Home / Romansa / DIMADU TANPA RESTU / 23 – Cairan Dosa

Share

23 – Cairan Dosa

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2025-04-18 15:29:06

Cahaya temaram menyelimuti kamar sebuah apartemen yang terletak di sudut kota. Lampu gantung berpendar redup, menyisakan bayangan samar di dinding. Di atas ranjang, dua tubuh saling menyatu dalam irama yang menggoda dosa—seorang wanita bersuami, dan seorang pria yang terikat janji suci dengan wanita lain.

Mereka tak peduli pada sumpah pernikahan. Tak memikirkan luka yang akan tercipta. Dunia seolah terhenti di ruangan itu. Yang mereka tahu, hanya kenikmatan sesaat yang membakar.

Rambut panjang sang wanita tergerai indah, menyapu wajah pria di bawahnya. Pinggang ramping itu meliuk gemulai, menghujam pelan namun pasti, menciptakan gelombang sensasi yang membuat tubuh keduanya bergetar dalam kehangatan yang terlarang.

Desah lirih memenuhi ruangan. Ciuman demi ciuman berpindah tempat, berirama seperti denting jam yang kini tak terdengar. Dua lidah saling menjelajah, menari dalam kecupan yang tak mengenal malu.

Amara, si wanita, terus bergerak. Seperti ucapannya lewat telepon tadi—bahwa ia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • DIMADU TANPA RESTU   24 – Kegelisahan Amara

    Amara terlihat begitu bahagia. Sejak Wira pulang dari Surabaya, wanita itu tak pernah melepaskan diri dari dekapan sang suami. Ia memonopoli kebersamaan mereka, duduk lengket di sisi Wira di ruang makan—seolah tak ingin membiarkan satu detik pun berlalu tanpa kehadirannya.Sementara itu, Sekar hanya bisa menahan perih. Duduk di seberang meja, memandangi adegan yang menghujam hatinya seperti sembilu.Mereka mulai makan malam. Berkali-kali Amara memuji masakan Sekar, mencoba menarik perhatian Wira, bersikap seolah ia sangat menghargai kakak madunya itu.Sekar hanya tersenyum kecil, dingin dan kaku. Tidak ada lagi kehangatan di balik senyumnya.“Mas,” ucap Sekar pelan, membuka pembicaraan yang lebih serius. “Aku perhatikan selama ini Amara belum pernah memeriksakan dirinya ke dokter atau bidan. Memangnya Mas nggak penasaran dengan perkembangan janinnya?”Wira yang sedang menyuap nasi terakhirnya, tiba-tiba berhenti. Tatap

    Last Updated : 2025-04-19
  • DIMADU TANPA RESTU   25 – Menemukan Alasan

    Pagi itu, Wira tampak berseri-seri. Ia berdiri di depan mobil dengan senyum lebar, menanti Amara yang bersiap di ambang pintu. Di benaknya sudah tergambar jelas hasil USG calon anak mereka nanti—gambar kecil janin yang sehat dan berkembang sempurna.“Ayo masuk, Sayang,” ucapnya seraya membukakan pintu mobil.Amara tersenyum tipis. Senyuman yang seolah dipaksakan. Keningnya berkerut, jelas menunjukkan pikirannya tengah berputar, mencari celah untuk bisa menghindar dari pemeriksaan dokter hari ini.Begitu memastikan semuanya siap, Wira pun melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah, menuju salah satu klinik kandungan.“Gimana perasaan kamu sekarang? Ada keluhan?” tanya Wira, memecah keheningan di dalam mobil.Amara menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja, Mas.”“Syukurlah… Semoga pemeriksaan hari ini berjalan lancar. Aku cuma ingin memastikan kamu dan calon anak kita sehat dan berkembang

    Last Updated : 2025-04-19
  • DIMADU TANPA RESTU   26 – Masih Curiga

    Sekar tersenyum ramah saat Wira dan Amara akhirnya pulang. Mereka cukup lama di luar, sebab jam dinding sudah menunjukkan pukul lima sore. Padahal Sekar sendiri sudah berada di rumah sejak sebelum pukul empat, usai menyelesaikan tugas mengajarnya.“Bagaimana hasilnya, Mas? Bayinya sehat-sehat saja?” tanya Sekar, membuka obrolan. Sebenarnya, bukan kesehatan bayi yang ingin ia ketahui—melainkan kepastian apakah Amara benar-benar hamil atau hanya pura-pura.“Kami nggak jadi ke dokter,” jawab Wira datar. Wajahnya tampak lelah. Ia menjatuhkan diri ke sofa dengan gerakan kasar, memperlihatkan keletihan yang menumpuk. “Bisa tolong buatkan aku kopi?”Sekar mengangguk pelan, meski keningnya sedikit berkerut. Tanpa bertanya lagi, ia langsung ke dapur untuk membuatkan kopi panas. Begitu kopi siap, Sekar menyajikannya di meja, tepat di depan Wira."Maaf, Mas. Boleh aku tahu, kenapa kalian nggak jadi ke dokter?" tanyanya, nada suaranya terdengar hati-hati tapi jelas menyimpan kecurigaan.“Tadi, di

    Last Updated : 2025-04-20
  • DIMADU TANPA RESTU   27 – Menyadap Hanphone Amara

    Amara memijat pelipisnya yang mulai terasa berat. Ia menguap lebar, terlihat sangat mengantuk.“Ada apa, Amara? Kamu baik-baik saja?” tanya Sekar sambil memerhatikan wajah pucat adik tirinya itu.Amara berusaha mengusir kantuk yang menyerang. “Entahlah. Kenapa aku tiba-tiba ngantuk banget, ya?”“Kamu begadang semalam? Kalau memang lelah, istirahat saja dulu. Aku nggak masalah kok merayakan ulang tahun sendirian,” ucap Sekar mencoba tersenyum, meski senyum itu terasa getir bagi dirinya sendiri.Amara mengangguk lemah. Ia mencoba berdiri dan berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terlihat limbung, seperti orang mabuk.“Kamu kelihatan nggak sehat. Mau aku antar ke rumah sakit?” tawar Sekar, memasang raut khawatir yang nyaris sempurna.Amara menggeleng pelan. “Enggak, cuma lelah dan ngantuk.”Setelah tiba di kamarnya, Amara langsung merebahkan diri di atas ranjang. Sekar berdiri mematung di depan pintu kamar selama beberapa menit, memastikan bahwa Amara benar-benar terlelap.Begitu na

    Last Updated : 2025-04-22
  • DIMADU TANPA RESTU   28 – Kebohongan Amara Terbongkar

    Jam istirahat siang ini, Sekar tampak sibuk di depan laptopnya. Ia duduk tegak di meja kerja, pandangannya fokus ke layar yang memantulkan cahaya biru samar ke wajahnya. Tangan kanannya menggerakkan mouse, sementara tangan kirinya menopang dagu. Di layar itu, ia tengah memantau pesan-pesan dari ponsel Amara yang sudah berhasil ia sadap.Dengan seksama, Sekar membaca satu per satu isi chat. Ia mencari bukti—apapun yang bisa mengonfirmasi dugaannya tentang kehamilan Amara, juga ke mana saja wanita itu pergi selama Wira tidak berada di rumah.“Sekar, kamu kelihatan serius sekali,” sapa sebuah suara lembut dari belakang.Sekar tersentak. Dengan gerakan cepat, ia meminimalkan jendela sadapan dan membuka file presentasi sebagai kamuflase.“Eh, Bu Aisyah! Iya, saya sedang memeriksa laporan beberapa siswa,” jawab Sekar dengan senyum yang dipaksakan.“Maaf kalau mengganggu. Aku cuma khawatir, kamu akhir-akhir ini terlihat berbeda. Tapi ya sudah, aku lanjut ngajar dulu, ya.” Aisyah tersenyum han

    Last Updated : 2025-04-23
  • DIMADU TANPA RESTU   1- Kejutan Yang Tak Diharapkan

    Malam itu, Sekar berdiri di depan meja makan yang telah ia susun dengan sempurna. Hidangan kesukaan suaminya, mulai dari ayam panggang hingga sup sayuran segar, sudah tertata rapi.“Akhirnya, malam ini dia pulang,” gumamnya penuh harap.Bel pintu berbunyi. Sekar buru-buru menuju pintu dengan langkah penuh semangat. Namun begitu pintu terbuka, senyumnya langsung memudar.Berdiri di depannya, Wira tidak sendirian. Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan rambut panjang lurus berdiri dengan senyum tipis.“Sekar...” suara Wira terdengar tenang, tanpa ragu. “Ini Amara,” katanya. “Dia hamil. Kami sudah menikah secara siri.”Sekar mematung. Dunia seakan berhenti berputar. Matanya menatap tak percaya ke arah Wira, lalu ke Amara, dan kembali ke Wira.“Mas… apa maksudnya ini?” tanyanya dengan suara bergetar.“Aku sudah menikahinya, Sekar. Anak yang dia kandung adalah anakku, dan aku akan bertanggung jawab.”Sekar merasa dadanya sesak. Ia menatap Wira dengan air mata yang mulai menggenang.“A

    Last Updated : 2025-01-02
  • DIMADU TANPA RESTU   2 - Bahagia Di Atas Derita

    Dada Sekar bergemuruh hebat. Tapi ia tahu tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini.Ia lantas masuk kembali ke dalam rumah dengan napas memburu.Dengan kasar, ia membanting pintu kamar hingga bergetar, lalu menguncinya dari dalam. Ia bersandar di pintu, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.Sepanjang malam itu, Sekar sama sekali tidak bisa tidur. Hatinya terlalu sakit.Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil air wudhu, mengenakan mukena, lalu berdiri di atas sajadah—menegakkan shalat tahajud dalam kesunyian malam.Tangisnya kembali pecah saat ia bersujud.Sekar menengadahkan tangan, berdoa dengan segenap hati. Ia percaya, Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.Usai berdoa, ia masih duduk bersimpuh di atas sajadah. Hatinya sedikit lebih tenang, meskipun pedih itu belum sepenuhnya hilang.Lelah karena air mata yang terus mengalir, Sekar akhirnya tertidur begitu saja di atas sajadahnya, dengan mukena masih membalut tubuhnya.Malam yang terasa panjang itu ak

    Last Updated : 2025-01-02
  • DIMADU TANPA RESTU   3 - Permintaan Amara

    Pukul sembilan pagi.Sinar matahari menembus celah jendela, menyinari lantai yang masih dingin. Sekar melangkah keluar dari kamarnya dengan raut wajah tanpa ekspresi.Ia sudah mandi, berusaha menyegarkan tubuhnya yang lelah, tapi tak ada air yang mampu membersihkan luka batinnya.Langkahnya terhenti di tengah ruangan. Matanya menyapu seluruh isi rumah. Berantakan. Sama seperti hatinya.Piring-piring kotor masih berserakan di meja makan. Pemandangan yang masih sama seperti yang ia lihat subuh tadi.Sekar menghela napas panjang.“Ini rumahku. Aku yang membangun rumah ini, aku yang membersihkannya, aku yang menjaga kenyamanannya,” lirih Sekar.Tapi kenapa ia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri?Sekar menutup matanya sejenak. Ia mengingat pesan ibunya dulu.“Jangan biarkan rumahmu kotor, Nak. Jangan biarkan suamimu kelaparan. Jangan biarkan suamimu menunggu jika ia membutuhkan kehangatan.”Sekar menggigit bibirnya.Ia ingin mengabaikan semuanya. Ingin membiarkan rumah ini dalam

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • DIMADU TANPA RESTU   28 – Kebohongan Amara Terbongkar

    Jam istirahat siang ini, Sekar tampak sibuk di depan laptopnya. Ia duduk tegak di meja kerja, pandangannya fokus ke layar yang memantulkan cahaya biru samar ke wajahnya. Tangan kanannya menggerakkan mouse, sementara tangan kirinya menopang dagu. Di layar itu, ia tengah memantau pesan-pesan dari ponsel Amara yang sudah berhasil ia sadap.Dengan seksama, Sekar membaca satu per satu isi chat. Ia mencari bukti—apapun yang bisa mengonfirmasi dugaannya tentang kehamilan Amara, juga ke mana saja wanita itu pergi selama Wira tidak berada di rumah.“Sekar, kamu kelihatan serius sekali,” sapa sebuah suara lembut dari belakang.Sekar tersentak. Dengan gerakan cepat, ia meminimalkan jendela sadapan dan membuka file presentasi sebagai kamuflase.“Eh, Bu Aisyah! Iya, saya sedang memeriksa laporan beberapa siswa,” jawab Sekar dengan senyum yang dipaksakan.“Maaf kalau mengganggu. Aku cuma khawatir, kamu akhir-akhir ini terlihat berbeda. Tapi ya sudah, aku lanjut ngajar dulu, ya.” Aisyah tersenyum han

  • DIMADU TANPA RESTU   27 – Menyadap Hanphone Amara

    Amara memijat pelipisnya yang mulai terasa berat. Ia menguap lebar, terlihat sangat mengantuk.“Ada apa, Amara? Kamu baik-baik saja?” tanya Sekar sambil memerhatikan wajah pucat adik tirinya itu.Amara berusaha mengusir kantuk yang menyerang. “Entahlah. Kenapa aku tiba-tiba ngantuk banget, ya?”“Kamu begadang semalam? Kalau memang lelah, istirahat saja dulu. Aku nggak masalah kok merayakan ulang tahun sendirian,” ucap Sekar mencoba tersenyum, meski senyum itu terasa getir bagi dirinya sendiri.Amara mengangguk lemah. Ia mencoba berdiri dan berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terlihat limbung, seperti orang mabuk.“Kamu kelihatan nggak sehat. Mau aku antar ke rumah sakit?” tawar Sekar, memasang raut khawatir yang nyaris sempurna.Amara menggeleng pelan. “Enggak, cuma lelah dan ngantuk.”Setelah tiba di kamarnya, Amara langsung merebahkan diri di atas ranjang. Sekar berdiri mematung di depan pintu kamar selama beberapa menit, memastikan bahwa Amara benar-benar terlelap.Begitu na

  • DIMADU TANPA RESTU   26 – Masih Curiga

    Sekar tersenyum ramah saat Wira dan Amara akhirnya pulang. Mereka cukup lama di luar, sebab jam dinding sudah menunjukkan pukul lima sore. Padahal Sekar sendiri sudah berada di rumah sejak sebelum pukul empat, usai menyelesaikan tugas mengajarnya.“Bagaimana hasilnya, Mas? Bayinya sehat-sehat saja?” tanya Sekar, membuka obrolan. Sebenarnya, bukan kesehatan bayi yang ingin ia ketahui—melainkan kepastian apakah Amara benar-benar hamil atau hanya pura-pura.“Kami nggak jadi ke dokter,” jawab Wira datar. Wajahnya tampak lelah. Ia menjatuhkan diri ke sofa dengan gerakan kasar, memperlihatkan keletihan yang menumpuk. “Bisa tolong buatkan aku kopi?”Sekar mengangguk pelan, meski keningnya sedikit berkerut. Tanpa bertanya lagi, ia langsung ke dapur untuk membuatkan kopi panas. Begitu kopi siap, Sekar menyajikannya di meja, tepat di depan Wira."Maaf, Mas. Boleh aku tahu, kenapa kalian nggak jadi ke dokter?" tanyanya, nada suaranya terdengar hati-hati tapi jelas menyimpan kecurigaan.“Tadi, di

  • DIMADU TANPA RESTU   25 – Menemukan Alasan

    Pagi itu, Wira tampak berseri-seri. Ia berdiri di depan mobil dengan senyum lebar, menanti Amara yang bersiap di ambang pintu. Di benaknya sudah tergambar jelas hasil USG calon anak mereka nanti—gambar kecil janin yang sehat dan berkembang sempurna.“Ayo masuk, Sayang,” ucapnya seraya membukakan pintu mobil.Amara tersenyum tipis. Senyuman yang seolah dipaksakan. Keningnya berkerut, jelas menunjukkan pikirannya tengah berputar, mencari celah untuk bisa menghindar dari pemeriksaan dokter hari ini.Begitu memastikan semuanya siap, Wira pun melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah, menuju salah satu klinik kandungan.“Gimana perasaan kamu sekarang? Ada keluhan?” tanya Wira, memecah keheningan di dalam mobil.Amara menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja, Mas.”“Syukurlah… Semoga pemeriksaan hari ini berjalan lancar. Aku cuma ingin memastikan kamu dan calon anak kita sehat dan berkembang

  • DIMADU TANPA RESTU   24 – Kegelisahan Amara

    Amara terlihat begitu bahagia. Sejak Wira pulang dari Surabaya, wanita itu tak pernah melepaskan diri dari dekapan sang suami. Ia memonopoli kebersamaan mereka, duduk lengket di sisi Wira di ruang makan—seolah tak ingin membiarkan satu detik pun berlalu tanpa kehadirannya.Sementara itu, Sekar hanya bisa menahan perih. Duduk di seberang meja, memandangi adegan yang menghujam hatinya seperti sembilu.Mereka mulai makan malam. Berkali-kali Amara memuji masakan Sekar, mencoba menarik perhatian Wira, bersikap seolah ia sangat menghargai kakak madunya itu.Sekar hanya tersenyum kecil, dingin dan kaku. Tidak ada lagi kehangatan di balik senyumnya.“Mas,” ucap Sekar pelan, membuka pembicaraan yang lebih serius. “Aku perhatikan selama ini Amara belum pernah memeriksakan dirinya ke dokter atau bidan. Memangnya Mas nggak penasaran dengan perkembangan janinnya?”Wira yang sedang menyuap nasi terakhirnya, tiba-tiba berhenti. Tatap

  • DIMADU TANPA RESTU   23 – Cairan Dosa

    Cahaya temaram menyelimuti kamar sebuah apartemen yang terletak di sudut kota. Lampu gantung berpendar redup, menyisakan bayangan samar di dinding. Di atas ranjang, dua tubuh saling menyatu dalam irama yang menggoda dosa—seorang wanita bersuami, dan seorang pria yang terikat janji suci dengan wanita lain.Mereka tak peduli pada sumpah pernikahan. Tak memikirkan luka yang akan tercipta. Dunia seolah terhenti di ruangan itu. Yang mereka tahu, hanya kenikmatan sesaat yang membakar.Rambut panjang sang wanita tergerai indah, menyapu wajah pria di bawahnya. Pinggang ramping itu meliuk gemulai, menghujam pelan namun pasti, menciptakan gelombang sensasi yang membuat tubuh keduanya bergetar dalam kehangatan yang terlarang.Desah lirih memenuhi ruangan. Ciuman demi ciuman berpindah tempat, berirama seperti denting jam yang kini tak terdengar. Dua lidah saling menjelajah, menari dalam kecupan yang tak mengenal malu.Amara, si wanita, terus bergerak. Seperti ucapannya lewat telepon tadi—bahwa ia

  • DIMADU TANPA RESTU   22 – Fakta Baru

    Sejak kepergian Wira ke luar kota, Sekar mulai mencium gelagat aneh dari Amara. Tidak sekalipun ia melihat wanita itu mual, muntah, atau merasa pusing. Amara terlihat sehat, bugar, bahkan terlalu ceria untuk ukuran seorang perempuan yang katanya sedang mengandung. Ia kerap pergi keluar rumah, makan sembarangan, bahkan minum minuman bersoda—kebiasaan yang jelas-jelas tidak baik untuk wanita hamil.Awalnya, Sekar berusaha cuek. Ia memilih untuk tidak ambil pusing. Namun, bisikan-bisikan dari para tetangga yang mulai berdatangan secara perlahan membuatnya gelisah. Kebisingan yang biasanya ia anggap sebagai angin lalu, kini terasa seperti pisau yang menusuk dari segala arah.“Jadi benar ya, kalau Wira menikah lagi?” tanya seorang wanita paruh baya, tetangganya yang rumahnya hanya berjarak satu pintu dari rumah Sekar.Sekar yang sedang memilih sayuran di depan gerobak tukang sayur hanya diam. Pertanyaan itu membuatnya merasa risih, dadanya seketika

  • DIMADU TANPA RESTU   21 – Masakan Aneh

    “Ada apa, Mas?” tanya Sekar dengan nada datar, namun sorot matanya mengandung letih yang sulit disembunyikan.“Sekar, sudah aku bilang dari awal. Tolong jaga Amara dan kandungannya selama aku nggak ada. Tapi kenapa kamu malah terus membuat masalah? Kenapa kamu melempar Amara dengan kain basah?” Suara Wira meninggi, sarat emosi dan kekecewaan.Sekar menarik napas panjang, mencoba menahan gejolak dalam dadanya. “Apa Mas masih punya sedikit saja rasa percaya padaku?”“Jangan berusaha membela diri, Sekar,” balas Wira tegas, dingin.Sekar terdiam, akhirnya menyerah pada keadaan. “Sekarang, Mas mau aku apa?” Nada suaranya melemah. Ia tidak ingin memperpanjang keributan.“Buatkan makan untuk Amara,” perintah Wira.“Baiklah,” ucap Sekar lirih.“Dan berikan kembali ponselnya.”Tanpa sepatah kata, Sekar menyodorkan ponsel Amara lalu melangkah ke dapur dengan kepala tertunduk.Sementara itu, Amara menyeringai sinis, penuh kemenangan. Ia masih melanjutkan obrolannya dengan Wira dengan nada manja y

  • DIMADU TANPA RESTU   20 – Mabuk

    Pukul sebelas malam.Meski bibirnya berkali-kali berkata bahwa ia tak peduli pada Amara, hati Sekar justru menunjukkan hal sebaliknya. Gelisah menyelimuti dirinya. Ia terus mondar-mandir di ruang keluarga, beberapa kali menoleh ke arah pintu sambil melirik jam dinding besar yang tergantung di sana.Kemana wanita itu? batinnya gelisah.Ponsel yang sempat retak karena ulah Amara kini sudah diperbaiki. Sekar telah membawanya ke pusat servis, memperbaiki semua kerusakan meski hatinya masih terasa remuk.Ia berusaha keras menahan diri untuk tidak memberitahu Wira, tapi setiap detik yang berlalu semakin menghantam kegelisahannya. Jarum panjang jam seolah bergerak lambat, menyiksa.Tepat pukul sebelas malam, Sekar tak sanggup lagi. Ia menekan nomor Wira.“Ada apa, Sekar?” suara berat suaminya terdengar dari seberang.“Mas, apa Amara menghubungimu?” tanya Sekar ragu.“Tidak. Memangnya kenapa?”Sekar menarik napas panjang. Kata-kata berputar di benaknya, tak tahu harus mulai dari mana.“Ada ap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status