DIKIRA MISKIN 73Mbak Ranti belum muncul juga. Aku sudah meminta Mas Yudi untuk menghubunginya, tetapi sama saja, nomor yang kami tuju tidak aktif."Bagaimana ini, Mas? Apa kita tinggal saja," usul Mas Yudi."Kita tunggu sebentar lagi, Mas. Siapa tahu Mbak Ranti segera kembali," Satu menit, dua menit, hingga satu jam berlalu, Mbak Ranti tidak muncul juga. Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. "Apa mungkin Mbak Ranti meninggalkan anak-anak?" tanyaku hati-hati takut menyinggung perasaan adiknya--Mas Yudi."Enggak mungkin, Dek. Aku lihat Mbak Ranti sudah berubah. Jangan berpikiran negative! Kamu sendiri, kan yang selalu bilang agar kita selaku berpikiran positive?" "Memang iya, tetapi Mbak Ranti ke mana? Apa mungkin ia sudah pulang duluan?" "Coba aku telepon Ibu, siapa tahu ia sudah ada di rumah." Mas Yudi kembali mengotak-atik ponselnya."Enggak aktif juga," kata Mas Yudi setelah mencoba menghubungi Ibu."Kenala kompak tidak aktif gini?" Dahiku mengernyit."Kalau kita pulang,
DIKIRA MISKIN 74Mas Yudi yang awalnya tidak tertarik melihat video itu, akhirnya ikut nimbrung juga setelah melihat reaksi ibu yang mendadak lemas hingga jatuh terduduk.Ya Allah, baru saja kami merasakan kebahagiaan karena bisa akur bersama saudara, kini harus ternoda akibat ulah salah seorang anak ibu yang dulu pernah menjadi anak kesayangan.Dalam video itu terlihat jelas, Mbak Wiwid tengah mengamuk dalam sebuah acara pernikahan. Ia mengacaukan acara yang awalnya berjalan khikmad itu.Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah pesta pernikahan Mas Ajun dengan Elvira--wanita yang waktu itu datang dalam acara pernikahan Mbak Wiwid.Berdasarkan informasi yang ada di dalam video, Elvira adalah seorang artis tok-tok yang sudah memiliki ribuan follower seperti Mbak Wiwid.Aku baru tahu, dulu selain bersahabat, Mbak Wiwid dan Elvira selalu bersaing di aplikasi itu.Rupanya Mbak Wiwid kalah terkenal dengan Elvira, sehingga ia marah, apalagi mantan suaminya malah menikah dengannya.Selain suda
DIKIRA MISKIN 75"Mbak Ranti terus memohon pada Mas Yudi agar mau membantu Mbak Wiwid. "Yud, kamu bisa menemui keluarga Elvira agar mencabut tuntutannya dan menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan," usul Mbak Ranti."Aku tahu, Mbak," jawab Mas Yudi."Kalau begitu ayo ke sana sekarang juga. Kalau perlu kamu kasih duit. Zaman sekarang siapa, sih yang tidak mau?" "Jika mereka tidak mau mencabut tuntutannya, kamu bisa menyewa pengacara handal agar membebaskan Wiwid dari sini. Ya, memang untuk menyewa pengacara apalagai yang handal pasti harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Tetapi, kamu kan uangnya banyak? Kalau hanya untuk menyewa jasa pengacara, pasti ada, lah?" cerocos Mbak Ranti."Benar itu, Yud. Tolong bantu aku. Aku takut harus berada di sini. Baru beberapa jam saja aku sudah tidak betah. Kalau berada di sini, pasti tidak bisa dandan lagi. Apalagi aku juga sempat dibully oleh teman-teman satu sel," timpal Mbak Wiwid.Ya, Mbak Wiwid memang menempati sel tahanan yang d
DIKIRA MISKIN 64Suara rintihan minto tolong itu semakin jelas. Aku mencoba melebarkan telinga untuk menajamkan pendengaran."Kalian dengar enggak?" "Enggak ada suara apa-apa," sungut Mas Wahyu."Aku juga dengar, Tik," sahut Mbak Ranti."Kalian ini terlalu berhalusinasi, aku tidak mendengar apapun di sini. Mungkin itu suara televisi," kata Mas Wahyu dengan muka merah ."Televisinya mati," jawabku."Ya, televisi punya tetangga sebelah. Eh, kamu mau ke mana?" Mas Wahyu menarik tanganku yang hendak masuk untuk memastikan kalau suara minta tolong itu dari sana sumbernya."Aku mau ke dalam. Sepertinya ada yang tidak beres di sini." Aku melepas tangan Mas Wahyu dan tetap melanjutkan langkahku untuk masuk kamar yang diikuti Mbak Ranti dan Mas Yudi."Tunggu! Kalian ini siapa? Ini rumahku! Dan aku melarang siapapun untuk berlaku seenaknya di sini. Kalian ini tamu dan tidak pantas untuk blusukan di sini," ucap Mas Wahyu dengan nada tinggi.Ucapannya malah membuatku curiga, kenapa dia ngotot ti
DIKIRA MISKIN 77"Jadi bayarin enggak? Utang Wiwid sebesar dua juta setengah? Bagi kamu mungkin itu sedikit, Yud. Tetapi bagi orang kecil sepertiku uang segitu sangat berharga karena untuk diputar lagi," ucap Mbak Sus."Kami terkejut bukannya enggak mau bayarin, Mbak. Memangnya dia utang apa?" tanya Mas Yudi yang mewakili pertanyaanku. Ya, Mbak Sus hanya seorang pemilik warung kelontong. Jika Mbak Wiwid punya utang sebanyak itu, dia bisa kehabisan modal."Awalnya dia cuma punya utang lima ratus ribu. Kemarin dia juga ambil baju dan make up. Ya, selain warung kelontong, aku juga baru mencoba jualan online. Lumayan untuk tambah pemasukan. Tetapi kalau diutang dan terancam enggak dibayar gini, aku malah rugi." Mbak Sus cemberut."Tenang, utang Mbak Wiwid pasti kami bayar," ucapku."Harus, dong. Uang segitu tidak ada apa-apanya bagi kalian." "Aku kasih tahu ya, Ran. Baju yang ada di video itu dia ambil di olshop-ku. Eh, ternyata malah hanya dibawa ke penjara." ucapnya lagi dengan nada ke
DIKIRA MISKIN 78"Wiwid, Wiwid." Aku yang tengah terbuai di alam mimpi, terbangun mendengar suara ibu yang terus memanggil anak perempuannya itu. Mata ibu tertutup rapat, tetapi mulutnya memanggil nama Wiwid tiada henti. Ibu pasti kepikiran terus dengannya hingga ia mengigau.Kepala ibu bergerak-gerak, bibirnya bergetar, dari matanya yang terpejam, keluar bulir bening. Ya Allah betapa besar cinta ibu pada anaknya itu. Saat mendengar anaknya menderita, ia kepikiran terus.Aku beringsut turun untuk membangunkan Mas Yudi yang tidur di sofa."Ada apa, Dek?" Mas Yudi membuka matanya perlahan."Ibu, Mas," Mas Yudi bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah ibu yang masih saja mengigau memanggil nama Wiwid. Mas Yudi menunduk dan menyentuh pipi ibu dengan lembut."Wiwid." Ibu terbangun dan kaget melihat kami berdua."Aku mimpi buruk, Yud. Ayo kita temui Wiwid sekarang juga. Ibu tidak bisa membayangkan ia harus merasakan dinginnya tidur di balik jeruji besi, sementara aku tidur di kasur em
DIKIRA MISKIN 79Ibu berjalan keluar ruangan dan Wiwid berusaha mengejarnya, tetapi seorang petugas menahannya. Ibu sudah tidak menggubris Wiwid lagi. Mungkin ibu sudah terlanjur kecewa."Ibu, maafkan aku!" Mbak Wiwid meronta dalam cekalan tangan seorang petugas, tetapi ibu sudah tidak peduli lagi. Ibu malah semakin mempercepat langkahnya. Ia memilih masuk mobil dan menguncinya rapat-rapat.Aku dan Rifki menyusul ibu ke dalam mobil. Sementara Mas Yudi membuat laporan mengenai Mas Wahyu yang telah menganiaya Rifki. Semoga prosesnya cepat sehingga ia segera mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya."Tik," ucap ibu seraya memelukku erat, air matanya terus bercucuran. Bahunya terguncang."Alhamdulilah, laporan kita sudah dalam proses. Polisi akan segera mencari keberadaan Mas Wahyu. Setelah ini ia tidak akan hidup tenang lagi. Ke manapun ia pergi , polisi pasti akan menemukannya. Meski masuk ke lubang semut sekalipun," kata Mas Yudi."Ya, orang jahat memang harus mendapat bal
DIKIRA MISKIN 80Aku dan Mbak Ranti yang baru saja selesai memasak untuk persiapan nanti malam terkejut dengan kedatangan Mas Yudi dan teriakan ibu."Kita harus menjenguk Wiwid. Pantas saja beberapa hari ini perasaanku tidak enak. Tidur juga sering mimpi buruk. Apa ini ada hubungannya dengannya yang sakit parah itu?" kata ibu.Aku dan Mbak Ranti saling berpandangan. Kulihat aneka makanan yang sudah siap untuk acara istimewa nanti. Jika ibu dan Mas Yudi menjenguk Mbak Wiwid, bagaimana dengan acara ini?"Bu," ucap Mbak Ranti seraya mengusap tangan ibu."Kamu tidak usah khawatir, Ran. Ibu akan menjenguk Wiwid, tetapi tidak sekarang karena ini hari istimewa yang kamu tunggu dan tidak mungkin dibatalkan," ucap ibu tersenyum."Kalau Ibu mau jenguk Wiwid, aku juga tidak akan protes kok, Bu. Aku tahu, dari dulu Wiwid memang selalu yang diutamakan karena ia adalah anak emasnya Ibu dan Bapak," ucap Mbak Ranti menunduk.Ya, meski aku tidak bersama mereka dari kecil, tetapi aku tahu, Mbak Wiwid s
DIKIRA MISKIN 87Kami hanya terdiam mendengar permintaan sang keponakan yang sudah beranjak remaja itu. Rifki masih saja menggoyangkan lengan Mas Yudi dan berharap agar ia mau menuruti permintaannya mengizinkan papanya ikut tinggal dengan kami.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang cukup keras dari arah belakang. Kami menoleh serempak."Hebat, kamu, Mas?" kata Elvira dengan masih bertepuk tangan dan berjalan mengitari Mas Ajun."Pak Atmaja?" Mas Ajun pucat pasi saat melihat kedatangan mantan istri dan mertuanya serta Mas Fikar."Pintar sekali kamu mengarang cerita dan memutar balikkan fakta. Kamu layak untuk menjadi aktor yang pandai berakting dan bersandiwara di depan kamera, ck ck ck," ucap Elvira tersenyum sinis."Ada apa ini? Kenapa kalian datang ke sini beramai-ramai?" tanya Mbak Ranti."Kami mendengar kabar kalau Wiwid meninggal. Ya, meski aku benci dengannya, tapi bagaimanapun juga ia adalah calon dari bagian keluarga kami. Saat Mas Fikar menikah dengan Mbak Ranti, otoma
DIKIRA MISKIN 86Aku terpaku di samping jenazah Mbak Wiwid. Lidahku terasa kelu, tidak mampu berkata lagi.Masih teringat dengan jelas saat Mbak Wiwid bilang kalau saat kami datang menjenguknya, ia sudah tidak bernyawa. Sekarang ucapannya itu menjadi nyata. Apakah ini yang disebut dengan ucapan adalah do'a?Semoga Mbak Wiwid sudah bertaubat saat meninggal. Meski banyak harapan yang belum terwujud.Aku ngeri saat melihat wajah Mbak Wiwid yang sudah pucat karena memang nyawa sudah lepas dari raganya. Itu artinya darahnya sudah berhenti mengalir, jantung sudah tidak berdetak dan organ tubuh sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya."Wiwid. Kenapa kamu pergi secepat ini? Mbak sayang kamu, Wid," seru Mbak Ranti sambil memeluk Mbak Ranti yang matanya sudah tertutup rapat."Sabar, Mbak. Ikhlaskan kepergian Mbak Wiwid." Aku mengusap pundak Mbak Ranti dengan lembut.Kami kembali terdiam, larut dakam pikiran masing-masing. Bagaimana dengan ibu? Ibu pasti shock jika mengetahui kenyataan ini, p
DIKIRA MISKIN 85"Bagaimana, Yud? Apakah kamu berhasil menemui Ajun dan mengancamnya?" tanya Mbak Ranti. Mas Yudi baru saja pulang dari menjalankan misi yang diminta wanita yang akan segera menikah itu."Tidak," jawab Mas Yudi. Tanganya meraih gelas di hadapannya dan segera meminum habis minuman yang tersaji di meja."Maksudmu tidak, apa?" tanya Mbak Ranti dengan dahi mengernyit."Aku tidak berhasil menemui Ajun karena ternyata dia sudah pisah dengan Elvira," kata Mas Yudi."Apa?" "Tadi aku ke rumah Elvira. Awalnya dia marah-marah padaku, dia bilang aku tidak becus menjaga kakak sehingga Mbak Wiwid berbuat nekat. Pusing aku, Mbak Wiwid yang berbuat, aku harus ikut menanggung akibat." Mas Yudi mengusap pelipisnya. Aku segera duduk di sampingnya dan memberikan sentuhan hangat."Terus Ajun sekarang tinggal di mana?" tanya Mbak Ranti. "Mana aku tahu, Mbak. Intinya Mbak tidak perlu khawatir, jika menikah dengan Fikar, Ajun tidak akan ada di sana. Keluarganya tidak akan tahu kalau Mbak Ra
DIKIRA MISKIN 84"Pokoknya aku tidak mau punya kakak ipar dari keluarga Atmaja." Mbak Wiwid masih saja cemberut, sementara Mbak Ranti sudah pergi membawa rasa jengkel."Aku sudah merestui hubungan mereka. Orangtuanya juga sudah datang melamar dan kita tinggal menentukan tanggal untuk melangsungkan acara pernikahan," ucap Ibu."Aku akan menggagalkan pernikahan mereka. Bagaimanapun caranya." Tangan kurus Mbak Wiwid mengepal."Bagaimana caranya, Mbak, kan ada di sini? Sakit lagi," tanya Mas Yudi."Aku akan mati dan arwahku akan gentayangan, kemudian mengganggu Mbak Ranti dan Mas Fikar sehingga mereka tidak akan bisa hidup tenang dan pernikahan pun gagal. Aku yang sudah berada di alam lain akan tertawa saat melihat Mbak Ranti menangis karena gagal nikah dengan lelaki kaya." Mbak Wiwid tersenyum puas. Ia pasti sedang membayangkan kalau menjadi arwah penasaran itu menyenangkan. "Suatu pemikiran yang konyol. Memangnya ada arwah penasaran? Mbak Wiwid ini korban film horror kayaknya. Tidak ad
DIKIRA MISKIN 83Kami saling berpandangan saat Mbak Ranti bilang nama calon suaminya sama dengan yang dibilang Mbak Wiwid. Apa mungkin hanya namanya saja yang sama? Atau memang yang mereka maksud itu orang yang sama? Kenapa bisa kebetulan banget begitu?"Kamu kenal dengan lelaki yang bernama Zulfikar Atmaja?" Bukan hanya aku yang penasaran, Mas Yudi juga."Kalau Zulfikar Atmaja, aku kenal, tapi entah dia yang kumaksud atau orang lain. Mungkin hanya namanya yang sama, kan?" Mbak Wiwid tersenyum."Ya, mungkin hanya namanya yang kebetulan sama. Dia seorang manager di sebuah perusahaan bonafit. Dia sering datang ke resto-ku," jelas Mas Yudi. Pernyataannya menjawab rasa penasaranku."Oh." Mbak Siwid hanya ber 'oh' ria dan tidak bertanya lagi."Kamu yakin tidak mau kusewakan pengacara agar masa tahanan kamu bisa berkurang, Mbak?" tanya Mas Yudi mengalihkan pembicaraan."Iya, aku mau di sini sampai masa tahananku habis sambil memperbaiki diri. Lagi pula aku juga tidak mau utangku semakin me
DIKIRA MISKIN 82Rifki histeris melihat kondisi mamanya, pun dengan kami. Apalagi Ibu, ia bahkan sampai gemetar melihat anak yang selama ini ia manja dan ia rindukan sedang mengalami masa kritis.Ibu terus melantunkan istigfar. Tangannya mengusap lengan Mbak Wiwid."Ya Allah, sembuhkanlah anakku, berilah ia kesempatan untuk memperbaiki diri. Kami sudah memaafkan kesalahannya," ucap Ibu tulus.Mata Mbak Wiwid yang awalnya melotot dan seperti menahan sakit, tiba-tiba terpejam dan tubuhnya mendadak lemas setelah beberapa saat sebelumnya terlihat kaku."Kenapa dengan anak saya, Dok? Dia akan baik-baik saja, kan?" Ibu panik."Tenang, Bu. Pasien hanya pingsan," jawab Dokter Rudy."Dokter tidak bohong, kan? Anak saya tidak mati, kan?" tanya Ibu lagi seraya memeluk Mbak Wiwid yang mata kini sudah terpejam. Aku melihat ada seukir senyum di bibirnya.Mbak Wiwid masih hidup, terlihat dengan jelas dadanya masih naik turun. Saat tanganku mendekat di lubang hidung, masih ada embusan napas di sana.
DIKIRA MISKIN 81"Ada apa, Yud?" Ibu meletakkan sendok dan menatap Mas Yudi dengan nada khawatir."Enggak tahu, Bu. Kita hanya diminta untuk datang menjenguk Mbak Wiwid," jawab Mas Yudi."Ya Allah, apa yang terjadi dengan anakku itu?" "Maafkan aku, Bu. Seharusnya sudah sejak tadi kalian menjenguk Wiwid, tapi gara-gara acara ini, jadi tertiuda hingga harus di telepon lagi," ucap Mbak Ranti seraya menggigit bibir bawah."Ini bukan salah kamu, Nak. Berdo'a saja agar Wiwid tidak apa-apa." Ibu berusaha tersenyum meski aku yakin hatinya perih membayangkan hal buruk yang terjadi dengan anaknya yang ada di dalam penjara. Ya, semarah-marahnya seorang Ibu, ia tidak mungkin menginginkan hal buruk menimpa anaknya."Ibu sudah memaafkan Mbak Wiwid, kan? Ikhlaskan dia Bu, agar Allah mengampuni dosanya," ucapku seraya mengusap pundak Ibu."Innalillah, memangnya Wiwid is dead," ucap Mbak Ranti dengan nada tinggi, matanya melotot kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan."Siapa yang bilang?" tany
DIKIRA MISKIN 80Aku dan Mbak Ranti yang baru saja selesai memasak untuk persiapan nanti malam terkejut dengan kedatangan Mas Yudi dan teriakan ibu."Kita harus menjenguk Wiwid. Pantas saja beberapa hari ini perasaanku tidak enak. Tidur juga sering mimpi buruk. Apa ini ada hubungannya dengannya yang sakit parah itu?" kata ibu.Aku dan Mbak Ranti saling berpandangan. Kulihat aneka makanan yang sudah siap untuk acara istimewa nanti. Jika ibu dan Mas Yudi menjenguk Mbak Wiwid, bagaimana dengan acara ini?"Bu," ucap Mbak Ranti seraya mengusap tangan ibu."Kamu tidak usah khawatir, Ran. Ibu akan menjenguk Wiwid, tetapi tidak sekarang karena ini hari istimewa yang kamu tunggu dan tidak mungkin dibatalkan," ucap ibu tersenyum."Kalau Ibu mau jenguk Wiwid, aku juga tidak akan protes kok, Bu. Aku tahu, dari dulu Wiwid memang selalu yang diutamakan karena ia adalah anak emasnya Ibu dan Bapak," ucap Mbak Ranti menunduk.Ya, meski aku tidak bersama mereka dari kecil, tetapi aku tahu, Mbak Wiwid s
DIKIRA MISKIN 79Ibu berjalan keluar ruangan dan Wiwid berusaha mengejarnya, tetapi seorang petugas menahannya. Ibu sudah tidak menggubris Wiwid lagi. Mungkin ibu sudah terlanjur kecewa."Ibu, maafkan aku!" Mbak Wiwid meronta dalam cekalan tangan seorang petugas, tetapi ibu sudah tidak peduli lagi. Ibu malah semakin mempercepat langkahnya. Ia memilih masuk mobil dan menguncinya rapat-rapat.Aku dan Rifki menyusul ibu ke dalam mobil. Sementara Mas Yudi membuat laporan mengenai Mas Wahyu yang telah menganiaya Rifki. Semoga prosesnya cepat sehingga ia segera mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya."Tik," ucap ibu seraya memelukku erat, air matanya terus bercucuran. Bahunya terguncang."Alhamdulilah, laporan kita sudah dalam proses. Polisi akan segera mencari keberadaan Mas Wahyu. Setelah ini ia tidak akan hidup tenang lagi. Ke manapun ia pergi , polisi pasti akan menemukannya. Meski masuk ke lubang semut sekalipun," kata Mas Yudi."Ya, orang jahat memang harus mendapat bal