"Terimakasih pak Asep," ucap Sarah seraya menagkupkan kedua telapak tangannya.
"Sama-sama," jawab Asep."Dan untuk teman-teman semua, silahkan kembali ke pekerjaan masing-masing. Semua orang pun bubar dan kembali ke tugas mereka masing-masing.Saat Asep hendak kembali ke ruangannya, Sara h memanggilnya dan Asep oun menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Sarah. "Mang Asep, maaf, ada yang ingin Sarah tanyakan," ujar Sarah."Iya, silahkan Sarah. Ada apa?""Untuk kejadian kemarin, Sarah benar-benar minta maaf," ungkap Sarah seraya menunduk."Jangan kamu pikirkan. Saat melihat sikap suami kamu, malah saya khawatir sama kamu, takut kamu di perlakukan tidak baik olehnya. Oleh sebab itu, kalau kamu butuh bantuan seseorang, jangan sungkan panggil mang Asep," jawab Asep sekaligus berusaha untuk menjadi orang yang selalu ada untuk Sarah."Mang Asep tidak perlu khawatir, suami Sarah baik kok sebenarnya. Mungkin kemarin bersikap seperti itu, karena sayaSarah menatap mobil Al yang semakin menjauh. "Huuuh"Sarah melangkah menuju motornya, lalu kembali melajukan motornya ke toko roti.Sarah tidak menyadari bahwa ada mobil Al yang terparkir di sana."Sarah? Bagaimana dengan keponakan mu? Kenapa tidak di bawa ke sini saja sekalian?" tanya Asep ketika tidak sengaja berpapasan."Sudah di jemput Om nya," jawab Sarah seraya memaksakan untuk tersenyum."Hmmm begitu, pantas saja senyuman nya kayak terpaksa. Senyum dong!" ujar Asep seraya tersenyum lebar. Melihat itu, Sarah merasa terhibur, ia pun tertawa lepas.Sedangkan di kursi pengunjung terdapat seorang pria yang duduk di samping anak kecil sedang menatap ke arah Sarah tajam."Dasar wanita!" gumam Al. Setelah pesanannya datang, ia pun segera berdiri dan mengajak Lyla kembali ke mobil."Lyla tunggu di sini sebentar ya,""Iya, om," jawab Lyla seraya mengangguk.Al pun masuk kembali ke toko roti dan langsung menghampiri Sarah dan Asep. Setibanya Al di sana ia langsung menarik tangan Sarah lal
"Hey! Lepaskan Lyla!" Sarah terus berusaha mengejar pria itu. Tepat saat pria itu akan masuk ke dalam mobilnya, "Bughh!" Sarah langsung memukul tengkuak pria itu, hingga membuat Lyla lepas dari gendongan nya. Dan Lyla pun berlari. Sedangkan pria itu memegang tengkuak nya yang terasa sakit, ia menatap Sarah dengan tatapan tajam. Kemudian pria itu menarik lengan Sarah lalu menghempaskannya membuat Sarah terpental bembentur tiang pagar rumah warga.Pria itu mngejar Lyla yang berlari menyebrang jalan. Kemudian,"Lyla awas!!" teriak Sarah wajahnya berubah menjadi pusat pasi. Ia ingin sekali berlari ke arah Lyla, tapi kepalanya sangat sakit karena benturan tadi terlalu keras. "Lyla," lirih nya hingga akhirnya tak sadarkan diri."Aaa... Kak Salah!" teriak Lyla saat ia menyebrang jalan secara tiba-tiba membuat mobil silver yang tengah melintas tak bisa menghindar. Lyla kecelakaan. Tubuh mungil nya terlempar jauh membuat beberapa orang beralih menatapnya panik lalu segera menghampiri nya. P
"Benarkah? Lalu kamu pikir saya akan percaya?" tukas Al. Ia menarik dagu Sarah seraya menatapnya tajam. "Saya tidak memaksa anda untuk percaya kepada saya, tuan! Tapi, saya ingin tahu atas dasar apa anda menuduh saya dengan hal-hal yang saya pun tidak mengerti?" tanya Sarah. Air matanya mulai luruh karena rasa sakit di tubuhnya karena ia belum pulih benar dan rasa sakit di hatinya atas tuduhan Al padanya yang ia tak pernah merasa melaukukannya. "Hahaha... " Al tertawa. Lalu ia berkata, "Apa kamu bilang? Kamu ingin tahu? Berhentilah bersikap sok polos dan lugu di depanku Sarah!" "Saya mengerti, mungkin seseorang mengatakannya pada anda tentang saya yang mebuat anda begitu membenci saya, tuan! Tapi yang membuat saya tidak mengerti dengan diri anda adalah, bagaimana anda bisa dengan mudah mempercayai sebuah berita dari sumber yang tidak pasti dan tanpa bukti yang kuat. Bukankah saya ada di sini sekarang, kenapa anda tidak menanyakannya langsung pada saya? Anda adalah pembisnis handal,
"Iya kak, maaf," ujar gadis itu. "Heh kamu Nadia, aku enggak nyangka kalau kamu akan seberani itu untuk berbicara pada tuan Al," ucap wanita yang tadi meneriaki Sarah dan gadis yang bernama Nadia. Bukannya menjawab, Nadia malah melengos meninggalkan wanita itu seraya menarik tangan Sarah."Nadia!""Apa kak Nina?" tanya Nadia. Ia pun akhirnya menoleh ke arah wanita yang dipanggilnya Nina."Berani kamu ya sekarang sama saya? Mentang mentang kamu deket sama istri tuan Al, kamu lupa bahwa tuan Al sudah mencabut gelar nona darinya?" ujar Nina dengan suara berapi-api.Saat Nadia ingin menimpali ucapan Nina, Sarah mencegahnya. seraya berkata, "Sudahlah Nadia, jangan meladeninya. Ia hanya ingin mencari keributan. Lebih baik sekarang kita bantu kakak kakak yang lain mindahin barang."Nadia pun mendengarkan ucapan Sarah. Mereka berdua meninggalkan Nina yang menatap mereka dengan tatapan marah dan kesal.Sarah mulai memasuki sebuah ruangan yang akan menjadi kamarnya. Semuanya sudah selesai dipin
"Ada apa saya datang kesini? Bukankah tuan memanggil saya?" jawab Sarah. Ia merasa heran dengan apa yang tuturkan Al. "Benarkah? Apa ini hanya akal-akalanmu saja supaya saya mencabut kembali ucapan saya?""Itu tidak benar, Baiklah tuan, jika anda memang tidak memerlukan saya, maka saya akan kembali," ujar Sarah pun sedikit membungkuk lalu berbalik meninggalkan Al. Tapi Al mencekal pergelangan tangannya lalu menariknya ke dalam kamar."Kebetulan kamu ada di sini," ujar Al. Lalu ia mengambil segelas kopi yang masih mengepulkan asap nya, kemudian ia melemparkan nya ke lantai membuat gelas itu hancur berantakan. "Aaa... " jerit Sarah saking terkejutnya seraya menutup kedua telinga. Untungnya Sarah tidak terluka karena ia berhasil menghindar. Tapi sepertinya pria di depan sana terkena serpihan pecahan kaca. Darah segar mengalir dari kakinya. Melihat itu, Sarah sangat khawatir. Ia segera menghampiri tuannya."Ya ampun tuan, kaki anda terluka, ini harus segera di obati.. Sebentar, saya amb
"Bibi datang kemari?" tanya Nadia panik."Ayo kita samperin Nad," ajak Sarah pada Nadia."Enggak mau, kak. Pasti bibi mau paksa Nadia untuk pulang kampung," jawab Nadia menjauh dari arah Sarah."Tapi Nad, kalau kayak gini, enggak akan selesai urusan nya," tutur Sarah seraya menghampiri Nadia. Ia menepuk pelan bahu Nadia berusaha meyakinkan nya."Kita hadapi sama-sama," ucapnya lagi.Setelah beberapa saat berpikir akhirnya Nadia setuju pada usulan Sarah. Setelah keduanya meminta izin pada Al yang masih menikmati sarapan nya, keduanya pun langsung berjalan menuju ke luar rumah."Assalamualaikum, Bu," ucap Sarah seraya mencium punggung tangan bibi Nadia takzim."Waalaikumsalam," jawab ibu Nadia ketus."Nadia ayo buruan bereskan semua barang-barang kamu, kita pulang sekarang!" Bibi Nadia memerintah dengan nada tinggi."Bibi meminta Nadia pulang buat nikah sama kang Adit, kan? Nadia enggak mau Bi. Kang Adit itu bukan pria baik," jawab Nadia dengan nada memelas."Enggak baik dari segi apanya
Sarah kemudian menghampiri Lyla."Cepat sembuh, sayang," tutur Sarah seraya mengusap pucuk kepala Lyla lalu menciumnya."Kakak tinggal beli sarapan dulu ya, sebentat. Soalnya tadi kakak buru-buru jadi belum sempat sarapan," ucap Sarah. Setelah itu, ia beranjak dari samping Lyla. Sarah menutup pintu dengan ruangan Lyla dengan rapat."Hahaha... akhirnya tuh cewe keluar juga. Dasar cewe sialan! Selalu membuat rencana saya gagal semua! Kamu lihat, Kali ini tidak akan ada yang bisa menggagalkan rencana saya. Karena kali ini... " gumam seorang pria seraya keluar dari persembinyiannya. Ia melangkah perlahan ke arah ruangan Lyla berada. Pria itu tampak sudah lengkap dengan pakaian khas perawat. Karena itu, tidak ada yang mencurigainya."Maaf, kamu mau kemana? Bukankah pasien yang di rawat di ruangan ini baru saja selesai pemeriksaan setengah jam yang lalu," ucap salah satu perawat yang tidak sengaja berpapasan dengan pria yang sedang menyamar."Memang benar, tapi dokter meminta saya untuk me
Sarah beralih melihat ke arah suara. "Pak Al?" lirih Sarah.**Pria misterius itu segera berlari menuju tempat parkiran. Baru setelah sampai di mobil, pria itu bernapas lega.'Drrtt' ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Pria itu pun segera mengangkatnya.""Hallo bu bos," ucap pria itu begitu panggilan tersambung."Bagaimana Parman? Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di sebrang sana memaanggil pria misterius itu yang ternyata bernama Parman."Maaf bu bos, wanita yang bersama gadis itu selalu berhasil menggagalkan rencana saya," jawab Parman."Tapi bu, kalau saya melakukan rencana saya ketika wanita paruh baya yang menjaganya, kemungkinan besar saya akan berhasil," lanjut Parman lagi."Saya sengaja mengatur semua ini, karena wanita itulah yang di curigai Al. Kalau kamu berhasil mencelakai gadis cilik itu di bawah penjagaan wanita desa itu untuk yang ke sekian kalinya, pasti Al akan mengira bahwa kamu suruhannya," tutur wanita di sebrang sana panjang lebar."Pokoknya bagai