Share

73. Bab 73

DIKIRA MISKIN 73

Mbak Ranti belum muncul juga. Aku sudah meminta Mas Yudi untuk menghubunginya, tetapi sama saja, nomor yang kami tuju tidak aktif.

"Bagaimana ini, Mas? Apa kita tinggal saja," usul Mas Yudi.

"Kita tunggu sebentar lagi, Mas. Siapa tahu Mbak Ranti segera kembali,"

Satu menit, dua menit, hingga satu jam berlalu, Mbak Ranti tidak muncul juga. Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan.

"Apa mungkin Mbak Ranti meninggalkan anak-anak?" tanyaku hati-hati takut menyinggung perasaan adiknya--Mas Yudi.

"Enggak mungkin, Dek. Aku lihat Mbak Ranti sudah berubah. Jangan berpikiran negative! Kamu sendiri, kan yang selalu bilang agar kita selaku berpikiran positive?"

"Memang iya, tetapi Mbak Ranti ke mana? Apa mungkin ia sudah pulang duluan?"

"Coba aku telepon Ibu, siapa tahu ia sudah ada di rumah." Mas Yudi kembali mengotak-atik ponselnya.

"Enggak aktif juga," kata Mas Yudi setelah mencoba menghubungi Ibu.

"Kenala kompak tidak aktif gini?" Dahiku mengernyit.

"Kalau kita pulang,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status