Decapan demi decapan kini menggema di kamar hotel yang menjadi saksi bisu antara Kiki dan Ryan. Mereka berdua masih saja bercumbu di atas ranjang dengan posisi Ryan yang menumpu beban tubuhnya di atas Kiki.
“Ryan.”
“Hmm.”
“Tahan dulu.”
“Kenapa?”
“Aku pengin ngelakuin begituan pertama kali di Swiss nanti.”
“What?”
Ryan benar-benar sangat terkejut dengan permintaan istrinya itu. Yang benar saja ditahan sampai Swiss. Wong edan.
Kini Kiki langsung bangkit dari posisi tiduran yang membuat Ryan mau tak mau menyingkir ke samping. Kiki tersenyum geli melihat wajah nelangsa sang suami.
“Sabar ya, aku pengin di sana melakukan begituan-nya. Kamu mau kan?” Kiki pun mengedipkan matanya di depan Ryan yang tengah mencoba menetralkan kondisi tubuhnya yang sudah panas itu. Terlebih si junior udah tegak banget masa ditunda sampai Swiss. Tega benar is
Ryan saat ini tengah bingung sendiri menghadapi istrinya yang tengah marajuk itu. Apalagi setelah permainan onet selesai mood Kiki langsung berubah mendadak bete.Kalau seperti ini Ryan lama-lama mendadak gila deh, kadang ia tak paham sama makhluk berjenis perempuan itu. Dia yang ngajakin main onet sendiri, kalah sendiri, terus ngambek sendiri, kalau udah begini harus gimana? Mau salahin siapa coba? Masa salahin Pak Satpam depan sih.“Sayang udah dong jangan bete-bete terus.”“Ngeselin, masa aku kalah terus sama kamu.”“Ya, aku kan nggak tahu kalau kamu kalah.”“Harusnya kamu ngalah dong sebagai laki-laki, nyebelin.”‘Tuhkan kaum perempuan emang ngeselin tingkat dewa, rasanya pengin gue sleding banget dah kalau begini,’ batin Ryan.“Ryan, nyebelin.” Suara Kiki terdengar begitu kesal bahkan bibirnya sudah ia manyun-manyunkan karena merasa tak terima kalah dua kali
Hotel Bellerive Zurich, Swiss.Setelah menempuh perjalanan dari Indonesia menuju bandara internasional Zurich selama 17 jam 40 menitan kini mereka sudah tiba di mana Ryan membooking hotel untuk mereka menginap beberapa hari ke depan.Hal pertama yang Kiki lakukan adalah langsung tiduran di atas kasur empuk hotel yang menurutnya sangat nyaman. Ia tersenyum senang karena bisa menginjakkan kaki di negara yang sama dengan model idolanya itu. Meski belum pernah ketemu Kevin Lutolf secara nyata tapi Kiki udah merasa bahagia bisa menghirup oksigen di negara yang sama dengan dia.“Kamu kenapa senyam senyum?”“Seneng aja bisa nginjak tanah Swiss.”“Mendingan bersih-bersih dulu terus makan habis itu istirahat.”“Hmm, mendingan kamu dulu aja Mas.”“Nggak mau bareng?”“Kamu duluan aja, pinggangku masih encok duduk lama.”“Yaudah.”Bagaimanapun
Merasa puas tidur semalaman membuat Kiki terbangun lebih awal. Ia melihat Ryan yang masih tidur membelakangi dirinya itu. Hati kecil Kiki pun merasa tak enak karena belum memberikan hak-nya sebagai seorang istri kepada suami.Kiki nggak bermaksud nggak mau, tapi ia belum siap dan takut aja gitu. Gimana sih jelasinnya, Kiki merasa bingung sendiri. Dan, ia suka dengar kata orang itu rasanya sakit jadi tambah membuat pikiran Kiki parno.Kiki pun berangsur turun dari ranjang pelan-pelan agar tak membangunkan Ryan yang masih tertidur. Ia mengintip ke arah jendela yang tertutup hordeng dan ternyata suasana di luar lumayan terang meski pepohonan dan tanah di luaran tertutup salju yang lumayan tebal. Mana Ryan mengajak ke Swiss musim dingin juga, untung aja siap jaket tebal.“Sayang kamu ngapain berdiri di situ?”Kiki langsung menoleh dan melihat Ryan yang sudah duduk terbangun dengan tubuh shirtless-nya. Kiki menggaruk kepala belakangnya yang tak gat
Merasa sebagai laki-laki sejati pun akhirnya Ryan mengambil alih permainan dari Kiki. Kini ia yang berbalik menjadi pemegang kendali dalam pagutan bibirnya yang masih saling mencecap satu sama lain.Ryan terus menghisap dengan kuat bibir sang istri sampai menimbulkan suara pekikan yang membuatnya tak tinggal diam.Merasa memiliki akses menerobos pun membuat lidah Ryan langsung menelusup ke dalam dan mengabsen deretan gigi milik Kiki. Bahkan kini Ryan tengah menikmati rongga mulut sang istri.“Balas,” titah Ryan.Mendapat perintah membuat Kiki mencoba mengimbangi permainan sang suami. Ia juga mulai mengeluarkan lidahnya dan bergulat dengan milik Ryan.Suara decakan mulai terdengar di penjuru kamar hotel yang ia tempati. Terlebih Ryan mendorong tubuh Kiki menuju ke arah ranjang dan menjatuhkan di sana.Ryan yang melihat Kiki terbaring pun langsung melempar handuk dengan sembarangan. Ia tersenyum geli melihat wajah terkejut istrinya
Kini sepasang suami istri itu tengah berbincang-bincang berbagai hal dengan posisi Ryan memeluk Kiki dan menjadikan lengannya sebagai bantalan.“Ryan, kamu kok bisa siapin visa sama paspor tanpa aku tahu sih?”“Iya dong, aku kan kong kalingkong sama Mama.”“Dih ... banyak banget yang kerjasama sama kamu.”“Hehehe, kalau niat baik pasti banyak yang membantu sayang.”“Jadi setelah tahu dari Mbak Sila kamu siapin ini semua?”“Hmm, sebulan sebelum nikah minta tolong sama Chaca sih buat urus paspor, visa, buat aku sama kamu.”“Ya ampun jadi nggak enak sama Chaca selalu direpotin masalah kita berdua.”“Gapapa, dia bakalan bantu terus selagi aku kasih jatah uang jajan buat dia.”Kiki terkekeh geli mendengarkan kalau anak seusia Chaca emang lagi gencar-gencar porotin uang saudara buat jajan sama jalan-jalan.“Kamu hebat b
SATU MINGGU KEMUDIAN.Satu minggu sudah Ryan dan Kiki menikmati bulan madu di Swiss. Banyak hal baru yang mereka lewati bersama di sana. Meski otak dan pikiran Ryan tak jauh-jauh dari hiya-hiya tapi ia selalu menuruti dan memanjakan istrinya dengan baik.Kiki sendiri benar-benar bersukur memiliki suami seperti Ryan yang pengertian dan memahami segala keinginannya. Meski setiap hari selama di Swiss harus memberikan jatah untuk Ryan entah habis jalan-jalan wisata atau sebelumnya pasti Kiki lakukan karena bisa membuat Ryan bahagia.“Wuih bro, kelihatan bahagia banget nih,” goda Wawan yang baru saja sampai di tempat penjemputan bandara internasional Soekarno—Hatta.“Ck! Lama banget lo jemput, kasihan bini gue,” sahut Ryan sambil memasukan koper ke bagasi.“Ya elah namanya juga jam kerja pasti macet bos,” dumel Wawan.Tak menjawab dumelan Wawan, kini Ryan lebih memilih menatap istrinya yang tengah lemas d
Pas sampai apartemen, Kiki langsung memilih tiduran dibanding ikut duduk bersama Ryan dan Wawan. Terlebih saat ini para teman-teman Ryan yang pernah Kiki temui di kelab malam datang ke apartemennya.“Gila berisik banget, sih,” dumel Kiki yang mencoba menutup telinganya dengan bantal. Ia merasa kesal dengan sikap suaminya yang lebih mementingkan kumpul-kumpul nggak jelas seperti itu.Niat istirahat pun gagal. Kini Kiki langsung bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu untuk mendengarkan obrolan Ryan dengan teman-temannya.“Gila gede banget tahu nggak sih, sampai bosan gue disandingin itu bamper.” Kiki terus mendengarkan dari balik pintu. Kalau nggak salah yang berbicara itu Hadi. Kiki hanya mendengarkan suara suaminya yang terkekeh itu. Entah kenapa bawaannya tuh jadi emosi sendiri mendengar para laki-laki itu kalau kumpul yang dibahas wanita. Mana segala body dibahas sampai diprintilin satu-satu gitu pula. Duh, gila juga ya.
Selesai membuat sarapan dan dua cangkir kopi, Kini bergegas menuju ke arah meja makan untuk menyiapkan piring dan alat makan lainnya. Ya, meski lauknya hanya telur ceplok setidaknya ada perjuangan sedikit untuk memasak.“Sempurna,” gumam Kiki kala melihat tatanan meja yang sudah ia rapikan dan sangat terlihat bersih. Ia pun mendengarkan langkah kaki seseorang yang tengah menuju ke arahnya.“Hmm, harum banget aromanya,” puji Ryan sambil mengecup pipi Kiki dengan penuh kasih sayang.Kiki sendiri tersenyum senang karena mendapat pujian dari sang suami. “Sarapannya pakai telur ceplok doang, Mas. Gapapa kan?”“Gapapa kok, ini aja udah lebih dari cukup.”Ryan pun langsung duduk dan mengambil cangkir yang berisi kopi. Ia menyeruput sedikit demi sedikit sambil menatap wajah istrinya yang terlihat harap-harap cemas.“Nikmat.”“Seriusan, Mas?”“Iya sayang.&rdqu
Keduanya kini merasakan panas di sekujur tubuh. Terlebih Kiki yang memang sedang naik-naiknya rasa hasrat itu di tubuhnya.Disaat tangan Kiki sudah akan membuka ritsleting celana milik Priyo, dengan cepat pula Priyo menahannya. Kewarasan yang hampir saja hilang tiba-tiba kembali menyadarkan dirinya.“Astagfirullahaladzim,” katanya mencoba menyadarkan diri. Dengan cepat pula Priyo langsung menahan tubuh Kiki yang terus menyerang dirinya. “Ki, sadar,” tambahnya sambil menepuk pipi milik Kiki pelan.Priyo benar-benar tak menduga kalau sahabatnya akan seganas ini ternyata. Sekuat tenaga ia menahan Kiki dan terus menolak meski rasa ingin memasuki dan merasakan itu ada.Masih dengan posisi Kiki duduk di pangkuannya, Priyo langsung merogoh saku celananya yang terdapat ponsel dirinya.Dan, untungnya ia pernah menyimpan nomor Ryan sewaktu apartemennya digerebek di saat mereka berdua mendapat masalah. Dengan cepat pula Priyo lan
Tak terasa gibah squad kini sudah duduk hampir empat jam sendiri di La Moda Jakarta. Bahkan mereka semua sudah kenyang makan ditambah ngobrol ngalor ngidul dan lebih parahnya mereka memesan wine. Joko yang anak bawang pun hanya bisa melihat kelakuan orang-orang dewasa di sekitarnya.“Eh, gue kalau belum kawin bakalan pepet para bos dah,” ceplos Sila.“Kayak laku aja lo,” sahut Rinto.“Remehin lo. Gini-gini gue jago goyang di ranjang tahu.”“Hissst … urusan ranjang lo bawa-bawa, Mbak,” cela Kiki.“Iyahlah, para laki-laki itu paling suka perempuan jago ranjang. Iyakan Priyo?” todong Sila ke arah Priyo dengan pertanyaan yang membuatnya menelan ludah susah payah.“Apaan sih, Mbak, gue kan belum pernah rasain,” jawabnya gugup.“Masa?” Sila menatap Priyo sambil tersenyum. Ia pun tertawa dan mengambil gelas yang berisi wine.Kondisi Sila y
Suami mana yang tak takut kalau istrinya bekerja dengan laki-laki single dan berduit. Oke. Kalau saingan hanya si Priyo yang sama-sama pekerja, tapi ini kedudukannya boss besar sekaligus pemilik perusahaan. Perempuan mana yang akan menolak jika harta, tahta sudah bertindak? Bukan berarti Ryan tidak mempercayai istrinya, tapi rasa takut itu benar-benar muncul begitu saja. Tak memungkiri juga jika istrinya itu benar-benar cantik dan lebih sialnya memiliki body yang perfek. Menonjol dibagian yang semestinya. Dobel sial!“Aku percaya sayang, tapi aku takut.”“Kamu takut tandanya nggak percaya dong.”Melihat istrinya yang langsung badmood membuat Ryan pun mengalah. Ia menghela napas kasar sambil berpikir ke depan akan seperti apa.“Ya udah kamu gapapa bekerja di Ansell.”“Lagian kan belum tentu diterima juga. Orang baru ngirim CV. Pasti saingan banyak dan usia jauh lebih muda-muda.”“Ya mudah-
Selesai membahas masalah kerjaan dengan Wawan, kini Kiki tengah bersiap-siap menuju ke salah satu mall. Lebih tepatnya Grand Indonesia karena akan ketemu Ryan untuk makan siang bersama dan sorenya akan ada acara bersama gibah squad yang akan mengadakan pesta pemecatan. Grup sinting memang. Sepertinya kalau nggak sinting bukan gibah squad namanya.Selesai menggunakan make up dan pakaian sedikit rapi, Kiki keluar kamar dan langsung menatap ke arah Wawan yang masih duduk di sofa menunggunya dengan wajah begitu kesal.“Yuk,” ajak Kiki.“Naik ojek aja.”“Nggak. Anterin gue sampai depan pintu mall GI.”“Ya ampun, gue bayarin deh ojeknya.”“No no no. Lo udah makan mi instan sampai dua mangkok juga, gue sampai ngalah buat nggak makan lho.”‘Anjer, mi melar begitu masih aja diungkit sama si Kiki,’ batin Wawan.“Iya oke deh gue anter sampai restoran juga entar.
Merasa terkejut dengan orang yang tak dikenalnya membuat Kiki menampar dengan secepat kilat. Bahkan orang itu mengaduh kesakitan yang membuat Kiki melongo.“Wawan! Ngapain lo pakai rambut palsu gitu.” Kiki mengomel saat melihat orang didepannya tengah melepas rambut palsu gondrong yang dipakainya dan kaca mata hitam yang berhasil menutupi mata yang tampak merah itu.“Gue numpang ngumpet.”“Apaan, enggak!”“Pelit banget lo.”Kiki langsung menghadang Wawan di depan pintu dengan satu tangan yang direntangkan ke arah tembok apartemen.Wawan sendiri hanya berdecak kesal sambil menatap ke bawah dan tersenyum jahil. “Whoa gede banget.”“Apanya yang besar woy!”Wawan pun langsung nyelonong masuk saat melihat Kiki tengah lengah. Kiki melihat itu langsung merasa murka dan berteriak kencang yang mambuat Wawan menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.&ldq
Faktanya ingin puasa dua bulan semua itu hanya ucapan belaka untuk Kiki. Justru hari ini bahkan sejak semalam gelora panas yang lebih mendominasi keluar dari seorang Shakira Intan Ayu dibanding Ryan Anggara. Sosok Ryan hanya sebagai pemancing dan pemanas saja untuk diawal dan selanjutnya yang memimpin kegiatan panas itu Kiki sendiri.Merasa pintar memancing istrinya membuat Ryan selalu tersenyum begitu bangga di saat suara lenguhan keduanya keluar hingga keduanya mencapai ketitik pelepasan.Kiki yang awalnya bingung melakukan di dapur justru kini ia langsung bisa mengusai dan beradaptasi dengan cepat.Selesai melakukan kegiatan panas mereka memilih beres-beres rumah bersama dan istirahat sebentar kemudian pergi kembali ke apartemen.“Mas, cariin kerjaan pokoknya.”“Iya besok senin.”“Nggak mau. Pokoknya sekarang biar senin aku kirim email buat ngelamar.”Kiki terus berbicara soal lamaran kerja. Bahk
Kiki langsung membekap mulutnya sendiri kala merasa suaranya memang sudah begitu sangat berisik. Ryan sendiri hanya tersenyum penuh kemenangan karena istrinya sudah pasrah dilucuti pakaian oleh dirinya satu persatu. Pertahanan untuk memberikan Ryan pelajaran gagal sudah karena Kiki sendiri pun tak bisa menahan hawa panas dan rangsangan dari suaminya itu.Tak ingin menyia-nyikan kesempatan pun membuat Ryan langsung mengeksplor area sensitive istrinya dan memberikan tanda serta kenikmatan yang luar biasa.Merasa tak kuasa menahan kenikmatan membuat Kiki terus bergelinjang dan menarik kepala suaminya untuk bisa ia kecup hingga akhirnya pun melakukan kissing yang begitu panas yang membuat Kiki benar-benar terbuai.“Sialan!”Ryan terkekeh saat mendengar istrinya mengumpat untuk pertama kali saat mereka bercinta seperti ini. Terlebih birahi sang istri seperti tengah benar-benar keluar. Bahkan kedua tangan Kiki membantu kepala Ryan agar lebih terbena
Merasa tahu kalau istrinya mulai tak nyaman dan takut saat melihat Abangnya membuat Ryan pun kembali membalas genggaman tangan Kiki dengan begitu erat sebagai tanda kalau dia akan baik-baik aja selama dia berada di sampingnya.Kepala Ryan menoleh dan memberikan senyuman tipis kepada istrinya untuk sedikit santai saat akan memasuki rumah orang tuanya.“Mas.”“Gapapa sayang, kamu bakalan aman ada aku di sini.”Ryan pun merasakan kalau istrinya mulai mempercayakan dengan mulai ikut melangkah masuk untuk bertemu Mama Nina.“Halo sayang,” sapa Nina langsung cipika cipiki kepada putra dan menantunya itu. “Mama kira kalian berdua nggak jadi nginep di sini.”“Jadi dong, Ma, soalnya weekend depan kita berdua mau ke Bandung.”“Ke Bandung?” kening Nina mengerut sebagai tanda kalau ia ingin tahu mereka ke sana untuk apa.“Iya ada urusan.”“Oh &
Setelah dari kantor, yang dilakukan oleh Kiki hanya tiduran sambil menangis saja sampai malam. Bahkan ia lupa makan, dan mandi. Bagi Kiki sendiri ini ujian terberat karena akan menjadi pengangguran yang kerjanya bakalan plonga plongo.Tak lama telinga Kiki menangkap suara pintu yang terbuka. Ia tahu kalau yang masuk ke kamar itu suaminya. Tak usah menoleh juga aroma tubuhnya sudah ketara.“Malam sayang, tumben udah tiduran jam segini.”Kiki diam.Melihat reaksi istrinya yang diam membuat Ryan langsung berjalan mendekat ke ranjang dan memeluk istrinya dengan gemas. Bahkan ia juga langsung mendusel-dusel ke leher jenjang istrinya.“Ih awas ah jangan pegang-pegang.”“Kenapa, hm?”“Nggak usah tanya.”“Jutek banget jawabnya.”“Lagian nyebelin sih.”“Nyebelin gimana sayang?”“Kamu tuh tadi pura-pura sinyal ilang kan? Sejak k