Mendengar kata ‘mimpi’ membuat Adeeva merasa malu luar biasa. Bahkan pipinya kini terasa panas luar biasa. Namun dengan cepat pula Adeeva mengubah ekspresi wajahnya menjadi jutek dan ketus seperti biasanya.
“Kau ingin banget bercinta, hm?”
“Cih! Jangan terlalu percaya diri Tuan Leonel. Aku tadi bermimpi sedang jalan-jalan ke dalam rumah hantu jadi tidurku mengigau.”
Leonel berhenti tertawa dan mengangkat alisnya ke atas. “Mana ada mimpi di rumah hantu tapi suaramu mendesah seperti orang kenikmatan bercinta.”
“Ah sudahlah, kenapa juga membahas soal mimpiku, sih.”
Sebelum terjadi pembullyan lebih lanjut, kini Adeeva langsung menyingkap selimutnya dan segera bergegas ke arah kamar mandi untuk menghindari ledekan Leonel.
Masih tetap berada di dekat pria itu pasti akan terus diledek sampai menangis nanti. Itu tidak bisa dibiarkan pokoknya.
Dan saat sampai di dalam kamar mand
Sepanjang menikmati wisata dan makanan khas negara Korea, Adeeva selalu saja digoda oleh Leonel mengenai mimpinya semalam.Apalagi Adeeva selalu mengelak dan menyangkal jika ia tidak bermimpi seperti yang Leonel tebak itu. Ya, meski pada dasarnya tebakan Leonel itu benar dan nyata.Dan saat sudah sampai hotel seperti sekarang ini, Leonel terus menerus menggodanya dengan bertelanjang dada di depan Adeeva.“Pakai bajumu Leonel! Ini tuh musim dingin. Memangnya kau tidak takut sakit, hah!”Diomeli Adeeva seperti itu tak mempan bagi Leonel. Pria itu justru semakin ganas untuk menggoda istrinya dengan membuka handuk yang masih saja melingkar di pinggangnya saat ini. Dan, tepat saat handuk itu terlepas suara Adeeva langsung keluar begitu melengking.“AAAAAA, kau gila!” maki Adeeva yang langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Leonel pun terkekeh melihat istrinya yang salah tingkah sejak siang tadi.&ld
Leonel dibuat terperangah oleh Adeeva yang sangat antusias sekali melihat poster para artis Korea yang ditempel di mana-mana. Melihat itu membuat Leonel sedikit kesal karena kehadirannya dianggap seperti nyamuk yang tidak penting.“Adeeva … jangan lari-lari,” kata Leonel mencoba memperingati istrinya itu. “Apa kau tidak lelah?”Ucapan Leonel benar-benar tak dihiraukan oleh Adeeva sama sekali. Perempuan itu terus tampak antusias dan merasa sangat riang sekali hingga tampak tak lelah sedikit pun.“Kau lihat Leonel. Ini sangat tampan sekali, kan?” Adeeva menunjukkan poster salah satu boyband besutan SM itu. Apalagi mata Adeeva sangat berbinar saat melihat gambar salah satu member EXO—Suho—yang bisa membuat Adeeva ingin berteriak kencang saat ini. “Lihatlah ini. Baru lelaki sungguhan.”“Maksudnya?” Leonel merasa tercubit hatinya ketika Adeeva mengatakan seperti itu. Baginya,
Saat sudah sampai di tempat tujuan, Adeeva masih penasaran dengan Leonel yang tiba-tiba tampak senang. Entah kenapa ia yang sedang datang bulan tapi yang mengalami mood swing justru Leonel. Tadi di SM marah-marah, dan sekarang mesam-mesem. Benar-benar aneh.“Kau tahu tidak jika tempat ini sering dibuat syuting drama kolosal,” ceplos Adeeva mencoba memberitahukan kepada Leonel.“Ya.”“Terus mereka berantem gitu untuk memperebutkan kedudukan. Semua drama yang kutonton tuh yang jadi putra mahkota kasihan. Hidupnya terancam.”“Ya.”“Tapi suka sebal lihat sang raja istrinya banyak. Belum lagi selirnya ada dimana-mana. Sebal deh.” Adeeva mendadak kesal sendiri jika teringat drama yang ditontonnya membuat emosi naik. “Semenjak kerja di Luar jadi jarang nonton, entah apa yang terbaru,” tambah Adeeva kemudian. Ia langsung berjalan menyusuri bangunan bersejarah negara Korea itu.L
Tokyo, Jepang.Setelah melakukan perjalanan selama sejam lima belas menitan dari Korea menuju Jepang, kini mereka langsung melakukan check-in di hotel. Adeeva segera menata semua pakaian di lemari untuk mengisi kehampaan saat ini. Apalagi Leonel tidak mau berbicara juga hingga detik ini.Selesai menatap semua pakaian, kini Adeeva langsung berjalan mendekat ke arah Leonel yang sedang tiduran di atas ranjang. Adeeva langsung saja ikut bergabung dengan menyandarkan kepala di dada bidang milik Leonel.“Leonel, kau ingin makan apa? Aku ingin makan sushi deh,” kata Adeeva mencoba memancing suaminya untuk berbicara. Namun tetap saja hasilnya tetap nihil. Tidak ada respon sama sekali.Merasa dikacangi pun membuat Adeeva terus berpikir untuk membuat suaminya berhenti mengambek seperti ini.“Leonel, sebentar lagi masa datang bulanku habis lho,” pancing Adeeva kemudian.Adeeva pun langsung mendongak untuk melihat ekspresi
Selesai makan di salah satu kedai pinggir jalan, kini mereka memilih kembali ke hotel untuk istirahat. Apalagi jadwal untuk pergi ke tempat wisata akan dilakukan besok pagi, dan tentu saja mereka akan mengunjungi tempat-tempat popular saja dan bisa dijangkau oleh semua orang dan kalangan.Dan saat sudah di hotel apalagi hari pun sudah malam membuat Leonel mencari kesibukan untuk mengisi waktu luangnya seperti ini.Biasanya kalau begini itu mainannya istri, tapi mengingat istri belum selesai datang bulan membuat Leonel bermain game online di hape-nya bersama teman-teman lainnya seperti Darrel dan Alex. Leonel memaksa kedua sahabatnya itu untuk menemani ia bermain game.“Leonel, kau tidak ngantuk?” tanya Adeeva yang merasa berisik dengan suara game yang Leonel mainkan itu.“Tidak.”“Tidurlah ini sudah malam. Lagian besok ke Disneyland kan? Butuh tenaga untuk bermain berbagai wahana besok.”“Aku t
Adeeva kini sangat berusaha sekuat tenaga agar tidak kalah dari Leonel. Dia tidak akan menyerah kepada pria itu. Apalagi yang diharapkan pria itu jika menang sangat mengerikan.Di saat sedang bermain permainan menembak di westernland shootin gallery, Adeeva berteriak kencang karena menang dari Leonel. Adeeva langsung menatap jemawa kepada pria itu.“Aku menang,” kata Adeeva dengan gaya sombong.“Aku hanya mengalah saja tadi karena tidak tega melawan wanita,” kilah Leonel berbohong.Adeeva berdecih meremehkan. “Bilang saja kau memang tidak jago bermain game dan memang kemampuanmu tidak sebanding denganku.”“Terserah kau saja mau bilang apa, yang pasti aku mengalah agar kau bahagia.”Adeeva masih tetap tak percaya dengan perkataan Leonel. Pasalnya sudah lima kali mereka bermain ini dan hasilnya tetap sama saja. Leonel tetap kalah telak.“Sudah, sebaiknya kita segera kembali ke hotel.
Bali, Indonesia.Setelah bertemu Matheo di Bandara Soekarno Hatta, dan menitipkan dua koper miliknya yang berisi oleh-oleh itu, kini Adeeva dan Leonel langsung melanjutkan terbang ke Bali setelah transit di Jakarta sebentar.“Akhirnya aku menghirup dan bernapas di negaraku tercinta.”Leonel berdecih sambil menatap istrinya yang tengah merentangkan kedua tangan. Senyum merekah Adeeva bisa menular ke bibirnya yang ikut tersungging tipis hingga istrinya tidak tahu kalau Leonel juga tengah tersenyum.“Pokoknya nanti kita wajib ke pantai. Pilih kamar yang view-nya bagus.”“Hm, aku sudah pesankan kamar yang view-nya cocok untuk kita.”Adeeva tersenyum lebar. “Makasih Leonel,” lirihnya. Dan entah kenapa mendadak Adeeva merasa tidak enak sendiri karena belum bisa menjadi istri yang baik. Istri yang bisa melayani suami jika sang suami meminta.Dan mereka pun akhirnya menuju ke pesawat untuk seger
Leonel benar-benar ingin memberikan pelajaran kepada perempuan itu karena sudah menyiksanya selama tiga minggu untuk menahan dan bersabar. Dan ini waktu yang tepat untuk membalas Adeeva.Leonel terus tersenyum miring melihat tubuh istrinya yang terus bergelinjang tak karuan itu. Sudah pasti perempuan itu sedang menahan rasa desiran aneh di dalam tubuh.“Leonel.”“Apa, hm? Katakan yang jelas Adeeva, kau ingin apa?”“Please … jangan mempermainkan diriku brengsek!” umpat Adeeva kesal karena merasa dipermainkan oleh sang suami. Ibaratnya Adeeva sudah dibawa ke atas langit tetiba dijatuhkan ke dasar jurang, dan itu rasanya kesal luar biasa.Mendengar istrinya merengek dan memohon membuat Leonel merasa bahagia sendiri. Apalagi Adeeva ingin memuaskan dirinya sendiri dengan tangan, namun Leonel dengan sigap langsung mencegahnya.“Kau ingin apa?” tanya Leonel sambil mendengkus kesal.&ldqu
Mendapat pesan whatsapp dari mertuanya membuat Leonel terkejut. Apalagi pesan itu mengatakan jika sang istri tengah hamil. Leonel yang baru sampai mansion langsung merasa senang. Tapi, kenapa yang memberitahukan itu mertuanya bukan Mommy Marinka?Selesai membaca tanpa membalas membuat Leonel segera masuk ke mansion. Apalagi ia ingin memberikan kejutan untuk istrinya itu kalau perjalanan bisnisnya tidak memakan cukup lama. Tidak seperti yang dikatakan sebelum berangkat. Ternyata hanya membutuhkan waktu tiga hari saja, dan itupun sudah termasuk perjalanan bolak-balik.Saat memasuki mansion, Leonel langsung bertemu dengan Marinka. Pria itu langsung memeluk dan mencium pipi Marinka.“Mom, Adeeva mana? Tadi aku dapat kabar kalau dia sedang hamil. Apa betul?”Marinka langsung terkejut. Bahkan mulutnya melongo, dan segera tertutup rapat. Bibirnya tersenyum manis, namun keningnya mengerut menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres.“Leonel,
Adeeva buru-buru ke kamar untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Adeeva langsung mencari kontak Leonel.Dengan senyum yang mengembang, Adeeva terus menunggu panggilannya diangkat oleh Leonel. Namun, faktanya tidak diangkat-angkat meski sudah ditelepon beberapa kali hingga membuat Adeeva merasa kesal sendiri.“Lain kali saja deh kasih kejutannya,” gumam Adeeva.Tak ingin terus-terusan di dalam kamar membuat Adeeva ikut membantu Kiki yang sibuk membuat kue. Adeeva langsung dilarang Kiki.“Jangan ikut-ikuta sayang.”“Emang kenapa, sih, Bun.”“Nanti kamu kecapek-an.”“Masa gini doang capek,” sanggah Adeeva, cemberut.“Soalnya masih muda. Mau periksa kapan, hm? Jangan dispelekan soal periksa lho. Kamu itu suka sekali menggampangkan sesuatu orangnya.”Mendengar serentetan omelan Kiki membuat Adeeva hanya memutarkan bola matanya jengah. &ldquo
Selesai pemakaman Wirawan. Semua anggota keluarga kembali ke rumah grandma dan akan menginap di sini selama tujuh hari. Karena selama tujuh hari akan diadakan pengajian kirim doa.Bahkan Adeeva langsung masuk kamar, dan menangis kembali sambil memeluk foto sang grandpa. Masih merasa jika yang terjadi saat ini adalah sebuah mimpi baginya. Adeeva rasanya tidak sanggup kehilangan orang yang disayang seperti ini.Tak lama grandma masuk kamar dan memeluk cucunya yang merasa susah sekali berhenti menangis. Semua orang memang merasakan sedih juga kehilangan. Namun, Adeeva benar-benar sangat meratapinya sekali saat ini.“Adeeva ….”“Grandma ….”“Grandpa sudah senang di sana. Sudah tidak merasakan sakit lagi, kamu yang ikhlas, ya.”Bukannya menjawab justru Adeeva menangis tergugu sambil memeluk erat foto sang grandpa yang sedang tersenyum lebar.“Iya,” jawab Adeeva lirih.Sej
Selesai memesan tiket via online membuat Adeeva langsung segera bergegas pulang karena harus menyiapkan semuanya dengan cepat. Terlebih ini perjalanan dadakan yang akan dilakukannya.Apalagi mendengar orang yang Adeeva sayang sedang kritis membuatnya tidak memedulikan apapun lagi selain segera pulang ke Indonesia. Bahkan kantor yang sedang banyak masalah dan sedikit porak poranda benar-benar dilupakan dan abaikan oleh Adeeva. Keluarga prioritas utamanya saat ini dan selamanya.Saat keluar ruangan kerja, Adeeva bertemu dengan Emilia juga Josh. Adeeva mengatakan jika ia akan pergi ke Indonesia dengan waktu yang tidak bisa ditentukan karena ada salah satu keluarga yang sedang sakit. Josh dan Emilia pun hanya bisa mendoakan saja untuk kesembuhan keluarga Adeeva.“Aku titip kantor ini, ya,” kata Adeeva, menatap sedih ke arah Emilia.Emilia langsung membalas dengan menepuk bahu Adeeva pelan. “Kau hati-hati di jalan, apalagi kau sepertinya seda
Selesai dari toilet Adeeva keluar dengan bibir meringis tidak enak saat melihat Leonel yang sudah menunggunya di atas ranjang.Adeeva sendiri lebih memilih memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai untuk ia kenakan. Dan semua itu tidak luput dari pengamatan dari pria itu.“Kenapa kau memakai pakaian?”“Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan kegiatan ini.”“Maksudnya?”“Aku datang bulan.”“HAH! JANGAN BOHONG.”“Sungguh, tadi pas pipis aku ngeflek.”“Hah, sial! Kenapa bisa mendadak begini, sih. Suka sekali membuat mood-ku ancur. Datang bulan sialan!” maki Leonel entah ditunjukkan untuk siapa. Yang pasti ia merasa mendadak pusing juga bingung. “Lalu, bagaimana dengan punyaku ini yang masih tegak begini?”“Em … kau bermain sendiri saja, ya. Main solo,” jawab Adeeva lirih, dan langsung terkekeh kecil saat me
Beberapa minggu kemudian.Kantor Joeyi.Adeeva kini berusaha kuat untuk memulihkan kondisi kantornya agar bisa seperti semula. Bahkan ia tak segan-segan memberikan kerja lembur untuk beberapa orang karena sebagian karyawannya mengundurkan diri.Benar-benar tidak menyangka ditinggal sebulan untuk honeymoon bisa kacau balau seperti ini. Dan herannya tidak ada yang memberikan kabar kepadanya. Menyebalkan.Bahkan Adeeva hampir semingguan melewatkan jam makan siangnya demi berkutat dengan layar laptop. Bukan hanya itu saja, di mansion hubungan dengan Leonel pun semakin tidak jelas karena pria itu jarang pulang dan Adeeva pun tidak peduli. Adeeva sedang pusing sendiri dengan urusannya.“Kalau kantor ini sampai bangkrut, benar-benar diriku tidak berguna sama sekali.”Terlalu sibuk bekerja membuat ia melupakan perutnya yang harus diisi. Bahkan cara makan Adeeva pun sangat tidak teratur. Bisa dikatakan makan saat sarapan saja, dan malamny
Setibanya di Barcelona, Adeeva memilih langsung tidur karena merasakan jetlag. Ia bahkan tidak memedulikan ocehan Leonel. Yang dibutuhkan hanya tidur saja saat ini sampai terasa kondisinya membaik.Lain hal dengan Mommy Marinka yang justru mengerti akan kondisinya. Mommy mengerti kalau Adeeva kecapek-an karena melakukan perjalanan yang cukup jauh.Kini Leonel lebih memilih pergi dari kamar, dan menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Bisa dikatakan Leonel merupakan pria gila kerja. Yang ada diotak dan pikirannya hanya kerja, kerja, dan kerja.“Kau tidak istirahat?” tanya Marinka yang membawakan kudapan untuk Leonel.“Tidak, Mom. Pekerjaanku sudah banyak dan menumpuk. Aku tidak suka kalau pekerjaanku berantakan.”“Kau ini benar-benar keras kepala dan gila kerja.”Leonel diam dan tidak menanggapi ocehan dari sang Mommy. Sudah biasa Leonel mendengar jika perempuan suka mendumel dan hobby menggerutu.***
Setelah menjenguk sang grandpa, kini Adeeva kembali ke rumah dengan pikiran yang berkecambuk macam-macam. Apalagi berat tubuh sang grandpa mulai sangat ketara sekali begitu menyusut.“Kau kenapa mendadak jadi pendiam?”“Tidak.”“Masih ingin berbohong denganku? Kau biasanya suka cerewet tidak jelas.”Adeeva menoleh dan mencebik kesal mendengar penilaian Leonel tentang dirinya ini. Ia pun langsung meminta Leonel untuk terus melajukan mobilnya tanpa banyak tanya ataupun komentar.Karena tidak terlalu paham dengan jalanan Jakarta membuat Leonel hanya menurut saja dengan semua perintah Adeeva. Dia terus melajukan mobilnya sampai perempuan itu meminta berhenti di salah satu tempat makan pinggir jalan.“Kenapa kau meminta berhenti di sini?” tanya Leonel, bingung.“Aku pengin makan pecel. Aku kangen dengan sambalnya.”Melihat suaminya yang tampak mengerutkan kening bingung mem
Entah kenapa saat ini ayah juga Leonel hanya diam saja. Bahkan tadi mereka berdua batuk dengan kompak. Sekarang diam pun kompak. Aneh bukan?Tak lama bunda Kiki datang membawa minum untuk anak dan menantunya. Kiki langsung menatap bingung ke arah Adeeva.“Kok jadi pada diam-diaman begini?” tegur Kiki.“Enggak tahu Bun, tiba-tiba mereka diam.”“Gapapa, minuman Ayah mana? Kok buat cuma buat Adeeva aja,” sambar Ryan cepat.Kiki mendengkus sebal. “Tadi Ayah enggak bilang sekalian minta dibuatin juga.”“Kirain Bunda sudah tahu kalau mau buatin Ayah minum juga,” balas Ryan, sengaja mengalihkan pertanyaan Adeeva soal produksi anak. Padahal tidak disuruh saja setiap hari juga buat anak. Tapi emang enggak jadi. Pembuatan jadi pas Adeeva doang. Yasudah terima nasib saja memiliki anak satu.“Yaudah Bunda buatkan. Ayah pengin minum apa?”“Kopi Bun.”