Mereka bicara sangat lama dan tak terasa sudah larut dan suasana sudah sangat sunyi senyap, raccel beranjak untuk kembali kekamarnya dan tinggal dinar sendiri saat itu yang masih duduk ditempat tadi memandangi lautan lepas dan tentu dengan mengingat lunar, begitu dia sangat-sangat menginginkan lunar, meski dia tau sekarang lunar adalah ibunya raccel tapi dia tidak akan keberatan jika menjadikan raccel anak tirinya.
dia kembali membuka lemari dan kotak penyimpanan mutiara-mutiara kepunyaan ayahnya, menatap lagi cangkang kerang yang tempo hari dia tiup, bahkan sekarang setelah dia mencoba nya lagi tidak mengeluarkan suara sama sekalil disitu dia yakin hanya pada bulan purnama saja cangkang kerang itu akan berfungsi
tak terasa dinar sudah sangat mengantuk dan beranjak untuk tidur karena tentu saja pagi-pagi dia akan menemui lunar seperti biasanya tanpa ingin mengajak raccel pergi,
pagi sudah kembali datang cepat-cepat dinar berangkat dengan membawa beberapa t
"sania...ada apa, apa sesuatu telah terjadi?" teriak lunar dengan cepat menghampiri sania yang sedang menyilangkan tangannya didada"nona, apa yang kamu fikirkan? kenapa menemui pria itu lagi?, dan apa nona lupa nyonya ratu akan menemui anda hari ini, bagaimana kalau dia melihat anda sedang berpelukan dengan manusia itu" ujarnya dengan ketus"ah sania kau harus merahasiakan ini dulu, aku yakin kamu pasti akan terkejut, aku telah menemukan anakku sania" bisiknya"apa? anak nona masih hidup? dimana dia sekarang?" ujarnya"sstt...jangan besar-besar suaranya" ucap lunar"dia masih dibesarkan oleh lelaki tua itu dan dia tumbuh dengan sangat cantik sania, sangat cantik, dan aku baru tau kalau pria tadi adalah anak dari mantan suamiku sania" ujarnya mulai melemah"oh..aku faham, nona mencintainya kan? dan ternyata dia adalah anak mantan suamimu dan wanita itu yang telah kamu bunuh" ucapnya dengan ceplas-ceplos"tolong sania jangan ungkit itu
Ratu telah memikirkan tentang hal-hal yang harus dituruti putrinya itu dan kali ini dia tidak akan bisa menolak lagi, ratu beranjak pergi meninggalkan lunar, "sania, tolong kamu kawal kemanapun lunar pergi dan jangan pernah lengah" ujarnya sinis menatap saia, sania gelagapan dan mengangguk dengan cepat tidak tau apa sebenarnya yang dimaksudnya. sania berjalan mendekati lunar yang agak sedikit bingung diwajahnya "nona ada apa? apa maksud dari ucapan ratu tadi?" bisik sania sambil melihat punggung ratu mulai menjauhi mereka "aku sudah memberitahu ibu dan ibu menyetujui anakku tinggal disini?" ujarnya "apa? yang benar? syukurlah itu akan jauh lebih mudah" "ya, karena itu aku harus menuruti semua keinginannya dan tentu dibawah pengawalannmu hari-hari" kesalnya "oh..jadi itu maksud ratu tadi, ya itu tidak apa-apa nona sepertinya ratu khawatir jika nona kembali kedaratan nona tidak akan kembali lagi kelautan" ujarnya "ya aku
Mereka melewati malam sangat indah hari itu tanpa tau apa yang akan mereka hadapi setelahnya, kakek sudah mulai agak tenang dengan keputusan raccel, dan dinar hanya banyak diam saat itu, dan ternyata kakek selalu memperhatikannya dari awal, mereka sudah bersiap untuk kembali kekamar masing-masing dan tentu saja raccel sudah duluan berpamitan karena sepertinya ada yang akan dibicarakan oleh dua orang itu"dinar, kakek ingin bicara sebaiknya kita kekamar kakek saja" ujarnya"baik kek, aku juga ingin membicarakan sesuatu dengan kakek" jawabnya sambil membantu kakek nya berdiri dan kembali kekamar kakekmereka duduk didepan meja kerja yang sangat besar dan mewah, dinar selalu menyukai tempat kerja kakek, dan entah sejak kapan dia telah menyesuaikan dengan sang pemilik tubuh ini, dan perlahan semua sifatnya yang dulu telah berubah dengan keberanian"dinar, kakek lihat beberapa hari ini kamu banyak diam? ada apa?" tanya kakek langsung keintinya"uh..tida
Dinar berfikir keras malam itu, dia tidak ingin melepas lunar dan disatu sisi dia pasti akan mengecewakan kakek nya dan sekarang dia mulai cemas apakah karena itu kesehatan kakek nya akan terganggu, dia tidak bisa tidur malam itu dan penyesalan seakan menyelinap masuk kedadanya, dia menyesal membentak kakeksaat ini dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, tetapi matanya tidak bisa terpejam sama sekali, dia ingin menemui kakek tapi dia pasti tidak akan mendapatkan izin dari kakeknya untuk melamar lunar, dia berjalan dan membuka pintu yang mengarah kebalkonnya, dia duduk disana udara dan pemandangan disana menyegarkannyatok..tok..tok...suara ketukan dipintu kamar membuatnya terkejut dan mengernyitkan alisnya, siapa tengah malam begini datang kekamarnya? tidak mungkin itu raccel ujarnya berjalan pelan untuk membukakan pintu yang sudah tidak ada ketukan lagi terdengar, dia pelan membuka pintu dan betapa kagetnya ternyata kakek datang"ada
"Sania menurutmu apakah aku harus jujur dengan dinar tentang orang tuanya?" tanya lunar sambil menyisir rambutnya dengan lembut, sejujurnya para duyung bisa bicara jika dia berbicara dengan sebangsanya, dan jika bertemu manusia suara mereka akan menghilang seketika "menurutku kamu harus jujur dengan cepat lunar, aku takut nanti raccel akan kecewa padamu dan idak ingin bersamamu lagi" jawab sania sambil menatap lunar, lunar mendengar itu langsung berbalik menatap sania "apa kamu yakin? apa dengan begitu raccel tetap akan bisa ikut denganku jika aku jujur?" "tentu, dia pasti akan memahami itu, karena keadaan yang membuatmu begitu bukan karena keinginanmu sendiri" ujarnya "hm..kamu benar sania, aku akan mencoba untuk mengatakannya saat kita berkunjung kesana menjemput raccel, tapi aku ragu apakah dia bisa langsung beradaptasi dengan ekornya jika dia langsung kembali kelaut?" "kita harus mencobanya dulu, jika belum bisa dia kan b
Hari ini begitu istimewa, dinar sudah mempersiapkan semuanya termasuk desain villa tepi laut yang akan mereka bangun, dia bersiap-siap dengan senyum merekah disepanjang hari, begitu juga dengan raccel tapi bedanya dia belum mengetahui rencana dinar kali ini lunar sudah bersiap dan bersama dengan sania mereka mengenakan gaun pendek putih mutiara, dia naik kedaratan dan memandang rembulan dengan takjub tak seperti malam-malam biasanya, kali ini dia akan kembali kedaratan setelah sekian lamanya "uh...sania? apakah menurutmu raccel akan ikut dengan kita?" tanya lunar sambil melihat bulan penuh dilangit luas "ya, menurutku dia pasti ingin ikut" jawabnya pendek "aku cemas aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sania, aku takut dengan sesuatu yang ingin aku sampaikan pada mereka" keluhnya "kamu berfikir yang baik saja, jika kamu belum siap jangan dibicarakan dulu pelan-pelan saja agar mereka mengerti" ujar sania menenangkan lunar "ayo..nanti
Mereka menyelesaikan makannya dan berbincang-bincang kembali dengan santai "dinar, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?" ucap kakek mengedipkan mata pada dinar tanda itulah waktunya dia akan melamar lunar, dinar mengangguk pelan mengiyakan ucapan kakek dinar berdiri dan datang kesebelah lunar, raccel terkejut dan sangat senang mungkin lunar akan memeluknya atau mengucapkan sesuatu padanya, dia tersenyum manis menatap dinar tapi ternyata dia sadar dinar menatap ibunya bukan dia, dan berdiri disebelah ibunya "ada apa dinar?" tanya raccel bingung "raccel, maafkan aku mungkin kamu belum tau aku sudah kenal lama dengan ibumu dan kami sering bertukar cerita" ungkapnya "kenapa kamu tidak pernah cerita padaku? apa kamu tidak percaya padaku lagi?" ucap raccel bingung dan tak percaya, ternyata dinar sering tidak ada dirumah saat pagi karena dia menemui ibunya "hm..maaf kami kenal secara kebetulan waktu itu, sekarang bolehkah aku bicara dengan i
Dikamarnya, dokter sedang memeriksa kakek yang masih belum sadarkan diri, dinar mondar mandir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia tidak menyangka akan seperti ini, saat ini hatinya begitu sakit dan berharap itu semua hanya mimpidokter telah selesai memeriksa kakek, dan berjalan menghampiri dinar yang tampak sangat cemas"tuan, kakek tidak apa-apa, sebentar lagi dia akan sadar, dia hanya syok dan saat ini sedang tertekan, tolong tidak memberatkan fikirannya dulu dengan apapun takutnya nanti dia tidak bisa menahannya dan bisa-bisa store" ujar dokter menjelaskan serius pada dinar"baik dokter, terimakasih" ujar dinar"ini ada resep obat tolong dibeli secepatnya, saya pamit dulu tuan" ucapnya sambil berlalu dari hadapan dinar, dia menjambak rambutnya dengan kuat, tidak tau harus bagaimana saat ini, kekecewaan yang dia rasa, cinta yang dia punya terasa mengiris hatinya dengan dalamdia menyuruh pelayan membelikan obat dengan cepat, d
Semua telah berkumpul didermaga kecil pulau itu, semua sangat tertata rapi disana, tampak sederhana tetapi sangat indah untuk dipandang. lunar mengeluarkan mutiara dari mulutnya dan tentu mencucinya dulu sebelum memberikannya pada dinar, dinar sangat gugup memegang mutiara yang sangat berharga itu, dia sebenarnya tidak tega tetapi ini satu-satunya cara agar bisa bertahan lebih lama untuk menemui ayah dan ibunya. dinar mulai menelan mutiara itu, semua baik-baik saja awalnya, setelah beberapa menit berlalu dada dinar bersinar seperti ada sesuatu yang melewati dadanya, dinar merasa sesak dan berpegangan pada tiang dermaga karena merasa dadanya sangat panas "apa kamu baik-baik saja?" tanya lunar cemas karena belum tentu mutiara miliknya akan cocok ditubuh dinar "ya, aku baik-baik saja, tetapi dadaku terasa panas" jawab dinar masih menahan sesak didadanya "nak apa kau yakin akan pergi?" tanya kakek khawatir melihat cucunya itu "yakin kek, k
Semua seakan terdiam dan seakan menyetujui akan hal itu, semua bubar terkecuali miana kakak nya sang raja, dia tertegun dan mencari kesana kemari, dia mencari dion yang dia anggap anaknya "kakak, ada apa? apa yang kamu cari?" tanya raja duyung pada kakak nya itu "apakah kau tak melihat anakku? ataukah dia belum datang?" tanya miana sambil melihat kesana kemari "uhm kakak, aku minta maaf karena dia meninggal saat ingin memberikan obat untukmu, tapi jangan khawatir kak kami menguburnya dengan baik" ucap raja gelagapan menyembunyikan kenyataan "apa?? kenapa kau tak memberitahuku dari tadi?" tanya miana histeris dan menangis "maafkan aku, aku hanya tidak ingin membuatmu memikirkan itu, sedangkan kamu belum pulih" ujar raja menunduk "bagaimana bisa begitu? dia menjagaku selama ini, ayahnya juga yang menyelamatkan aku waktu itu, meskipun dia bukan anak kandungku tetapi dia jadikan aku seperti orangtua kandungnya" jawab miana yang tak henti m
semua orang mulai pergi meninggalkan tempat itu, semua wakil pergi dan wakil dion tetap tak terlihat dari tadi, tapi mereka mendengarkan apa yang tuan harshaw katakan, semua bubar dengan cepat, dan hanya dinar dan kakek yang masih tertinggal disana."kakek, kenapa kakek berbohong padaku selama ini?" ucap dinar tampak sedih memandangi kakek yang sedari tadi merangkul raccel"maafkan kakek nak, semua demi kebaikan kamu, mereka semua masih aman dan tinggal dipulau terpencil yang jauh dari sini, kamu ingat kan waktu itu kakek menyuruhmu pergi pertemuan kesebuah pulau, nah pulau itulah yang seharusnya kau tuju" ungkap kakek penuh penyesalan"aku ingin bertemu dengan mereka kek, kita akan kesana kan?" tanya dinar"aku tidak yakin" ucap kakek sambil memandang raja duyung"nak, aku tidak bisa lagi menolongmu kali ini seperti waktu itu, dan gelembung itu pastinya akan bereaksi dengan cepat, karena semua sudah tau kan rahasia kami" ujar raja duyung mulai mer
"kakek...akhirnya kakek datang,!" ujar raccel sambil berlari memeluk kakek yang tampak kelelahan, raccel menangis kecil sambil menatap tubuh kakek yang melemah itu, kakek juga membalas pelukan cucunya itu, dia sangat mencemaskan raccel selama ini dan tentu saja kali ini dia tidak ingin kehilangannya lagi,"apa maksud semua ini ayah? kenapa ayah mengenalnya?" ujar lunar menatap tajam pada ayahnya, dia sangat heran yang selama ini tidak pernah siapapun tau tentang hal ini. dan begitujuga dengan wakil lainnya mereka sangat takjub dengan duyung yang mereka tahu hanya dongeng itu."ayah akan menjelaskannya nanti padamu, sekarang biarkan saja mereka pergi" ujar raja pada lunar tampak tidak ingin menjelaskan apa-apa didepan semua orang"apa yang anda sembunyikan selama ini? aku saja tidak tau anda mengenalnya" sambung sang ratu menatap tajam kembali pada suaminya itu"jelaskan saja...aku sudah disini" ucap kakek sambil terus memegang raccel dirangkulnya
lunar tampak berjalan bergandengan dengan raccel, tampaknya mereka sudah berbaikan, melenggang mendekati suara keributan ayahnya "ada apa? kenapa sangat berisik" ujar lunar sambil menoleh kearah depan dan terkejut dengan apa yang dia lihat, begitu juga dengan raccel dia sangat terkejut, dinar sampai datang kesini pasti dia sangat mencemaskan raccel dan begitu juga kakek "dinar....syukurlah kamu menemukanku" ujar raccel berlari sambil memeluk tubuh dinar yang darit tadi mematung, wakil rayanpun tertegun dan menggeser badannya kebelakang, seketika keberaniannya menciut "raccel...apa mereka yang membawamu kesini?" tanya dinar menatap wajah saudaranya itu "tidak, ceritanya sangat panjang dinar, aku dibawa kesini oleh seseorang" ungkapnya "lantas bagaimana mereka semua ada disini?" tanya dinar penasaran "aku akan menceritakan itu nanti, apakah kakek baik-baik saja?" tanya raccel "ya, dia sangat mengkhawatirkanmu, dia ikut sebentar l
"hm...wakil rayan, apa mungkin ada orang didalam sana?" tanya dinar sambil berbisik mengintip dari balik pohon ara"kita tidak tau apa yang ada disana sebelum kita melihatnya sendiri kan, kalau begitu ayo kita masuk" ajak wakil rayan degan berani"baiklah...ayo" ujar dinar berlari sambil mengendap-endap kedepan, dan mendapatkan jalan untuk masuk kegedung itu, tapi tak disangka-sangka didalam ternyata sangat indah, sangat hidup, lampu hias berjejeran didinding, semua ruangan wangi bunga, tapi entah bunga apa itu dinar tidak tau karena selama ini dia banyak mencium mawar saja.mereka melewati banyak ruangan yang pintunya tertutup rapat, tidak ada satupun yang sedikit terbuka, mereka juga sangat takut untuk membukanya satu persatu"hm..tuan dinar, sebaiknya kita cari dibagian depan saja, diruangan depan pasti lebih lebar dan leluasa untuk kita melihat sekitarnya" ucap wakil rayyan"ide bagus, ayo kita maju" jawab dinarmereka sudah sampai
"kakek, kita harus bagaimana? sudah sehari semalam kita mencari tapi mereka bahkan tidak meninggalkan jejak sama sekali" ujar dinar frustasi "kita akan terus mencarinya, aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, tolong temukan dia dengan cepat,!" ujar kakek dengan suara lemah karena dia tidak bisa tidur sedikitpun "baiklah kek, kakek istirahat saja dirumah, biar aku saja yang pergi dengan para wakil" ujar dinar lagi "tidak, aku harus ikut, aku tidak bisa istirahat sebelum bisa menemukannya kembali" ungkap kakek sedih dengan kantung mata yang menghitam mereka mulai bersiap-siap mencari keluar daerah sana dan pergi mencari keperairan lainnya, seperti pulau-pulau kecil yang biasa mereka akses, tapi ada satu pulau terlihat diradar mereka yang tak berpenghuni tetapi memiliki bangunan diisana, itu membuat mereka penasaran, kenapa selama ini pembangunan disana tidak diketahui, sedangkan pulau kecil itu masih bagian dari pulau besar milik kakek, han
Malam itu terasa sangat mencekam, bahkan keindahan purnamapun sudah tak menenangkan lagi, darah mengalir dimana-mana membuat raccel mual tak biasa melihat pemandangan itu, melihat lekat-lekat dion yang sudah tercabik-cabik, sungguh malang jika benar yang disana itu ibunya berarti dia juga duyung kan, dan berdarah murni sepertiku karena ibunya duyung, tetapi kenapa tidak darah dia saja yang diberikan pada ibunya itu, fikiran itu sunggh sangat membingungkan raccel, atau apakah dion bukan anak kandung nya?raccel menepis semua fikiran itu saat ini, berusaha melupakan kejadian malam ini, berharap wanita tua itu bangun saja agar dia bisa menjelaskan siapa dion sebenarnya. raccel berbalik menyaksikan ibunya mulai menyayat tangannya sendiri untuk mendapatkan secangkir darah untuk wanita itukasihan...ya begitulah yang dirasakan raccel, tetapi ibunya harus melakukan itu, dan setelah darah itu diminumkan pada wanita itu, raja membereskan mayat wakil dion terlebih dahulu dan mem
"wakil dion...apa sudah selesai, aku sangat pusing" ujar suara raccel mengagetkan semua orang "raccel...kamu sudah sadar nak, ini ibu, bangunlah ini ibu" ujar lunar "i..ibu...? bagiamana ibu ada disini?" tanya raccel sambil duduk dan memegang kepalanya dan langsung kaget melihat semua ramai disana dan tak ada yang dia kenali selain lunar dan sania, dan melihat kekacauan itu dengan dion yang sudah tercabik cabik "ibu..ada apa ini? kenapa wakil dion...?" tanya raccel ketakutan "tidak apa-apa sayang, dai berusaha menyakitimu jadi ibu tidak sengaja melukainya" jawab lunar pelan memberikan pengertian pada raccel yang mulai ketakutan "a..apa? itu tidak mungkin ibu, dia memang menculikku, dia hanya ingin sedikit darahku, dan dia sangat baik padaku" ucap raccel ketakutan dan menjauhi ibunya "nak...maafkan ibu, ibu tidak sengaja" ujar lunar mendekati raccel lagi "kenapa ibu? kenapa harus membunuh? tidak bisakah ibu memberitahunya