Hari untuk pindah ketempat barupun datang, pagi itu semua sudah mengemasi barang, tak terkecuali edward yang juga sangat bersemangat, karena dia tidak akan jauh lagi dengan keluarganya.
dinar sudah turun lebih awal untuk menguburkan mutiara-mutiara ayahnya di taman belakang, dan saat ini dia sedang berbincang canda tawa bersama kakek,
dinar, coba kamu panggil raccel dikamar, mungkin dia kesulitan dengan barang-barangnya" ujar kakek menyuruh dinar menyusul raccel kekamar, dinar mengangguk dan pergi.
disebalik pintu kamar, dinar menatap raccel tidak seperti biasanya, dia memandang jauh ke jendela, dinar melihat itu tidak berani masuk dan menatapnya saja dari luar, dia meneteskan airmata, dan dina sedikit banyaknya faham situasi yang dihadapi raccel,
tanpa sengaja raccel menoleh dan melihat dinar telah berdiri dipintu kamarnya, raccel cepat-cepat menghapus airmatanya yang sedari tadi membasahi matanya,
"kamu sudah selesai? masuklah" ujar raccel<
Setelah perjalanan yang panjang, semuanya telah sampai di villa baru mereka, sangat indah dan sungguh nyaman, benar-benar megah, apalagi jika sudah dipasang dengan ornamen2 tambahan, mereka semua masuk ke villa megah itu, sungguh besar sekaliraccel dan dinar bergegas melihat kamar mereka, kamarnya berhadapan dari ujung satu ke ujung lainnya, meski berhadapan jaraknya cukup sangat jauh. tetapi kamar raccel dibuat jauh lebih besar karena ada kolam pribadi didalamnyadinar masuk kekamarnya, kamar yang di cat dengan warna cream itu sangat elegan, dan dinar sangat menyukainya, jendela kaca besar yang mengarah kelautan dan tentu saja teras belakang yang sangat nyaman untuk bersantai menikmati pantai dan itu pribadi tanpa bisa dilihat siapapun termasuk raccel, mereka mempunyai halaman belakang masing-masing.kamar raccel berwarna biru laut, dengan kolam renang didalamnya, dan dihalaman juga terdapat kolam renang yang menyatu dengan lautan langsung"bagaimana? a
pagi ini suasana cerah menghangatkan hati, beberapa hari lagi purnama akan datang, raccel sudah mempersiapkan diri, dia mencoba kolam pribadinya yang mengarah kelautan, sisik-sisik kemerahan mulai tumbuh, dia senang ternyata kali ini dia bisa mengendalikan dirinya dengan sempurna, tetapi dia masih belum terbiasa saat ekornya terbentuk suaranya bahkan tidak bisa keluar, disitu kadang dia merasa tidak nyaman.dia mulai terbiasa berenang dengan ekornya, sungguh sangat aman dan nyaman disini, tidak ada keraguan untuknya bisa berenang setiap saatraccel memandang jauh kelaut lepas,"apakah aku suatu saat bisa berenang kesana?" ujar raccel dengan pandangan takut melihat lautan yang sangat luas itumungkin dia harus mencobanya sesekali saat dia sudah mahir berenang menggunakan ekornya, raccel merasa tenang saat berada didalam air, seperti menghilangkan semua kesedihannyadikamarnya, dinar sedang bersantai diteras belakang sambil memakan bebera
Hari ini adalah hari peresmian taman bunga dan juga villa raccel, semua telah dihias sedemikian rupa, tak ada yang terlupakan sedikitpun, villa itu akan diberi nama grand villa kubba, sesuai dengan bentuknya, dan raccel yang memberikan nama itu. semua tampak bahagia hari ini, raccel sudah mempersiapkan dirinya, seluruh ruangan dihiasi bunga mawar yang sangat disukai raccel, dan tak lupa juga air mancur besar ditengah ruangan.beberapa undangan sudah datang dan menginap divilla yang lainnya, kecuali wakil-wakil barulah menginap divilla kubah karena banyak hal yang akan mereka diskusikan dalam waktu lama. rumah itu memiliki banyak kamar tamu jadi tidak akan repot untuk menampung mereka semua."raccel...apa hari ini kamu sehat, tolong nanti jangan banyak bergerak kalau tidak kamu bisa dehidrasi" ucap dinar mencemaskan raccel, dia tidak ingin raccel tiba-tiba pingsan karena dehidrasi, karena dia tidak seperti dulu lagi,setiap sebentar raccel membutuhkan air, apalagi kondis
"Dinar, bagaimana apakah rambutku diikat atau biarkan saja tergerai?" tanya raccel berbalik menatpa dinar yang sedang memasang kancing kemejanya, "hm..gerai saja, biarkan begitu kamu hanya perlu memakai jepitan mutiara" jawabnya singkat, karena memang benar rambut raccel yang hanya sebahu itu pasti akan lebih cantik jika tergerai "hm..benar juga terimakasih,!" ujar raccel yang nyosor mencium pipi dinar karena senang, dinar yang sudah biasa diperlakukan seperti itu tersenyum sambil geleng-geleng, karena sudah terbiasa dengan tingkah saudaranya itu, walaupun raccel lebih tua dari dinar tetapi kenyataannya dinarlah yang telihat lebih tua darinya, karena duyung tidak akan pernah terlihat tua apalagi saat mereka benar-benar selalu berendam dan berenang dilautan. acarapun dimulai dan berlangsung meriah, semua orang hadir temasuk masyarakat disana, mereka sangat antusias menyambut pemilik pulau tinggal didaerah sini, dan dengan semua wakil yang jadi tamu spesi
Raccel berenang menggunakan ekornya yang indah, dia terlihat sangat cantik dan imut, dinar tidak bisa membohongi perasaannya, tetapi harus menepisnya sekali lagi dia adalah saudarinya, raccel juga anak dari ayahnya. dinar duduk disamping kolam menemani raccel berenang, dinar masih sangat terpukau melihat ekor raccel. akhir-akhir ini raccel sangat sensitif dan sering tiba-tiba tidak bisa mengontrol diri dan mengeluarkan ekornya, itu yang membuat dinar dan kakek cemas dan jarang mengizinkan raccel untuk keluar sendirian. raccel selesai mendinginkan badannya dan keluar dari kolamnya, dia berencana langsung istirahat karena tidak mungkin lagi untuk keluar karena sudah sangat malam "baiklah kamu istirahatlah aku akan temui kakek dulu, ingat jangan kemana-mana" ujar dinar cemas dan beranjak dari duduknya "siap bos..kali ini aku tidak akan kemana-mana" ucap raccel serius, dinar mengusap rambutnya yang basah dan berlalu pergi raccel menutup pintu kemb
Raccel sangat sedih dan ketakutan, entah kenapa dia bisa tau rahasianya, apakah dia pernah melihat raccel berubah? dan kenapa dia sangat menginginkan duyung. raccel bersedih dan menangis sepanjang waktu "kakek, dinar, cepat temukan aku, aku sangat takut" ucapnya sambil menangis sesenggukan. karena lelah menagis raccelpun tertidur dengan air mata yang membasahi pipinya tiba-tiba pria itu datang lagi melihat raccel dan membelai wajah cantiknya, melihat raccel tertidur dia mencium raccel dikeningnya membuat raccel terbangun "apa yang kamu lakukan?" ujar raccel ketakutan melihat pria itu disampingnya "jangan takut, aku hanya akan menyuapimu makan, ayo kita makan dulu" ucapnya sambil mengambil makanan dan duduk disamping raccel yang terikat "aku tidak mau" "kenapa? kamu harus banyak makan biar tidak sakit" ucapnya tetapi raccel memalingkan wajahnya dan tidak ingin menatap pria itu, semakin pria itu akan menyuapinya raccel maki
"Raccel,..buka pintunya, apa kamu sudah tidur?" suara dinar kembali mengecek raccel kekamarnya karena tiba-tiba saja dia teringat akan raccel lagi, dinar terus memanggil dan tidak ada satupun suara dari dalam, dinar makin cemas dan berencana mendobrak pintunya dan ternyata pintu itu tidak terkunci itu tambah membuat dinar cemas dinar berlari dan mencari raccel kesemua sudut kamarnya tetapi tidak ada siapapun disana, dinar berusaha tenang dan mencari keluar disekitar kamar, tidak ada tanda-tanda apapun dari raccel, dinar berteriak memanggil membuat semua orang mendengarnya, tentu saja tak terkecuali kakek kakek mendengar suara kecemasan itu berlari menuju dinar "ada apa? kenapa kamu tampak cemas begitu?" tanya kakek "kek, gawat,! raccel dia tidak ada dimana-mana, aku dari tadi mencarinya" ujar dinar tampak kekhawatiran sangat mendalam "apa? tidak mungkin kemana dia, kemana cucuku,!" ucap kakek berteriak kesana kemari, tampak ketakut
semua pergi menuju perbatasan, malam itu sehari sebelum purnama datang, dinar sangat cemas, jika raccel butuh air dan dehidrasi, semoga saja raccel baik-baik saja. mobil melaju sangat kencang membuat mereka sampai dalam waktu singkat"apakah tuan dion ada dirumah?" tanya dinar pada penjaga rumah itu yang tak lain adalah rumah dion"maaf tuan dion nya sedang menghadiri pesta malam ini, beliau belum pulang" ucap penjaga sopan"bagaimana mungkin, dia tidak ada bersama kami..karena itu kami mencarinya kesini" ujar dinar serius membuat penjaga itu ketakutan, karena dari belakang dinar tampak kakek sedang berjalan mendekati dinar yang sangat lama, mereka tau pasti sang pemilik pulau siapa yang tidak mengenali kakek."selamat malam tuan harshaw" ucap para penjaga sambil membungkukkan badannya"ya, aku sekarang bertanya dengan kalian dimana dion?" tanya kakek lagi"ah..itu maaf tuan, tuan dion belum ada pulang sejak dia bilang akan pergi acara ketem
Semua telah berkumpul didermaga kecil pulau itu, semua sangat tertata rapi disana, tampak sederhana tetapi sangat indah untuk dipandang. lunar mengeluarkan mutiara dari mulutnya dan tentu mencucinya dulu sebelum memberikannya pada dinar, dinar sangat gugup memegang mutiara yang sangat berharga itu, dia sebenarnya tidak tega tetapi ini satu-satunya cara agar bisa bertahan lebih lama untuk menemui ayah dan ibunya. dinar mulai menelan mutiara itu, semua baik-baik saja awalnya, setelah beberapa menit berlalu dada dinar bersinar seperti ada sesuatu yang melewati dadanya, dinar merasa sesak dan berpegangan pada tiang dermaga karena merasa dadanya sangat panas "apa kamu baik-baik saja?" tanya lunar cemas karena belum tentu mutiara miliknya akan cocok ditubuh dinar "ya, aku baik-baik saja, tetapi dadaku terasa panas" jawab dinar masih menahan sesak didadanya "nak apa kau yakin akan pergi?" tanya kakek khawatir melihat cucunya itu "yakin kek, k
Semua seakan terdiam dan seakan menyetujui akan hal itu, semua bubar terkecuali miana kakak nya sang raja, dia tertegun dan mencari kesana kemari, dia mencari dion yang dia anggap anaknya "kakak, ada apa? apa yang kamu cari?" tanya raja duyung pada kakak nya itu "apakah kau tak melihat anakku? ataukah dia belum datang?" tanya miana sambil melihat kesana kemari "uhm kakak, aku minta maaf karena dia meninggal saat ingin memberikan obat untukmu, tapi jangan khawatir kak kami menguburnya dengan baik" ucap raja gelagapan menyembunyikan kenyataan "apa?? kenapa kau tak memberitahuku dari tadi?" tanya miana histeris dan menangis "maafkan aku, aku hanya tidak ingin membuatmu memikirkan itu, sedangkan kamu belum pulih" ujar raja menunduk "bagaimana bisa begitu? dia menjagaku selama ini, ayahnya juga yang menyelamatkan aku waktu itu, meskipun dia bukan anak kandungku tetapi dia jadikan aku seperti orangtua kandungnya" jawab miana yang tak henti m
semua orang mulai pergi meninggalkan tempat itu, semua wakil pergi dan wakil dion tetap tak terlihat dari tadi, tapi mereka mendengarkan apa yang tuan harshaw katakan, semua bubar dengan cepat, dan hanya dinar dan kakek yang masih tertinggal disana."kakek, kenapa kakek berbohong padaku selama ini?" ucap dinar tampak sedih memandangi kakek yang sedari tadi merangkul raccel"maafkan kakek nak, semua demi kebaikan kamu, mereka semua masih aman dan tinggal dipulau terpencil yang jauh dari sini, kamu ingat kan waktu itu kakek menyuruhmu pergi pertemuan kesebuah pulau, nah pulau itulah yang seharusnya kau tuju" ungkap kakek penuh penyesalan"aku ingin bertemu dengan mereka kek, kita akan kesana kan?" tanya dinar"aku tidak yakin" ucap kakek sambil memandang raja duyung"nak, aku tidak bisa lagi menolongmu kali ini seperti waktu itu, dan gelembung itu pastinya akan bereaksi dengan cepat, karena semua sudah tau kan rahasia kami" ujar raja duyung mulai mer
"kakek...akhirnya kakek datang,!" ujar raccel sambil berlari memeluk kakek yang tampak kelelahan, raccel menangis kecil sambil menatap tubuh kakek yang melemah itu, kakek juga membalas pelukan cucunya itu, dia sangat mencemaskan raccel selama ini dan tentu saja kali ini dia tidak ingin kehilangannya lagi,"apa maksud semua ini ayah? kenapa ayah mengenalnya?" ujar lunar menatap tajam pada ayahnya, dia sangat heran yang selama ini tidak pernah siapapun tau tentang hal ini. dan begitujuga dengan wakil lainnya mereka sangat takjub dengan duyung yang mereka tahu hanya dongeng itu."ayah akan menjelaskannya nanti padamu, sekarang biarkan saja mereka pergi" ujar raja pada lunar tampak tidak ingin menjelaskan apa-apa didepan semua orang"apa yang anda sembunyikan selama ini? aku saja tidak tau anda mengenalnya" sambung sang ratu menatap tajam kembali pada suaminya itu"jelaskan saja...aku sudah disini" ucap kakek sambil terus memegang raccel dirangkulnya
lunar tampak berjalan bergandengan dengan raccel, tampaknya mereka sudah berbaikan, melenggang mendekati suara keributan ayahnya "ada apa? kenapa sangat berisik" ujar lunar sambil menoleh kearah depan dan terkejut dengan apa yang dia lihat, begitu juga dengan raccel dia sangat terkejut, dinar sampai datang kesini pasti dia sangat mencemaskan raccel dan begitu juga kakek "dinar....syukurlah kamu menemukanku" ujar raccel berlari sambil memeluk tubuh dinar yang darit tadi mematung, wakil rayanpun tertegun dan menggeser badannya kebelakang, seketika keberaniannya menciut "raccel...apa mereka yang membawamu kesini?" tanya dinar menatap wajah saudaranya itu "tidak, ceritanya sangat panjang dinar, aku dibawa kesini oleh seseorang" ungkapnya "lantas bagaimana mereka semua ada disini?" tanya dinar penasaran "aku akan menceritakan itu nanti, apakah kakek baik-baik saja?" tanya raccel "ya, dia sangat mengkhawatirkanmu, dia ikut sebentar l
"hm...wakil rayan, apa mungkin ada orang didalam sana?" tanya dinar sambil berbisik mengintip dari balik pohon ara"kita tidak tau apa yang ada disana sebelum kita melihatnya sendiri kan, kalau begitu ayo kita masuk" ajak wakil rayan degan berani"baiklah...ayo" ujar dinar berlari sambil mengendap-endap kedepan, dan mendapatkan jalan untuk masuk kegedung itu, tapi tak disangka-sangka didalam ternyata sangat indah, sangat hidup, lampu hias berjejeran didinding, semua ruangan wangi bunga, tapi entah bunga apa itu dinar tidak tau karena selama ini dia banyak mencium mawar saja.mereka melewati banyak ruangan yang pintunya tertutup rapat, tidak ada satupun yang sedikit terbuka, mereka juga sangat takut untuk membukanya satu persatu"hm..tuan dinar, sebaiknya kita cari dibagian depan saja, diruangan depan pasti lebih lebar dan leluasa untuk kita melihat sekitarnya" ucap wakil rayyan"ide bagus, ayo kita maju" jawab dinarmereka sudah sampai
"kakek, kita harus bagaimana? sudah sehari semalam kita mencari tapi mereka bahkan tidak meninggalkan jejak sama sekali" ujar dinar frustasi "kita akan terus mencarinya, aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, tolong temukan dia dengan cepat,!" ujar kakek dengan suara lemah karena dia tidak bisa tidur sedikitpun "baiklah kek, kakek istirahat saja dirumah, biar aku saja yang pergi dengan para wakil" ujar dinar lagi "tidak, aku harus ikut, aku tidak bisa istirahat sebelum bisa menemukannya kembali" ungkap kakek sedih dengan kantung mata yang menghitam mereka mulai bersiap-siap mencari keluar daerah sana dan pergi mencari keperairan lainnya, seperti pulau-pulau kecil yang biasa mereka akses, tapi ada satu pulau terlihat diradar mereka yang tak berpenghuni tetapi memiliki bangunan diisana, itu membuat mereka penasaran, kenapa selama ini pembangunan disana tidak diketahui, sedangkan pulau kecil itu masih bagian dari pulau besar milik kakek, han
Malam itu terasa sangat mencekam, bahkan keindahan purnamapun sudah tak menenangkan lagi, darah mengalir dimana-mana membuat raccel mual tak biasa melihat pemandangan itu, melihat lekat-lekat dion yang sudah tercabik-cabik, sungguh malang jika benar yang disana itu ibunya berarti dia juga duyung kan, dan berdarah murni sepertiku karena ibunya duyung, tetapi kenapa tidak darah dia saja yang diberikan pada ibunya itu, fikiran itu sunggh sangat membingungkan raccel, atau apakah dion bukan anak kandung nya?raccel menepis semua fikiran itu saat ini, berusaha melupakan kejadian malam ini, berharap wanita tua itu bangun saja agar dia bisa menjelaskan siapa dion sebenarnya. raccel berbalik menyaksikan ibunya mulai menyayat tangannya sendiri untuk mendapatkan secangkir darah untuk wanita itukasihan...ya begitulah yang dirasakan raccel, tetapi ibunya harus melakukan itu, dan setelah darah itu diminumkan pada wanita itu, raja membereskan mayat wakil dion terlebih dahulu dan mem
"wakil dion...apa sudah selesai, aku sangat pusing" ujar suara raccel mengagetkan semua orang "raccel...kamu sudah sadar nak, ini ibu, bangunlah ini ibu" ujar lunar "i..ibu...? bagiamana ibu ada disini?" tanya raccel sambil duduk dan memegang kepalanya dan langsung kaget melihat semua ramai disana dan tak ada yang dia kenali selain lunar dan sania, dan melihat kekacauan itu dengan dion yang sudah tercabik cabik "ibu..ada apa ini? kenapa wakil dion...?" tanya raccel ketakutan "tidak apa-apa sayang, dai berusaha menyakitimu jadi ibu tidak sengaja melukainya" jawab lunar pelan memberikan pengertian pada raccel yang mulai ketakutan "a..apa? itu tidak mungkin ibu, dia memang menculikku, dia hanya ingin sedikit darahku, dan dia sangat baik padaku" ucap raccel ketakutan dan menjauhi ibunya "nak...maafkan ibu, ibu tidak sengaja" ujar lunar mendekati raccel lagi "kenapa ibu? kenapa harus membunuh? tidak bisakah ibu memberitahunya