Dinar berfikir keras malam itu, dia tidak ingin melepas lunar dan disatu sisi dia pasti akan mengecewakan kakek nya dan sekarang dia mulai cemas apakah karena itu kesehatan kakek nya akan terganggu, dia tidak bisa tidur malam itu dan penyesalan seakan menyelinap masuk kedadanya, dia menyesal membentak kakek
saat ini dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, tetapi matanya tidak bisa terpejam sama sekali, dia ingin menemui kakek tapi dia pasti tidak akan mendapatkan izin dari kakeknya untuk melamar lunar, dia berjalan dan membuka pintu yang mengarah kebalkonnya, dia duduk disana udara dan pemandangan disana menyegarkannya
tok..tok..tok...suara ketukan dipintu kamar membuatnya terkejut dan mengernyitkan alisnya, siapa tengah malam begini datang kekamarnya? tidak mungkin itu raccel ujarnya berjalan pelan untuk membukakan pintu yang sudah tidak ada ketukan lagi terdengar, dia pelan membuka pintu dan betapa kagetnya ternyata kakek datang
"ada
"Sania menurutmu apakah aku harus jujur dengan dinar tentang orang tuanya?" tanya lunar sambil menyisir rambutnya dengan lembut, sejujurnya para duyung bisa bicara jika dia berbicara dengan sebangsanya, dan jika bertemu manusia suara mereka akan menghilang seketika "menurutku kamu harus jujur dengan cepat lunar, aku takut nanti raccel akan kecewa padamu dan idak ingin bersamamu lagi" jawab sania sambil menatap lunar, lunar mendengar itu langsung berbalik menatap sania "apa kamu yakin? apa dengan begitu raccel tetap akan bisa ikut denganku jika aku jujur?" "tentu, dia pasti akan memahami itu, karena keadaan yang membuatmu begitu bukan karena keinginanmu sendiri" ujarnya "hm..kamu benar sania, aku akan mencoba untuk mengatakannya saat kita berkunjung kesana menjemput raccel, tapi aku ragu apakah dia bisa langsung beradaptasi dengan ekornya jika dia langsung kembali kelaut?" "kita harus mencobanya dulu, jika belum bisa dia kan b
Hari ini begitu istimewa, dinar sudah mempersiapkan semuanya termasuk desain villa tepi laut yang akan mereka bangun, dia bersiap-siap dengan senyum merekah disepanjang hari, begitu juga dengan raccel tapi bedanya dia belum mengetahui rencana dinar kali ini lunar sudah bersiap dan bersama dengan sania mereka mengenakan gaun pendek putih mutiara, dia naik kedaratan dan memandang rembulan dengan takjub tak seperti malam-malam biasanya, kali ini dia akan kembali kedaratan setelah sekian lamanya "uh...sania? apakah menurutmu raccel akan ikut dengan kita?" tanya lunar sambil melihat bulan penuh dilangit luas "ya, menurutku dia pasti ingin ikut" jawabnya pendek "aku cemas aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sania, aku takut dengan sesuatu yang ingin aku sampaikan pada mereka" keluhnya "kamu berfikir yang baik saja, jika kamu belum siap jangan dibicarakan dulu pelan-pelan saja agar mereka mengerti" ujar sania menenangkan lunar "ayo..nanti
Mereka menyelesaikan makannya dan berbincang-bincang kembali dengan santai "dinar, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?" ucap kakek mengedipkan mata pada dinar tanda itulah waktunya dia akan melamar lunar, dinar mengangguk pelan mengiyakan ucapan kakek dinar berdiri dan datang kesebelah lunar, raccel terkejut dan sangat senang mungkin lunar akan memeluknya atau mengucapkan sesuatu padanya, dia tersenyum manis menatap dinar tapi ternyata dia sadar dinar menatap ibunya bukan dia, dan berdiri disebelah ibunya "ada apa dinar?" tanya raccel bingung "raccel, maafkan aku mungkin kamu belum tau aku sudah kenal lama dengan ibumu dan kami sering bertukar cerita" ungkapnya "kenapa kamu tidak pernah cerita padaku? apa kamu tidak percaya padaku lagi?" ucap raccel bingung dan tak percaya, ternyata dinar sering tidak ada dirumah saat pagi karena dia menemui ibunya "hm..maaf kami kenal secara kebetulan waktu itu, sekarang bolehkah aku bicara dengan i
Dikamarnya, dokter sedang memeriksa kakek yang masih belum sadarkan diri, dinar mondar mandir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia tidak menyangka akan seperti ini, saat ini hatinya begitu sakit dan berharap itu semua hanya mimpidokter telah selesai memeriksa kakek, dan berjalan menghampiri dinar yang tampak sangat cemas"tuan, kakek tidak apa-apa, sebentar lagi dia akan sadar, dia hanya syok dan saat ini sedang tertekan, tolong tidak memberatkan fikirannya dulu dengan apapun takutnya nanti dia tidak bisa menahannya dan bisa-bisa store" ujar dokter menjelaskan serius pada dinar"baik dokter, terimakasih" ujar dinar"ini ada resep obat tolong dibeli secepatnya, saya pamit dulu tuan" ucapnya sambil berlalu dari hadapan dinar, dia menjambak rambutnya dengan kuat, tidak tau harus bagaimana saat ini, kekecewaan yang dia rasa, cinta yang dia punya terasa mengiris hatinya dengan dalamdia menyuruh pelayan membelikan obat dengan cepat, d
Dinar yang tidak ingin mendengar alasan apapun itu dari mulut lunar langsung menarik lengan perempuan itu keluar dari kamar raccel "segeralah tinggalkan tempat ini sebelum aku berubah fikiran dan membunuhmu disini" ujarnya, sania tidak bisa menerima perlakuan dinar yang menarik-narik lengan lunar langsung mulai kesal dan marah "apa-apaan ini, kenapa kau tarik-tarik dia begitu, kami akan pergi sekarang juga" teriaknya "plak..." suara tamparan sangat keras terdengar mendarat dipipi sania tiba-tiba dan langsung mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya "hentikan...hentikan...aku akan pergi sekarang juga, asal kamu tau keluargamu yang membuatku seperti ini yang membuatku punya dendam, apapun itu raccel adalah anakku lambat laun aku akan menjemputnya kembali" ujar lunar yang telah habis kesabarannya dan berlari keluar dari rumah meninggalkan rumah itu raccel dan dinar tertegun begitu lama, bergejolak dengan emosi masing-masing "dinar maa
"Nona, sudahlah nona harus istirahat sekarang, jangan fikirkan kejadian hari ini, dan kita pasti akan mendapatkan nona raccel kembali" bujuk sania yang menatap iba pada lunar yang diam seribu bahasa, hanya tangisan yang terdengar, dia menyayangkan kejujurannya hari ini, seandainya dia tidak mengakui itu mungkin kejadian ini tidak akan terjadi, dia hanya perlu menjadi orang jahat yang memendam rahasia itu selamanya, seharusnya itulah yang dia lakukan.dirumahnya dinar sendiri menatap bulan purnama yang sangat indah berbeda dengan kejadian yang dialaminya hari ini, sebuah tamparan keras yang didapatnya kenyataan yang harus diterima, tapi tidak semudah itu, bahkan rasa cintanya sudah kandas sekarang semua hanya kebencian yang tersisa, dia tidak akan menyangka hatinya bahkan dipatah-patahkan seperti ini."bodohnya aku mencintai duyung itu, tidak akan terjadi lagi" ungkapnya dalam hati sambil mengepalkan tangannya erat, dia berpaling dan mencoba untuk tertidur dengan jendel
"ah syukurlah kami sudah bangun...mana yang sakit?" tanya dinar cemas sambil memperhatikan raccel, "aku sudah tidak apa-apa hanya sedikit pusing" ujarnya, tentu saja pusing karena banyak darah yang keluar tadi dari mulutnya, itu mungkin efek tubuhnya yang panas karena terbawa emosi yang membuat stress "dinar, maafkan aku atas perlakuan ibuku" ungkap raccel "sudahlah ini masalahku kamu jangan memikirkan itu, yang terpenting aku tidak membencimu" ucap dinar sambil tersenyum pada raccel, raccel hanya sedikit tertekan dan merasa bersalah tetapi ibunya memang salah terlalu memikirkan egonya, raccel berbalik menatap ekornya "aku belum terbiasa dengan ekor ini, tapi terlihat bagus juga" seru raccel tersenyum, membuat dinar menjadi lega karena raccel baik-baik saja "apa kamu sudah sedikit enakan? aku akan menggendongmu kembali ke tempat tidur" ucap dinar karena tidak ingin raccel berlama-lama berendam takutnya masuk angin karena dia belum
crip crip crip...suara burung dipagi hari yang sangat merdu seperti biasanya membuat hati para pendengar pasti tenang, raccel membuka selimutnya dan ternyata kakinya sudah kembali, dia bergegas turun dari tempat tidurnya untuk mandi dan berganti pakaian, karena semalaman dia tidur dengan pakaian basah, karena kulitnya sangat kering. hari ini jauh lebih baik dari biasanya, dia mandi dan berendam lama di bathup nyadikamarnya dinar sudah bangun lebih awal dan dia sudah sedikit melupakan kejadian semalam, dia berkemas dan pergi untuk menemui kakek, dia berjalan dan membuka pintu kamar kakek terlihat lelaki tua itu sedang minum teh diatas tempat tidurnya"kakek sudah bangun?" tanya dinar sambil mendekati kakek dan duduk disebelahnya"hm...ya aku sudah bangun dari tadi" ujarnya sambil tersenyum"apa kamu sudah sarapan, ayo sarapan sama-sama" lanjutnya lagi"iya kek aku belum lapar nanti saja" jawabnya karena benar-benar belum lapar sama sekali"b