekerja sambil tetap menemani Bu Ami."Saya ambil laptop sebentar ya, Ma."Bu Ami mengangguk senang. Sebenarnya dia merasa kesepian sejak pindah ke rumah baru. Selain lingkungannya lebih sepi, di rumah juga tidak ada pembantu yang bi

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Rezeki Tidak Akan Salah Alamat

    Nuansa haru yang sempat tercipta karena Sabrina hendak merantau menjadi TKW mendadak buyar. Sabrina menyusut air mata. Bu Retno sontak berdiri dan menghampiri dua lelaki yang berdiri di ambang pintu. "Pak Muklis?" Sapaannya lebih terdengar seperti pertanyaan. Bu Retno sampai melebarkan mata dan mencondongkan badan saking tidak percaya bahwa sosok yang berdiri di hadapannya adalah Pak Muklis. Ya, dia adalah juragan sembako yang pernah sangat ingin menikahi Sabrina. Sabrina menelan ludah. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ada perasaan takut dan cemas yang diam-diam menelusup di hatinya. Bagaimanapun, urusannya dengan Pak Muklis tidak pernah menyenangkan. "Maaf, Bu, boleh kami masuk?" Kali ini yang bertanya adalah sopir Pak Muklis. "Oh, iya ... bo--boleh. Silakan, Pak." Wanita itu menepi agar tamunya masuk. Sabrina menuntun Alifa, hendak menghindari pertemuan itu dengan alasan ingin menjaga warung. Namun, Pak Muklis menahannya. "Mbak Sabrina boleh di sini sebentar? Saya ada perlu.

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Resmi Mendaftar Jadi TKW

    "Izinkan aku merantau ke luar negeri." Sabrina mengucapkannya dengan mata berkaca-kaca.Di satu sisi, dia tidak tega meninggalkan anak dan orang tuanya di Indonesia. Selain rindu, dia juga pasti akan lebih sering mengkhawatirkan kondisi kesehatan mereka.Namun, utang nyaris seratus juta ke Adam bukanlah perkara sepele. Jika dia hanya mampu mencicil 500 ribu per bulan, dia butuh waktu selama 16 tahun untuk melunasi seluruh utang tersebut.Dalam kurun waktu 16 tahun itu, pasti akan banyak hal yang berubah. Orang tuanya akan makin berumur. Alifa pun harus bersekolah di SD, SMP, hingga SMA yang pastinya butuh biaya lebih besar. Sabrina juga bercita-cita ingin menguliahkan putri semata wayangnya.Lebih dari itu semua, siapa yang menjamin dirinya masih ada umur? Alangkah sedihnya jika membawa utang hingga liang lahat. Maka, merantau menjadi TKW menjadi pilihan yang paling mungkin Sabrina ambil."Kalau kamu pergi, Alifa gimana, Sab?" tanya Bu Retno hati-hati. Dia paham betul kegelisahan anak

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Izinkan Aku Merantau

    "Alhamdulillah, semua pesanan sudah jadi. Bu, tolong bantu cocokkan jumlahnya, ya," pinta Sabrina kepada Bu Retno. Dia sendiri tengah sibuk menghitung sisa pembayaran yang harus dilunasi Salim. Jumlah itu setara dengan keuntungan bersih yang akan dia peroleh."Jahitannya rapi, Sab. Masing-masing juga udah disetrika, jadi meringankan pekerjaan kita. Bisa aja kamu cari konveksi yang bagus.""Iya, Bu. Yang bikin makin kagum, mereka mempekerjakan orang-orang yang cacat fisik. Aku jadi makin termotivasi buat mengikuti jejaknya."Sabrina menghentikan pekerjaannya sejenak. Matanya menerawang jauh sedangkan bibirnya tersenyum manis. Terbayang seperti apa bahagianya jika impian tersebut bisa terwujud."Ya ... Ya ... Tapi bikin konveksi juga modalnya nggak sedikit, Sab. Apalagi kamu masih ada utang sama Ustadz Adam."Bibir Sabrina langsung kembali seperti semula. Ucapan ibunya sangat realistis."Bapak sama Ibu nggak bisa bantu banyak. Tapi nanti, kalau kami sudah meninggal, kamu boleh jual ruma

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Jatuh, Bangkit Lagi

    "Sudah siap, Ma?" tanya Adam setelah memasukkan tiga koper dan beberapa kardus besar ke dalam bagasi mobil. "Sudah, Dam." Bu Ami menghela napas. Hatinya serasa sesak dan badannya penat. Hari itu, mereka memutuskan untuk pindah rumah. Rumah tersebut akan disewakan kepada teman Om Adib.Sebenarnya rumah itu baru mereka tempati selama setahun. Namun, semenjak Adam batal menikah dengan Sofia, Bu Ami tidak lagi merasakan kenyamanan di sana. Penyebabnya tak lain adalah mulut-mulut tetangga yang selalu merasa paling tahu urusan orang lain.Sekali dua kali, Bu Ami tidak terlalu memusingkan omongan tetangga yang menggunjing batalnya pernikahan Adam. Namun, cerita tersebut berulang terus dan ditambah bumbu-bumbu lain. Ada yang bilang, Adam itu pembawa tulah atau kutukan. Entah siapa yang pertama kali tahu, tetapi kabar bahwa dia sudah tiga kali gagal menikah sudah menyebar luas. Dampaknya tidak hanya pada psikologis Bu Ami, tetapi juga TPA yang dikelola Adam. Banyak walisantri yang memindah

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Dilarikan ke Klinik

    "Ma, capek, ya? Mau aku pijitin?" tanya Alifa pada suatu malam menjelang tidur.Dia melihat Sabrina kepayahan bangun dari kasur sebab pinggangnya terlalu letih. Duduk terlalu lama di depan mesin jahit memang kurang baik untuk kesehatan. Apalagi Sabrina terkadang lupa minum air putih atau meregangkan otot barang sebentar."Mau, Sayang. Terima kasih ya, anak baik. Mama sangat bersyukur memiliki anak yang solehah seperti Alifa," jawabnya seraya tersenyum.Alifa dengan senang hati memijit tangan dan kaki Sabrina. Meskipun tenaganya tidak seberapa dan dia belum paham titik-titik yang mesti dpijit, Sabrina merasakan hatinya hangat. Tangan mungil itulah yang secara tidak langsung telah menguatkannya selama ini.Meski letih, Sabrina merasa Allah sangat memudahkan usahanya ketika memulai proses produksi pesanan Salim. Selain doa yang dia panjatkan seusai salat, Sabrina juga rutin melaksanakan salat Tahajjud dan salat Dhuha.Dia tidak bisa berkeluh kesah kepada sembarang orang. Jadi, salat adal

DMCA.com Protection Status