Leonel pun melepaskan pelukannya dan membelai wajah Adeeva lembut. “Jangan pernah berbuat nekad yang membahayakan dirimu sendiri, mengerti?”
Adeeva diam. Ia padahal habis ini akan pergi mendatangi apartemen Elizabeth dengan bertanya kepada Alex.
“Hm.” Adeeva tersenyum agar suaminya tidak usah terlalu khawatir akan keadaannya yang baik-baik saja saat ini. “Sepertinya aku harus segera ke kantor. Ini sudah sangat siang nanti aku bisa menjadi pemimpin yang tidak baik lagi.”
“Rasanya ingin mengurungmu saja di sini.”
Adeeva terkekeh pelan. “Nanti kau tidak konsen bekerja justru terus menggodaku.” Adeeva langsung berdiri dan segera melangkah pergi menuju ke arah pintu setelah kembali berpelukan dan saling mencumbu satu sama lain di depan Brandon yang masih tetap diam dan fokus menatap tablet.
“Jaga dirimu baik-baik.”
“Hm.” Baru dua langkah akhirnya Adeeva menoleh da
Satu minggu kemudian.Akhirnya tiba hari ini baik Leonel dan Adeeva telah disibukkan oleh packing soal honeymoon mereka. Mengingat satu minggu belakangan Leonel benar-benar lembur dan kerja keras pun kini akan terbayar dengan perginya honeymoon dengan sang istri.“Apa nggak kebanyakan?” tanya Leonel heran.“Tidak. Ini tuh udah paling sedikit kita bawanya. Kau tahu kan di sana lagi musim dingin. Jadi memang harus banyak bawa baju sama mantel.”“Ya sudah terserah kau saja. Yang penting jangan lupa lingerie hitam dibawa.”Mendengar itu membuat Adeeva langsung melempar sandal rumahan ke arah Leonel karena sejak tadi dia selalu berkata seperti itu. Selalu mengingatkan membawa lingerie hitam.“Kau kenapa melempar sandal, hm?”“Lagian kau menyebalkan.”Adeeva bersungut kemudian pipinya langsung merona merah jika otak Leonel kembali kotor. Kenapa sih hatinya gampang seka
Awalnya Adeeva paling antusias dan senang karena akan berlibur ke Negara para oppa. Namun, baru sampai bandara internasional Incheon dia sudah merasakan 3L; lelah, letih, lesu, dan merasa seluruh tubuhnya pada sakit. Ditambah perutnya yang terasa sangat nyeri ini.“Are you oke?”“Hm.”Melihat sang istri yang sudah pucat dan berkeringat dingin pun membuat Leonel tampak khawatir. Dia langsung menyuruh Adeeva bersandar ke dadanya saat mobil jemputan sedang menuju ke hotel di mana mereka akan menginap nantinya.Rasa keindahan yang sudah diawang-awang pun lenyap sudah. Pikiran Adeeva hanya kasur dan segera rebahan.Bahkan Leonel sudah menyuruh sopir agar cepat melajukan mobilnya supaya cepat sampai. Namun tetap saja sang sopir lebih memilih mematuhi segala peraturan lalu lintas.Dan kurang lebih sejam sepuluh menitan mereka sampai di hotel four seasons. Leonel pun langsung ke bagian resepsionis dan segera diantar menuju ke kamar yang akan menjadi
Selesai mandi dengan waktu yang cukup lama, Adeeva keluar dengan wajah yang begitu segar. Ia tersenyum menatap suaminya yang sedang duduk di atas ranjang sambil menatapnya haus.“Kau kenapa menatapku begitu?”“Memangnya tidak boleh?”“Boleh sih, tapi aku ngeri lihatnya. Mirip singa kelaparan.” Habis mengatakan itu Adeeva langsung menepuk jidadnya sendiri kalau Leonel kan memang siang. isst, kenapa dengan otak cerdasnya ini sih.Saat Adeeva menuju ke lemari pun ia merasa diintai dan diawasi oleh sepasang mata yang tengah menyorot tajam. Sesekali Adeeva menoleh ke belakang dan mendapati Leonel yang sedang tersenyum devil.“Kau kenapa begitu, sih?”Leonel tak menjawab justru langsung beringsut dari tempat tidur menuju ke arah Adeeva dan mengusap lembut pundak sang istri yang membuat merinding. Apalagi embusan napas hangat Leonel menyapu tengkuk leher Adeeva yang membuatnya semakin dibuat meremang.
Adeeva sudah kembali lagi ke tenda penjual makanan tadi. Namun makanan miliknya ternyata sudah tidak ada di meja hingga membuatnya diam membeku. Rasanya ingin makan lagi tapi ia baru sadar kalau tidak bawa uang. Mana belum nukar uang juga ke dalam bentuk won.Rasa sebal dan kesal langsung saja menyelimuti hatinya. Adeeva keluar tenda dan berjalan menuju ke arah hotel di mana ia dan Leonel menginap.Saat berjalan pun sengaja kaki ia hentak-hentakkan di jalanan yang sudah mulai tertutup salju itu. Sorot mata Adeeva pun menatap ke depan sekilas dan melihat jika Leonel masih tetap berdiri di tempat semula dengan tatapan bingungnya.“Kok balik lagi?” tanyanya.“Nggak jadi makan.”“Kenapa?”“Nggak usah banyak tanya.”Adeeva terus berjalan tanpa berhenti sedikit pun. Bahkan ia tahu jika sang suami mulai mengikuti langkahnya di belakang.Mengingat masih kesal dan juga malu jika ia tidak b
Selesai makan dan kini mereka langsung memutuskan segera kembali ke kamar hotel. Apalagi Leonel selalu beralasan ingin istirahat karena belum tidur sejak sampai di negeri yang dikenal dengan gingsengnya.Adeeva yang memang berjalan di samping sang suami pun hanya memegang dada karena merasa sangat deg-degan dengan hal yang akan mereka lakukan setelah ini.Apalagi bisa Adeeva lihat tatapan sang suami yang sangat dalam dan penuh dengan makna yang entah apa maksudnya.Klik.Begitu pintu kamar hotel berhasil dibuka pun rasa degupan jantung Adeeva semakin memacu adrenalinnya.“Leonel.”“Hm.”“Kita habis ini tidur kan?”“Iya, tidur.”“Maksudku tidur mata terpejam bukan … yang itu,” lirih Adeeva diakhir kata karena malu saat ingin mengatakan hal tabu menurutnya ini. Apalagi otak suaminya pasti langsung konek dengan hal yang menuju ke arah sana.Enta
Mendengar kata ‘mimpi’ membuat Adeeva merasa malu luar biasa. Bahkan pipinya kini terasa panas luar biasa. Namun dengan cepat pula Adeeva mengubah ekspresi wajahnya menjadi jutek dan ketus seperti biasanya.“Kau ingin banget bercinta, hm?”“Cih! Jangan terlalu percaya diri Tuan Leonel. Aku tadi bermimpi sedang jalan-jalan ke dalam rumah hantu jadi tidurku mengigau.”Leonel berhenti tertawa dan mengangkat alisnya ke atas. “Mana ada mimpi di rumah hantu tapi suaramu mendesah seperti orang kenikmatan bercinta.”“Ah sudahlah, kenapa juga membahas soal mimpiku, sih.”Sebelum terjadi pembullyan lebih lanjut, kini Adeeva langsung menyingkap selimutnya dan segera bergegas ke arah kamar mandi untuk menghindari ledekan Leonel.Masih tetap berada di dekat pria itu pasti akan terus diledek sampai menangis nanti. Itu tidak bisa dibiarkan pokoknya.Dan saat sampai di dalam kamar mand
Sepanjang menikmati wisata dan makanan khas negara Korea, Adeeva selalu saja digoda oleh Leonel mengenai mimpinya semalam.Apalagi Adeeva selalu mengelak dan menyangkal jika ia tidak bermimpi seperti yang Leonel tebak itu. Ya, meski pada dasarnya tebakan Leonel itu benar dan nyata.Dan saat sudah sampai hotel seperti sekarang ini, Leonel terus menerus menggodanya dengan bertelanjang dada di depan Adeeva.“Pakai bajumu Leonel! Ini tuh musim dingin. Memangnya kau tidak takut sakit, hah!”Diomeli Adeeva seperti itu tak mempan bagi Leonel. Pria itu justru semakin ganas untuk menggoda istrinya dengan membuka handuk yang masih saja melingkar di pinggangnya saat ini. Dan, tepat saat handuk itu terlepas suara Adeeva langsung keluar begitu melengking.“AAAAAA, kau gila!” maki Adeeva yang langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Leonel pun terkekeh melihat istrinya yang salah tingkah sejak siang tadi.&ld
Leonel dibuat terperangah oleh Adeeva yang sangat antusias sekali melihat poster para artis Korea yang ditempel di mana-mana. Melihat itu membuat Leonel sedikit kesal karena kehadirannya dianggap seperti nyamuk yang tidak penting.“Adeeva … jangan lari-lari,” kata Leonel mencoba memperingati istrinya itu. “Apa kau tidak lelah?”Ucapan Leonel benar-benar tak dihiraukan oleh Adeeva sama sekali. Perempuan itu terus tampak antusias dan merasa sangat riang sekali hingga tampak tak lelah sedikit pun.“Kau lihat Leonel. Ini sangat tampan sekali, kan?” Adeeva menunjukkan poster salah satu boyband besutan SM itu. Apalagi mata Adeeva sangat berbinar saat melihat gambar salah satu member EXO—Suho—yang bisa membuat Adeeva ingin berteriak kencang saat ini. “Lihatlah ini. Baru lelaki sungguhan.”“Maksudnya?” Leonel merasa tercubit hatinya ketika Adeeva mengatakan seperti itu. Baginya,
Mendapat pesan whatsapp dari mertuanya membuat Leonel terkejut. Apalagi pesan itu mengatakan jika sang istri tengah hamil. Leonel yang baru sampai mansion langsung merasa senang. Tapi, kenapa yang memberitahukan itu mertuanya bukan Mommy Marinka?Selesai membaca tanpa membalas membuat Leonel segera masuk ke mansion. Apalagi ia ingin memberikan kejutan untuk istrinya itu kalau perjalanan bisnisnya tidak memakan cukup lama. Tidak seperti yang dikatakan sebelum berangkat. Ternyata hanya membutuhkan waktu tiga hari saja, dan itupun sudah termasuk perjalanan bolak-balik.Saat memasuki mansion, Leonel langsung bertemu dengan Marinka. Pria itu langsung memeluk dan mencium pipi Marinka.“Mom, Adeeva mana? Tadi aku dapat kabar kalau dia sedang hamil. Apa betul?”Marinka langsung terkejut. Bahkan mulutnya melongo, dan segera tertutup rapat. Bibirnya tersenyum manis, namun keningnya mengerut menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres.“Leonel,
Adeeva buru-buru ke kamar untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Adeeva langsung mencari kontak Leonel.Dengan senyum yang mengembang, Adeeva terus menunggu panggilannya diangkat oleh Leonel. Namun, faktanya tidak diangkat-angkat meski sudah ditelepon beberapa kali hingga membuat Adeeva merasa kesal sendiri.“Lain kali saja deh kasih kejutannya,” gumam Adeeva.Tak ingin terus-terusan di dalam kamar membuat Adeeva ikut membantu Kiki yang sibuk membuat kue. Adeeva langsung dilarang Kiki.“Jangan ikut-ikuta sayang.”“Emang kenapa, sih, Bun.”“Nanti kamu kecapek-an.”“Masa gini doang capek,” sanggah Adeeva, cemberut.“Soalnya masih muda. Mau periksa kapan, hm? Jangan dispelekan soal periksa lho. Kamu itu suka sekali menggampangkan sesuatu orangnya.”Mendengar serentetan omelan Kiki membuat Adeeva hanya memutarkan bola matanya jengah. &ldquo
Selesai pemakaman Wirawan. Semua anggota keluarga kembali ke rumah grandma dan akan menginap di sini selama tujuh hari. Karena selama tujuh hari akan diadakan pengajian kirim doa.Bahkan Adeeva langsung masuk kamar, dan menangis kembali sambil memeluk foto sang grandpa. Masih merasa jika yang terjadi saat ini adalah sebuah mimpi baginya. Adeeva rasanya tidak sanggup kehilangan orang yang disayang seperti ini.Tak lama grandma masuk kamar dan memeluk cucunya yang merasa susah sekali berhenti menangis. Semua orang memang merasakan sedih juga kehilangan. Namun, Adeeva benar-benar sangat meratapinya sekali saat ini.“Adeeva ….”“Grandma ….”“Grandpa sudah senang di sana. Sudah tidak merasakan sakit lagi, kamu yang ikhlas, ya.”Bukannya menjawab justru Adeeva menangis tergugu sambil memeluk erat foto sang grandpa yang sedang tersenyum lebar.“Iya,” jawab Adeeva lirih.Sej
Selesai memesan tiket via online membuat Adeeva langsung segera bergegas pulang karena harus menyiapkan semuanya dengan cepat. Terlebih ini perjalanan dadakan yang akan dilakukannya.Apalagi mendengar orang yang Adeeva sayang sedang kritis membuatnya tidak memedulikan apapun lagi selain segera pulang ke Indonesia. Bahkan kantor yang sedang banyak masalah dan sedikit porak poranda benar-benar dilupakan dan abaikan oleh Adeeva. Keluarga prioritas utamanya saat ini dan selamanya.Saat keluar ruangan kerja, Adeeva bertemu dengan Emilia juga Josh. Adeeva mengatakan jika ia akan pergi ke Indonesia dengan waktu yang tidak bisa ditentukan karena ada salah satu keluarga yang sedang sakit. Josh dan Emilia pun hanya bisa mendoakan saja untuk kesembuhan keluarga Adeeva.“Aku titip kantor ini, ya,” kata Adeeva, menatap sedih ke arah Emilia.Emilia langsung membalas dengan menepuk bahu Adeeva pelan. “Kau hati-hati di jalan, apalagi kau sepertinya seda
Selesai dari toilet Adeeva keluar dengan bibir meringis tidak enak saat melihat Leonel yang sudah menunggunya di atas ranjang.Adeeva sendiri lebih memilih memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai untuk ia kenakan. Dan semua itu tidak luput dari pengamatan dari pria itu.“Kenapa kau memakai pakaian?”“Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan kegiatan ini.”“Maksudnya?”“Aku datang bulan.”“HAH! JANGAN BOHONG.”“Sungguh, tadi pas pipis aku ngeflek.”“Hah, sial! Kenapa bisa mendadak begini, sih. Suka sekali membuat mood-ku ancur. Datang bulan sialan!” maki Leonel entah ditunjukkan untuk siapa. Yang pasti ia merasa mendadak pusing juga bingung. “Lalu, bagaimana dengan punyaku ini yang masih tegak begini?”“Em … kau bermain sendiri saja, ya. Main solo,” jawab Adeeva lirih, dan langsung terkekeh kecil saat me
Beberapa minggu kemudian.Kantor Joeyi.Adeeva kini berusaha kuat untuk memulihkan kondisi kantornya agar bisa seperti semula. Bahkan ia tak segan-segan memberikan kerja lembur untuk beberapa orang karena sebagian karyawannya mengundurkan diri.Benar-benar tidak menyangka ditinggal sebulan untuk honeymoon bisa kacau balau seperti ini. Dan herannya tidak ada yang memberikan kabar kepadanya. Menyebalkan.Bahkan Adeeva hampir semingguan melewatkan jam makan siangnya demi berkutat dengan layar laptop. Bukan hanya itu saja, di mansion hubungan dengan Leonel pun semakin tidak jelas karena pria itu jarang pulang dan Adeeva pun tidak peduli. Adeeva sedang pusing sendiri dengan urusannya.“Kalau kantor ini sampai bangkrut, benar-benar diriku tidak berguna sama sekali.”Terlalu sibuk bekerja membuat ia melupakan perutnya yang harus diisi. Bahkan cara makan Adeeva pun sangat tidak teratur. Bisa dikatakan makan saat sarapan saja, dan malamny
Setibanya di Barcelona, Adeeva memilih langsung tidur karena merasakan jetlag. Ia bahkan tidak memedulikan ocehan Leonel. Yang dibutuhkan hanya tidur saja saat ini sampai terasa kondisinya membaik.Lain hal dengan Mommy Marinka yang justru mengerti akan kondisinya. Mommy mengerti kalau Adeeva kecapek-an karena melakukan perjalanan yang cukup jauh.Kini Leonel lebih memilih pergi dari kamar, dan menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Bisa dikatakan Leonel merupakan pria gila kerja. Yang ada diotak dan pikirannya hanya kerja, kerja, dan kerja.“Kau tidak istirahat?” tanya Marinka yang membawakan kudapan untuk Leonel.“Tidak, Mom. Pekerjaanku sudah banyak dan menumpuk. Aku tidak suka kalau pekerjaanku berantakan.”“Kau ini benar-benar keras kepala dan gila kerja.”Leonel diam dan tidak menanggapi ocehan dari sang Mommy. Sudah biasa Leonel mendengar jika perempuan suka mendumel dan hobby menggerutu.***
Setelah menjenguk sang grandpa, kini Adeeva kembali ke rumah dengan pikiran yang berkecambuk macam-macam. Apalagi berat tubuh sang grandpa mulai sangat ketara sekali begitu menyusut.“Kau kenapa mendadak jadi pendiam?”“Tidak.”“Masih ingin berbohong denganku? Kau biasanya suka cerewet tidak jelas.”Adeeva menoleh dan mencebik kesal mendengar penilaian Leonel tentang dirinya ini. Ia pun langsung meminta Leonel untuk terus melajukan mobilnya tanpa banyak tanya ataupun komentar.Karena tidak terlalu paham dengan jalanan Jakarta membuat Leonel hanya menurut saja dengan semua perintah Adeeva. Dia terus melajukan mobilnya sampai perempuan itu meminta berhenti di salah satu tempat makan pinggir jalan.“Kenapa kau meminta berhenti di sini?” tanya Leonel, bingung.“Aku pengin makan pecel. Aku kangen dengan sambalnya.”Melihat suaminya yang tampak mengerutkan kening bingung mem
Entah kenapa saat ini ayah juga Leonel hanya diam saja. Bahkan tadi mereka berdua batuk dengan kompak. Sekarang diam pun kompak. Aneh bukan?Tak lama bunda Kiki datang membawa minum untuk anak dan menantunya. Kiki langsung menatap bingung ke arah Adeeva.“Kok jadi pada diam-diaman begini?” tegur Kiki.“Enggak tahu Bun, tiba-tiba mereka diam.”“Gapapa, minuman Ayah mana? Kok buat cuma buat Adeeva aja,” sambar Ryan cepat.Kiki mendengkus sebal. “Tadi Ayah enggak bilang sekalian minta dibuatin juga.”“Kirain Bunda sudah tahu kalau mau buatin Ayah minum juga,” balas Ryan, sengaja mengalihkan pertanyaan Adeeva soal produksi anak. Padahal tidak disuruh saja setiap hari juga buat anak. Tapi emang enggak jadi. Pembuatan jadi pas Adeeva doang. Yasudah terima nasib saja memiliki anak satu.“Yaudah Bunda buatkan. Ayah pengin minum apa?”“Kopi Bun.”