Share

Serba Mudah

Kenan tak asal bicara!

Lamaran terjadi selang dua hari saja. Semua serba penuh dengan kejutan! Baik untuk Hania, bahkan untuk seluruh keluarganya.

Keluarga Kenan hadir di acara tersebut, termasuk Pak Rahwana dan Bu Sinta –Ibu Kenan yang lebih dikenal sebagai pemilik Prince Gallery–.

Menjadikan Hotel Prince sebagai tempat acara tentu bukan perkara sulit. Hania tahu itu! Tapi, bagaimana bisa semua serba mudah begini?

“Kata orang, kalau semua serba dimudahkan, itu artinya kalian beneran dijodohkan sama Allah.” Begitu kata Ratna. 

Tapi tentu saja Hania tak mau percaya. Karena pernikahannya ini memang rencana Kenan. Pastinya laki-laki itu sudah mempersiapkan segala hal secara matang agar rencana pernikahan kontrak mereka terjadi.

Dijodohkan oleh Allah? Ah, mustahil. Hania jelas malu mengakui hal ini. 

Tapi, mungkinkah Allah memang merestui pernikahan kontrak mereka ini?

Sehari setelah acara lamaran, pernikahan digelar di hotel yang sama. Kadang Hania merasa ini seperti mimpi di siang bolong karena semua serba mendadak tapi terlaksana dengan sangat apik.

Bahkan hal sepele seperti gaun pernikahan saja, benar-benar sesuai dengan apa yang ia angankan dulu. Gaun serba tertutup dengan buket bunga lily kesukaannya. Juga sepasang cincin yang sedang disematkan Kenan di jari manisnya sekarang yang entah kapan Kenan mempersiapkannya. Karena cincin itu begitu pas tersemat di jarinya.

“Pak Kenan kapan beli cincin ini?” tanya hanya di tengah sesi pemotretan. Menampilkan dua tangan mereka yang sudah disematkan cincin pernikahan di masing-masing jarinya.

“Ibu saya yang memberikannya. Itu cincin warisan katanya.”

“Oh?” Hania cukup terkejut mendengarnya. “Bisa pas gitu yah di jari saya. Padahal gak pernah tuh saya sama Ibunya Pak Kenan ketemu buah bahas cincin apalagi ukuran jari.”

Hania memandang cincin yang sudah tersemat bukan lagi dengan perasaan terkejut, tapi berubah takut. Boleh jadi pernikahan ini baginya dan Kenan hanyalah pernikahan kontrak belaka. Tapi, tidak bagi semua tamu yang hadir di sini sekarang. Termasuk cincin yang tersemat pun ternyata bukanlah cincin yang dipilih asal-asalan oleh Kenan. 

***

“Pak Kenan ngapain ada di sini?!”

Kenan meraup wajah saking malu ditertawakan oleh tim MUA yang tampak sibuk merapikan gaun yang Hania kenakan sekarang. Bukannya menjawab, Kenan malah tampak berkomat-kamit seperti memberi Hania isyarat.

Ketika Kenan menunjuk cincin pernikahan di tangannya, Hania langsung merapatkan bibir, menatap orang-orang yang sedang tersenyum diam-diam dengan perasaan malu.

“Jika tugas kalian sudah selesai, bisa tinggalkan ruangan ini sebentar saja?”

Hanya dalam beberapa detik keduanya ditinggalkan di dalam ruangan. Hania langsung meraup wajahnya sambil berteriak. Kenan tertawa sambil duduk di sofa tak jauh dari Hania.

“Kerja bagus, Hania. Saya pikir kamu akan berubah pikiran lalu kabur.”

“Bagaimana mungkin saya kabur kalau Pak Kenan menyuruh orang membuntuti saya selama ini?”

Sejak kesepakatan itu ditandatangani, ada dua orang perempuan berbadan tinggi terus mengekori Hania. Katanya mereka suruhan Kenan yang harus memastikan Hania pulang sampai rumah dengan selamat. 

Rupanya, keesokan hari sampai hari pernikahan tiba, dua orang itu terus membuntuti Hania. Kemana pun! Bahkan saat bekerja sekalipun, dua orang itu akan berjaga di luar ruangannya. Saat berada di rumah, dua orang itu juga akan berjaga di luar rumahnya. 24 jam nonstop! Entah itu pagi, siang, bahkan malam, mereka ada di manapun Hania berada.

“Demi keselamatan kamu, Nia. Saya tidak mau terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan nantinya.”

“Oh? Pak Kenan takut si Putri melabrak saya karena mengira saya merebut Pak Kenan dari dia?”

“Salah satunya.”

“Atau takut mantan-mantan Pak Kenan mencelakai saya?”

“Itu juga. Cerdas sekali kamu! Tidak salah saya memilih kamu menjadi istri saya, Hania.”

“Istri kontrak maksudnya.”

“Ah … yah … itu …. Jadi, bagaimana dengan acara pernikahannya? Kamu menyukainya?”

“Suka bangeeettt, Paaaakkk!!!” 

Maunya sih Hania berteriak begini. Sambil jingkrak-jingkrak kalau bisa. Tapi, tidak! Tak mungkin ia mempermalukan dirinya di depan Kenan sekarang. Apalagi gaun hitam yang sekarang menutupi tubuhnya cukup sulit membuatnya bergerak bebas.

“Ya. Saya menyukainya. Pak Kenan sepertinya sangat bekerja keras mempersiapkan pernikahan ini agar terlihat seperti pernikahan sungguhan. Apa Pak Kenan tak merasa rugi? Pasti uang yang harus Pak Kenan keluarkan tidaklah sedikit.”

Kenan tertawa keras. “Tenang saja. Uang bukan masalah untuk saya. Asalkan pernikahan kita dapat terlaksana, saya akan lakukan apapun.”

Bibir Hania mengerucut. 

“Kenapa? Ada yang salah?”

Hania menggeleng. “Gak ada, Pak. Hanya saja, saya merasa tidak nyaman dengan apa yang Pak Kenan lakukan karena ini terlalu berlebihan.”

“Berlebihan bagaimana maksud kamu?”

“Yah … seperti yang Pak Kenan tahu.” Mendadak kerongkongan Hania mengering. Berat sekali melanjutkan kalimat yang sudah bercokol di kepalanya. “Kita ini hanya menikah kontrak. Pernikahan sederhana saja bukannya sudah cukup?”

Kenan mendesah keras. “Kamu ini apa tidak bisa untuk berhenti membahas hal itu? Saya muak mendengarnya! Apa tidak bisa kamu nikmati saja acara pernikahan kita ini tanpa memikirkan hal buruk apapun?”

Hania mendadak kikuk akan tanggapan Kenan barusan. “Terus Pak Kenan ada urusan apa datang menemui saya? Ada perintah yang harus saya lakukan sekarang? Tolong jangan meminta saya melakukan hal-hal aneh karena sekarang saya sedang kerepotan dengan gaun ini.”

“Perintah?”

Hania mengangguk cepat. “Iya. Perintah. Memang urusan apa lagi yang membuat Pak Kenan menemui saya seperti ini kalau bukan mau ngasih saya perintah?” Ia langsung memalingkan wajah saking jengkelnya. “Pak Kenan sendiri yang bilang kalau saya harus siap melaksanakan hak dan kewajiban saya sebagai istri. Belum lagi saya juga asisten pribadi Pak Kenan!”

Bisa-bisanya di hari pernikahan mereka, Kenan masih ingin memberikannya perintah dadakan. Semoga saja bukan perintah mustahil yang harus Hania lakukan! Karena ia tak mau jadi pengangguran sekaligus jadi janda di hari yang sama!

Tiba-tiba Kenan bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Hania. Perempuan itu spontan mengambil langkah mundur ketika jarak keduanya semakin dekat. Hanya tersisa dua jengkal tangan!

Dua telapak tangan Kenan perlahan bergerak ke arah wajah Hania. “Saya sudah boleh menyentuh kamu, kan?”

Hania membeku seketika. Mau menggeleng, ia tahu jawaban itu keliru. Mau mengangguk, jelas hatinya berontak. Jadinya dia hanya diam saja sambil memelototi Kenan yang perlahan menempelkan dua tangannya di pipi Hania. Menekannya cukup lama dengan telapak tangannya.

“Kamu itu benar-benar bodoh!”

“Bodoh? Tadi Pak Kenan bilang kalau saya ini cerdas.”

Kenan menggeleng. “Tidak! Saya menarik semua kata-kata saya tadi. Kamu itu benar-benar bodoh!”

“Pak Kenan!”

“Saya tak butuh alasan apapun untuk menemui istri sekaligus asisten pribadi saya! Mengerti?”

Hania mengangguk sambil menggerakkan bola mata ke sisi kiri dan kanan, melihat tangan Kenan yang masih menempel di pipinya.

“Jadi, belajarlah bersikap selayaknya seorang istri kalau saya menemui kamu seperti sekarang ini. Paham?” Kenan menegaskan. Ia bahkan sampai menarik kepala Hania saking jengkelnya.

Dan perempuan itu spontan merapatkan bibirnya sambil menganggukkan kepala.

“Ayo pergi!” Kenan melepaskan tangannya. Namun sedetik kemudian tangan Hania sudah ada dalam genggamannya. “Kita harus muncul bersamaan di pesta, bukan?”

“Aaarrrggghhh!!! Pak Kenan pegang tangan gueeee!!!! Tuhaaannn … tolooong!!!”

Genggaman tangan itu tak lepas barang sedikit pun. Itu dari apa yang Hania rasakan sepanjang berlangsungnya pesta. Jangan tanya bagaimana kondisi Hania. Ia lelah bukan main harus bersikap bahwa sentuhan itu adalah hal biasa. Padahal ia malu bukan main. Jantungnya berdegup sangat cepat sekali!

Melelahkan sekali bersandiwara seperti ini!

Sesaat setelah acara selesai, Hania bahkan meminta kepada para MUA untuk meninggalkannya sendirian di kamar hotel. Bukan tanpa alasan. Hania benar-benar butuh tidur barang sejenak!

Sejenak saja!

Tapi, kemunculan Pak Rahwana menggagalkan semua rencana itu. Hania juga tak bisa mengabaikannya begitu saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status