Leonel berdecih melihat Adeeva menangis. Sejak kapan wanita gila ini jadi gampang nangis? Bukannya dia ini suka melawan dan tidak mau kalah?
“Sudahlah tidak usah menangis seperti itu. Kau pikir aku akan kasihan?”
Adeeva sendiri mencoba mengumpulkan tenaga untuk melawan Leonel. Akhir-akhir ini ia jarang tidur dan itu membuat tubuhnya lemas, bahkan terasa sakit kepala.
“Kau bahkan tidak masuk kantor dan lebih memilih menjual diri kepada Alex. Ck ck.”
“Stop Leonel!”
“Wow! Kau sudah kembali seperti semula, eh?”
Adeeva mengepalkan kedua tangannya kuat dan siap meninju wajah Leonel yang sangat menjengkelkan sekali itu.
“Kau tahu? Alex itu playboy. Dia tidak pernah serius dengan wanita jadi kau jangan terlalu senang dulu. Kau paling habis ini dibuang setelah dia kenyang dan bosan menidurimu.”
“Jaga mulutmu! Alex tidak seperti itu!”
“Hahaha, so sweet s
Tatapan lembut selalu Leonel berikan untuk Adeeva saat ini. Bahkan Leonel tersenyum manis ke arah Adeeva yang dibalas senyuman manis juga oleh perempuan itu.Dengan gerakan perlahan penuh hati-hati, Leonel menurunkan tubuh Adeeva di ranjang king size yang berada di kamar apartemen Alex.Merasa Adeeva sudah terbaring pun membuat Leonel terus mengunci tatapan manik mata Adeeva. Kepala Leonel pun mulai turun hingga kini sudah berlabuh di leher jenjang nan putih milik Adeeva.Leonel langsung mencumbui leher, dan beralih ke bibir ranum milik Adeeva. Leonel memberikan kecupan lembut, hangat, dan mendamba di sana.“Leonel,” lirih Adeeva.“Hmm.”Leonel terus menjelajah dan mengeksplor leher jenjang milik Adeeva dengan sangat lembut hingga ia merasa lupa akan segalanya. Yang diotaknya saat ini hanya terus mencumbu dan mencumbu istrinya.Lain hal dengan Adeeva yang memiliki kesempatan bergerak pun langsung me
Adeeva terkejut dengan kondisi Alex saat ini. Apalagi melihat kepala Alex yang diperban melingkar membuat Adeeva merasa sedih. Tatapan sendu ia layangkan untuk kekasihnya itu.“Alex,” lirih Adeeva yang mulai berjalan masuk dan mendekat ke arah Alex.Alex sendiri tetap tersenyum manis menatap wanita pujaannya ini. Bahkan Alex merasa tak tega melihat Adeeva bersedih.“Hahaha, bitch bicth!”Adeeva berjengit kala mendengar suara baritone dan sedikit ngebas itu dari arah samping ia berdiri. Perlahan Adeeva menoleh dan terkejut dengan kehadiran Leonel yang sedang duduk di sofa sambil menyesap minuman alkohol.“Le-Leonel,” cicit Adeeva pelan.“Kenapa bitch? Kau kaget melihatku di sini?” Leonel langsung berdiri dari sofa dan berjalan mengarah ke arah Adeeva dengan senyum devilnya.Adeeva menatap aura permusuhan kepada Leonel. Bahkan Adeeva juga melihat dahi Leonel penuh luka dan pipi milik
Menghabiskan waktu seharian di kantor Alex membuat Adeeva senang. Apalagi melihat pria itu sangat serius jika sedang bekerja. Adeeva sendiri memilih duduk santai di sofa dan tertidur di sana sampai akhirnya jam pulang kantor tiba.Adeeva meminta untuk diantarkan di apartemen miliknya saja karena merasa rindu dengan suasana kamar miliknya meski sudah diubah oleh Leonel waktu itu.“Sejujurnya aku sedih banget saat ini,” keluh Alex.“Kenapa?”“Darrel menyuruhku terbang ke Moskow dan akan memakan waktu semingguan di sana.”Adeeva tersenyum penuh pengertian. “Lakukan lah jika sang Owner sudah berbicara,” balas Adeeva sambil terkekeh.“Huuuuft! Rasanya berat sekali akan meninggalkan kekasih cantikku ini.”Alex menatap sedih juga berat akan meninggalkan Adeeva sendirian. Apalagi permasalahan dengan Leonel belum juga selesai. Alex memiliki feeling kalau Leonel akan berlaku semena-men
Leonel saat ini lebih memilih melepaskan setir mobil guna melindungi tubuh Adeeva dengan memeluk tubuhnya erat. Apalagi Adeeva saat ini tidak memakai seatbelt hingga membuat tubuhnya gampang terguncang.Mata Adeeva merasa gelap, ia pun mencoba membuka matanya perlahan dan melihat dada bidang milik suaminya yang masih terbalut jas kerja.“Leonel,” panggil Adeeva lirih.Merasa tak ada jawaban membuat Adeeva langsung khawatir. Adeeva takut Leonel mati, tapi deru napas Leonel masih terdengar jelas di telinga Adeeva.“Leonel,” panggil Adeeva kembali.Dan tak lama Leonel mulai melonggarkan pelukan di tubuh Adeeva. Kedua manik mata mereka pun kini saling menatap satu sama lain. Suara napas memburu Leonel pun masih sangat ketara sekali saat ini.“Kau tidak apa-apa, hm?” tanya Leonel lembut.Adeeva menggeleng pelan.“Kita masih hidup kan?” tanya Adeeva memastikan jika ia masih hidup di dun
Mendengar ungkapan cinta dari Leonel membuat Adeeva justru tertawa ngakak karena merasa jika pria di depannya sedang kesambet setan.Adeeva masih belum percaya dengan ucapan Leonel karena pria ini masih gampang berubah-ubah. Habis manis terus jahat lagi.“Adeeva ….”“Stop Leonel, jangan bercanda.”“Aku serius.”“Sudahlah, aku mau tidur. Lepaskan pelukanmu.”Leonel pun melepaskan tangannya dan menatap kepergian Adeeva yang sudah hilang dibalik tembok kamar. Kenapa di saat ngomong serius justru Adeeva seakan tidak percaya?Tak mendapat jawaban apapun membuat Leonel segera merapikan kotak p3k miliknya. Leonel pun segera menyusul Adeeva ke kamar dan melihat perempuan itu yang memang sudah memejamkan mata.Leonel mendesah dan lebih memilih mandi kemudian menyusul Adeeva tidur di sampingnya.***Pagi-pagi sekali Leonel sudah bermain dengan kucing kesayangannya. Hamt
Adeeva lagi-lagi hanya merespon dengan tawanya yang begitu ngakak karena menurutnya Leonel sedang kesambet setan.Entah kenapa pria itu sejak kemarin penyakit gilanya tambah parah saja. Benar-benar harus dibawa ke rumah sakit jiwa kayaknya.“Kenapa kau tertawa Adeeva?” tanya Leonel heran.“Hahaha, kau lucu, Leonel. Sangat lucu.”“Apanya yang lucu?” tanyanya masih tidak paham.“Ya semua ucapanmu dari kemarin lucu. Kemarin malam bilang cinta. Malam ini mengatakan jika kau cemburu. Hahaha, sudahlah jangan bercanda.”“Aku tidak bercanda, Adeeva.”“Hahaha, tuhkan aku bilang apa. Kau ini bercanda terus deh. Sepertinya otakmu semakin tidak waras semenjak kena tonjok Alex.”“Shit! Jangan sebut pria lain di depanku,” ujarnya kesal.Adeeva masih menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Leonel. Bagi Ade
Kedua mata mereka saling menatap dan mengunci satu sama lain. Kedua telapak tangan milik Leonel kini sudah berada di atas bahu milik Adeeva yang terekspose.“Kau siap?” tanya Leonel melembut.“Hm, siap tidak siap hal ini akan terjadi kan? Apalagi kalau kau belum mengecek sendiri pasti tuduhan yang bukan-bukan akan selalu menghampiri diriku.”Leonel diam. Ia lebih memilih mengusap-ngusap bahu Adeeva yang tampak putih bersih dan sangat mulus ini.Tangan Leonel pun meraba hingga kini sampai dilipatan handuk milik Adeeva. Tanpa disadarinya ia sudah meneguk air liurnya sendiri menatap wajah Adeeva yang terlihat segar dan menggoda birahinya.Lain hal dengan Adeeva yang diam saja sambil menatap wajah Leonel itu. Jangan tanya jantung Adeeva saat ini. Rasanya jedag-jedug banget. Kaki bahkan sudah mulai lemas, dan rasanya ingin jatuh namun dengan cepat ditangkap oleh tangan kekar Leonel.“Kau baik-baik saja?” tanya Leonel yang sudah menangkap tubuh Ad
Setelah berjuang mati-matian, kini Leonel akhirnya berhasil masuk ke dalam Adeeva. Meski saat memasuki milik istrinya penuh perjuangan luar biasa sekali.Bahkan sepanjang usahanya tadi Leonel melihat sang istri terus meringis kesakitan sampai mengeluarkan air mata yang membuat Leonel tidak tega.Namun dengan sabar akhirnya Leonel terus menelesakkan miliknya hingga full masuk meski Adeeva menjerit kesakitan dan air matanya terus keluar dengan deras. Ya, Adeeva pun akhirnya menangis karena benar-benar merasakan sakit dan terkoyak luar biasa saat ini.Leonel pun benar-benar menyesal sudah menghina sang istri dengan berbagai macam kata-kata menyakitkan. Pasalnya, Leonel menyadari dan mengakui jika Adeeva memang masih virgin dan ia adalah pria pertama yang memasuki Adeeva. Ada rasa bangga tersendiri saat ini di hati Leonel.Pria mana yang tidak bahagia jika mengetahui sang istri yang sudah dinikahi ternyata masih virgin. Katakanlah ia menjadi pria egois dan br
Tiba di Barcelona, baik Adeeva dan Ryan sama-sama diam saja meski dalam hati tak karuan melihat Leonel yang datang bersama Elizabeth. Bahkan dalam hati Ryan ingin menonjok pria bule itu yang sudah tega dan jahat mempermainkan perasaan anaknya sampai separah ini. Dulu meski ia playboy tapi tidak sejahat Leonel. Gonta-ganti pasangan sebelum memiliki status itu hal yang sangat wajar, tapi setelah memiliki komitmen dengan Kiki, ia berusaha setia dan menjaga komitmen itu sendiri.Lain hal dengan Adeeva yang tampak masa bodoh dengan kehadiran mantan suaminya. Tujuan Adeeva ke sini hanya untuk menjalankan wasiat mendiang Marinka. Terlebih pemakaman akan dilakukan setelah Adeeva dan Leonel bisa hadir.Mengingat kedua orang itu sudah hadir membuat prosesi pemakaman segera dilakukan. Saat tiba di sana, Adeeva meletakkan foto Marinka, dan disusul dengan Leonel yang menaruh bunga di atas batu nisan.“Mom, kuyakin kau perempuan baik. Pasti Tuhan akan menempatkanmu di s
Mendengar cerita sang anak membuat Ryan sedikit khawatir jika ada teroris yang masuk ke kafenya. Ia pun berniat akan ikut memantau kafe secara langsung, tapi kalau pagi ia harus bekerja.“Ayah dengar begitu jadi khawatir.”“Khawatir kenapa?”“Takut dia teroris.”“Makanya jangan keseringan nonton berita gitu ah, jadi parno sendirikan?” omel Kiki.Pasalnya akhir-akhir ini Ryan lagi suka nonton berita tentang terorisme hingga otaknya merasa ke distrak.Kiki yang melihat sang suami suka parno langsung mengomeli agar tidak memperkeruh suasana. Terlebih Adeeva baru saja sembuh dan mulai melupakan bayang-bayang mantan suaminya. Jika dibebankan berita berat seperti ini ngerinya akan menambah beban pikiran.“Kayaknya bukan, deh. Soalnya itu cowok kayak manusia galau gitu. Ngelamun aja seperti orang habis putus cinta gitu.”“Nah, kalau ini Bunda setuju. Siapa tahu itu cowo
Adeeva pun akhirnya maju, dan menyapa seramah mungkin kepada customernya. Adeeva tersenyum simpul yang membuat orang itu tetap menatap kosong dan mengabaikan keberadaannya.“Pagi, Kak. Kakak mau pesan apa?” tanya Adeeva, ramah.Merasa tidak dijawab membuat Adeeva merasa kesal sendiri karena keberadaannya dianggap hantu? Adeeva pun memejamkan mata dan menahan napasnya meski dalam hati kesal diabaikan seperti ini.“Kita ada menu spesial jika Kakak membeli dua por—““Buatkan semuanya.”“Hah! Apa, Kak?”“Kamu budeg, ya? Buatkan semua menu di sini. Tidak usah banyak tanya lagi. Kamu pasti pelayan baru di sini makanya tanya menu pesananku,” cerocosnya yang membuat Adeeva kesal sampai ke ubun-ubun.“Baik, Kak.”Adeeva langsung berlalu pergi dengan wajah masamnya. Ia melempar buku note kecil ke arah Zia. Adeeva langsung mendengkus sebal karena ini masih jam s
Jujur saja saat ini Adeeva masih tidak menyangka jika Emilia tega melakukan ini semua kepadanya. Entah apa motifnya ia masih belum tahu.Kini Adeeva menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan semuanya. Namun, panggilannya belum juga diangkat-angkat.Disaat akan menyerah, mendadak telinga Adeeva mendengar suara gemeresak dari seberang telepon sana.“Hallo.”“Em.”“Oh, kau. Ada apa?”“Kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku? Apa salahku, Em!” Suara Adeeva tampak menggebu-gebu saat ini. Ia masih kesal dan tidak menyangka jika orang yang selama ini dipercaya dan sudah dianggap saudara justru tega melakukan ini semua kepadanya.“Kau bicara apa, sih?”Adeeva langsung tertawa hambar mendengar Emilia yang masih saja pura-pura tidak mengetahui rasa kekesalannya saat ini. Apa perlu Adeeva harus meledak-ledak secara gamblang agar perempuan di seberan
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te
Hari ini Adeeva mendapat kabar jika Leonel tinggal di sebuah apartemen milik Darrel. Ternyata kehidupan Leonel selama seminggu ini ditanggung oleh Darrel. Dengan cepat pula Alex langsung menjemput Adeeva dan segera menuju ke kawasan El Born.Alex bilang jika Darrel memiliki apartemen di kawasan yang sangat sepi. Katanya dia lebih suka ketenangan dibanding hirup pikuk keramaian kota.Bahkan kawasan ini dihiasi jalan-jalan sempit hingga tampak sangat misterius. Tak pelak juga tempat ini banyak terdapat kafe kecil di sekitarnya untuk menikmati berbagai jenis minuman juga hidangan catalan.Mereka berdua pun memillih memarkirkan mobil di bahu jalan depan gedung apartemen. Alex dan Adeeva langsung berjalan menuju ke unit Darrel.Alex yang sudah pernah ke sini dan mengetahui password sahabatnya langsung memencetkan sederet password hingga suara ‘klik’ terdengar di telinganya juga Adeeva.“Alex … apa tidak apa-apa kita masuk?