"sania...ada apa, apa sesuatu telah terjadi?" teriak lunar dengan cepat menghampiri sania yang sedang menyilangkan tangannya didada
"nona, apa yang kamu fikirkan? kenapa menemui pria itu lagi?, dan apa nona lupa nyonya ratu akan menemui anda hari ini, bagaimana kalau dia melihat anda sedang berpelukan dengan manusia itu" ujarnya dengan ketus
"ah sania kau harus merahasiakan ini dulu, aku yakin kamu pasti akan terkejut, aku telah menemukan anakku sania" bisiknya
"apa? anak nona masih hidup? dimana dia sekarang?" ujarnya
"sstt...jangan besar-besar suaranya" ucap lunar
"dia masih dibesarkan oleh lelaki tua itu dan dia tumbuh dengan sangat cantik sania, sangat cantik, dan aku baru tau kalau pria tadi adalah anak dari mantan suamiku sania" ujarnya mulai melemah
"oh..aku faham, nona mencintainya kan? dan ternyata dia adalah anak mantan suamimu dan wanita itu yang telah kamu bunuh" ucapnya dengan ceplas-ceplos
"tolong sania jangan ungkit itu
Ratu telah memikirkan tentang hal-hal yang harus dituruti putrinya itu dan kali ini dia tidak akan bisa menolak lagi, ratu beranjak pergi meninggalkan lunar, "sania, tolong kamu kawal kemanapun lunar pergi dan jangan pernah lengah" ujarnya sinis menatap saia, sania gelagapan dan mengangguk dengan cepat tidak tau apa sebenarnya yang dimaksudnya. sania berjalan mendekati lunar yang agak sedikit bingung diwajahnya "nona ada apa? apa maksud dari ucapan ratu tadi?" bisik sania sambil melihat punggung ratu mulai menjauhi mereka "aku sudah memberitahu ibu dan ibu menyetujui anakku tinggal disini?" ujarnya "apa? yang benar? syukurlah itu akan jauh lebih mudah" "ya, karena itu aku harus menuruti semua keinginannya dan tentu dibawah pengawalannmu hari-hari" kesalnya "oh..jadi itu maksud ratu tadi, ya itu tidak apa-apa nona sepertinya ratu khawatir jika nona kembali kedaratan nona tidak akan kembali lagi kelautan" ujarnya "ya aku
Mereka melewati malam sangat indah hari itu tanpa tau apa yang akan mereka hadapi setelahnya, kakek sudah mulai agak tenang dengan keputusan raccel, dan dinar hanya banyak diam saat itu, dan ternyata kakek selalu memperhatikannya dari awal, mereka sudah bersiap untuk kembali kekamar masing-masing dan tentu saja raccel sudah duluan berpamitan karena sepertinya ada yang akan dibicarakan oleh dua orang itu"dinar, kakek ingin bicara sebaiknya kita kekamar kakek saja" ujarnya"baik kek, aku juga ingin membicarakan sesuatu dengan kakek" jawabnya sambil membantu kakek nya berdiri dan kembali kekamar kakekmereka duduk didepan meja kerja yang sangat besar dan mewah, dinar selalu menyukai tempat kerja kakek, dan entah sejak kapan dia telah menyesuaikan dengan sang pemilik tubuh ini, dan perlahan semua sifatnya yang dulu telah berubah dengan keberanian"dinar, kakek lihat beberapa hari ini kamu banyak diam? ada apa?" tanya kakek langsung keintinya"uh..tida
Dinar berfikir keras malam itu, dia tidak ingin melepas lunar dan disatu sisi dia pasti akan mengecewakan kakek nya dan sekarang dia mulai cemas apakah karena itu kesehatan kakek nya akan terganggu, dia tidak bisa tidur malam itu dan penyesalan seakan menyelinap masuk kedadanya, dia menyesal membentak kakeksaat ini dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, tetapi matanya tidak bisa terpejam sama sekali, dia ingin menemui kakek tapi dia pasti tidak akan mendapatkan izin dari kakeknya untuk melamar lunar, dia berjalan dan membuka pintu yang mengarah kebalkonnya, dia duduk disana udara dan pemandangan disana menyegarkannyatok..tok..tok...suara ketukan dipintu kamar membuatnya terkejut dan mengernyitkan alisnya, siapa tengah malam begini datang kekamarnya? tidak mungkin itu raccel ujarnya berjalan pelan untuk membukakan pintu yang sudah tidak ada ketukan lagi terdengar, dia pelan membuka pintu dan betapa kagetnya ternyata kakek datang"ada
"Sania menurutmu apakah aku harus jujur dengan dinar tentang orang tuanya?" tanya lunar sambil menyisir rambutnya dengan lembut, sejujurnya para duyung bisa bicara jika dia berbicara dengan sebangsanya, dan jika bertemu manusia suara mereka akan menghilang seketika "menurutku kamu harus jujur dengan cepat lunar, aku takut nanti raccel akan kecewa padamu dan idak ingin bersamamu lagi" jawab sania sambil menatap lunar, lunar mendengar itu langsung berbalik menatap sania "apa kamu yakin? apa dengan begitu raccel tetap akan bisa ikut denganku jika aku jujur?" "tentu, dia pasti akan memahami itu, karena keadaan yang membuatmu begitu bukan karena keinginanmu sendiri" ujarnya "hm..kamu benar sania, aku akan mencoba untuk mengatakannya saat kita berkunjung kesana menjemput raccel, tapi aku ragu apakah dia bisa langsung beradaptasi dengan ekornya jika dia langsung kembali kelaut?" "kita harus mencobanya dulu, jika belum bisa dia kan b
Hari ini begitu istimewa, dinar sudah mempersiapkan semuanya termasuk desain villa tepi laut yang akan mereka bangun, dia bersiap-siap dengan senyum merekah disepanjang hari, begitu juga dengan raccel tapi bedanya dia belum mengetahui rencana dinar kali ini lunar sudah bersiap dan bersama dengan sania mereka mengenakan gaun pendek putih mutiara, dia naik kedaratan dan memandang rembulan dengan takjub tak seperti malam-malam biasanya, kali ini dia akan kembali kedaratan setelah sekian lamanya "uh...sania? apakah menurutmu raccel akan ikut dengan kita?" tanya lunar sambil melihat bulan penuh dilangit luas "ya, menurutku dia pasti ingin ikut" jawabnya pendek "aku cemas aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sania, aku takut dengan sesuatu yang ingin aku sampaikan pada mereka" keluhnya "kamu berfikir yang baik saja, jika kamu belum siap jangan dibicarakan dulu pelan-pelan saja agar mereka mengerti" ujar sania menenangkan lunar "ayo..nanti
Mereka menyelesaikan makannya dan berbincang-bincang kembali dengan santai "dinar, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?" ucap kakek mengedipkan mata pada dinar tanda itulah waktunya dia akan melamar lunar, dinar mengangguk pelan mengiyakan ucapan kakek dinar berdiri dan datang kesebelah lunar, raccel terkejut dan sangat senang mungkin lunar akan memeluknya atau mengucapkan sesuatu padanya, dia tersenyum manis menatap dinar tapi ternyata dia sadar dinar menatap ibunya bukan dia, dan berdiri disebelah ibunya "ada apa dinar?" tanya raccel bingung "raccel, maafkan aku mungkin kamu belum tau aku sudah kenal lama dengan ibumu dan kami sering bertukar cerita" ungkapnya "kenapa kamu tidak pernah cerita padaku? apa kamu tidak percaya padaku lagi?" ucap raccel bingung dan tak percaya, ternyata dinar sering tidak ada dirumah saat pagi karena dia menemui ibunya "hm..maaf kami kenal secara kebetulan waktu itu, sekarang bolehkah aku bicara dengan i
Dikamarnya, dokter sedang memeriksa kakek yang masih belum sadarkan diri, dinar mondar mandir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia tidak menyangka akan seperti ini, saat ini hatinya begitu sakit dan berharap itu semua hanya mimpidokter telah selesai memeriksa kakek, dan berjalan menghampiri dinar yang tampak sangat cemas"tuan, kakek tidak apa-apa, sebentar lagi dia akan sadar, dia hanya syok dan saat ini sedang tertekan, tolong tidak memberatkan fikirannya dulu dengan apapun takutnya nanti dia tidak bisa menahannya dan bisa-bisa store" ujar dokter menjelaskan serius pada dinar"baik dokter, terimakasih" ujar dinar"ini ada resep obat tolong dibeli secepatnya, saya pamit dulu tuan" ucapnya sambil berlalu dari hadapan dinar, dia menjambak rambutnya dengan kuat, tidak tau harus bagaimana saat ini, kekecewaan yang dia rasa, cinta yang dia punya terasa mengiris hatinya dengan dalamdia menyuruh pelayan membelikan obat dengan cepat, d
Dinar yang tidak ingin mendengar alasan apapun itu dari mulut lunar langsung menarik lengan perempuan itu keluar dari kamar raccel "segeralah tinggalkan tempat ini sebelum aku berubah fikiran dan membunuhmu disini" ujarnya, sania tidak bisa menerima perlakuan dinar yang menarik-narik lengan lunar langsung mulai kesal dan marah "apa-apaan ini, kenapa kau tarik-tarik dia begitu, kami akan pergi sekarang juga" teriaknya "plak..." suara tamparan sangat keras terdengar mendarat dipipi sania tiba-tiba dan langsung mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya "hentikan...hentikan...aku akan pergi sekarang juga, asal kamu tau keluargamu yang membuatku seperti ini yang membuatku punya dendam, apapun itu raccel adalah anakku lambat laun aku akan menjemputnya kembali" ujar lunar yang telah habis kesabarannya dan berlari keluar dari rumah meninggalkan rumah itu raccel dan dinar tertegun begitu lama, bergejolak dengan emosi masing-masing "dinar maa