Share

Bab 19

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-29 09:06:44

Pov Dewi

Aku tersenyum, bahagia sekali rasanya melihat wajah Ayu yang tampak terpukul sekali oleh ucapan Tante Lani. Dia melangkah pergi meninggalkan rumah Dion seperti pecundang yang kalah perang.

Beruntung, Tante Lani belum tahu jika Ayu sudah menjadi penulis terkenal. Bagi Tante Lani yang urusannya setiap hari berkecimpung dengan keuangan perusahaan, dia tak tak terlalu paham dunia entertain. Baginya, Ayu masih seorang remahan yang tak patut diperhitungkan. Namun, sialnya kenapa Om Subekti seperti mendukung hubungan Dion dengan Ayu.

“Sudah! Sudah, Mam! Apa salahnya sih kalau anak kita dekat dengan Ayu! Papa lihat dia anak baik, bahkan dia sedang mulai belajar berwirausaha juga! Biasanya kalau orang punya kemauan seperti Ayu, dia akan telaten dengan keluarga dan sukses dengan karirnya!”

Ck, kesal sekali aku. Dari awal, memang Om Subekti bahkan tak terlalu mempedulikan keberadaanku. Bahkan dia tak memuji ketika tahu aku menjadi bintang iklan.

“Papa! Sudah deh, diam! Apa Papa pi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Hazreh Mandiri
banyak Skali provnya, sehingga banyak kalimat yg diulang2.. terasa br baca sbentar dah habis aja
goodnovel comment avatar
Doris Atik
please thor... pertemukan ayu sm tante lani
goodnovel comment avatar
Anggiria Dewi
duuh othor ku yang baek hati ,,pertemukan Ayu sama tante Lani di acara talk show ,biar nyahok tuh Dewi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 20

    Pov Lani “Hmmm … menurut Dewi, Tan! Talkshow itu harusnya bintang tamunya satu saja! Jadi misal dia dipanggil ya gak apa, tapi Tante mintanya jangan bareng sama dia! Apalagi novel dia baru difilmkan katanya ‘kan? Jadi takutnya nanti fokus audience terpecah!” ucap Dewi padaku. Sepertinya ucapannya dia ada benarnya juga. Gimana kalau penonton malah fokus pada Peri Aksara dan bukan pada prestasiku yang membanggakan? Katanya novel dan filmnya tengah booming sekarang. Walau aku gak terlalu ngikutin, tapi dengar-dengar sih seperti itu. “Tante belum pernah sih kayak gini, dulu pernah diundang talk show juga memang Tante sama Om saja, gak ada bintang tamu lain! Bisa kepecah fokus audience, ya?” tukasku pun, setuju dengan pendapat Dewi. “Iya, Tante! Mending minta sama kru mereka buat ganti jadwal saja, Tante! Jadi jangan sampai ada dua bintang dalam satu panggung! Jadi nanti jatohnya gak fokus audiencenya!” Dewi kembali meyakinkanku. Dia memang selalu begitu, perhatian dan bisa diandalkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 21

    Pov Lani Aku dan Dewi lekas keluar, Dion yang akan menyetir untuk kami. Dia tampak tengah berdiri di samping mobil dan menelpon seseorang. “Maaf ya, aku jadi gak bisa nganter! Kamu hati-hati, ya! Sampai ketemu di sana!” tukasnya. Namun gegas dia mematikan panggilan dan menatap ke arahku dan tersenyum penuh arti. “Nelpon siapa, Yon?” tanyaku. “Kejutan untuk Mama!” tukasnya singkat seraya tersenyum, sontak kedua alisku saling bertaut. Apa yang dia maksud kejutan untuk Mama? Sepanjang perjalanan, Dion lebih banyak diam. Dia tampak seperti tengah memikirkan sesuatu. Sedangkan aku yang duduk di belakang pun tak leluasa mengajak ngobrol Dewi yang memilih duduk di depan, di samping Dion. Hanya sesekali Dewi membahas terkait pekerjaannya dan kesibukannya saat ini. Suasana menjadi sedikit tak menyenangkan karena sikap Dion yang tampak setengah enggan. Fortuner putih yang dikendarai Dion sudah mulai memasuki jalanan bebas hambatan. Dipacunya kendaraan yang ditumpanginya dengan kecepatan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 22

    Hari di mana jadwal talkshow pun akhirnya tiba. Awalnya Dion berjanji akan mengantarku, hanya saja tiba-tiba dia mengabarkan jika harus mengantar ibunya juga. Aku, pastinya harus paham dan mengerti. Aku dan Dion bukan siapa-siapa. Linggaku masih milik ibunya. Ah, kadang kangen manggil dia seperti dulu, Lingga. Hanya aku yang sering menyebutnya seperti itu. Padahal semua teman memanggilnya Dion.“Kamu jadinya pergi naik apa?” tanyanya dari seberang telepon. “Paling naik mobil online, Yon!” jawabku yang sudah rapi mengenakan pakaian terbaikku. Bukan yang mahal, hanya saja mengenakan yang memang pantas dipakai. “Maaf ya, aku jadi gak bisa nganter! Kamu hati-hati, ya! Sampai ketemu di sana!” tukasnya. “Oke, Yon! Makasih.” Aku menjawab dan tetap menenangkan hati. Pertama kalinya akan tampil di acara televisi membuat aku nervous luar biasa. Sebuah mobil sigra warna putih sesuai applikasi pun mendekat. Aku memastikan nomor polisinya sama dengan yang tertera pada applikasi. “Mbak Ayu?” K

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 23

    "Wah, sepertinya Bu Lani ini sangat mengapresiasi pemuda-pemuda berprestasi. Terlihat sekali dari sikapnya yang sangat mengapresiasi Mbak Peri Aksara yang karyanya fenomenal ini! Hmmm … ngomong-ngomong, nih! Mas Dion ini ‘kan masih single, Mbak Peri Aksara juga statusnya single … apa ada kemungkinan Bu Lani punya rencana membentuk satu generasi yang penuh prestasi dengan menyatukan keduanya dalam mahligai rumah tangga? Eaaa!”Pertanyaan Mas Arkan Hakim pada Tante Lani, sontak membuat aku yang tengah meneguk teh yang kebetulan dihidangkan di sini, terbatuk-batuk. Kudengar kekehan dari Mas Arkan Hakim yang menggodaku. Tante Lani tampak sedikit kikuk, dia melirik ke arah Dewi, lalu tampak berpikir. Mungkin tengah merangkai jawaban yang akan dia sampaikan ke muka umum. Aku jadi penasaran, seperti apa jawabannya di depan umum? Akankah dia akan memberikan restu pada Dion setelah tahu siapa aku sebenarnya? “Wah, Mbak Ayu sampai segitunya … sepertinya memang sudah ada udang di balik kerupuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 24

    “Pak Faqih sudah datang bersama keluarganya ke sini, meskipun sekadar bersilaturahmi pada Ibu, tetapi mereka baik, mereka tak mempermasalahkan status Ibu yang hanya penjual nasi uduk dan kamu yang hanya guru honorer! Mereka sangat menerima keluarga kita dengan baik, Yu … bahkan bulan depan, rencananya mereka mau datang dan melamar kamu secara resmi ke sini!” Deg!Hatiku seolah tertimpa bilahan kayu. Aku tak menyangka, diam-diam Pak Faqih rupanya intens mendekati Ibu. Kenapa juga, Ibu bisa memutuskan memberikan lampu hijau pada mereka padahal aku belum tentu setuju? Aku menatap Ibu tajam. Perempuan yang biasanya lembut dan penuh kasih itu, entah kenapa jadi begitu egois sekarang. “Ibu, Aku sudah membulatkan tekad. Aku tidak bisa menerima Pak Faqih. Bisa saja Aku paksakan buat nerima dia, tetapi itu hanya akan membuat perasaan dia luka.” Aku berucap lirih, tetapi pasti. Berharap Ibu bisa paham apa yang kurasakan sekarang. “Apa karena Dion?” Pertanyaan Ibu terlontar begitu saja. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 25

    “Bibi saranin, uang itu kamu investasikan! Nanti kalau ada rampok malah bahaya!” tekan Bibi Inka seolah menakut-nakutiku. Eh, kok mainnya ngancam, ya? “Duh, mana ada Bibi … honornya film juga kecil dan belum cair. Ya, namanya juga aku masih pemula, belum punya nama. Dihargai seberapa juga aku ambil. Uangnya gak akan cukup buat investasi sebanyak itu, Bibi.” Aku memasang wajah serius. “Eh, masa, sih? Kamu jangan bohong, Yu! Bibi pernah baca artikel kalau honor novel yang diangkat ke layar lebar itu bisa sampai ratusan juta, loh!” Bibi Inka mendelik. Kenapa pula jadi dia yang maksa. Aku, tetap harus tenang dan tersenyum manis terhadapnya. “Beneran lah, Bibi! Sekarang saja kami malah jualan nasi uduk. Kalau pegang duit ratusan juta, ngapain lagi harus susah-susah seperti ini?” Aku menunjukkan pada sisa panci yang masih tertumpuk di ujung meja bekas jualan.Bibi Inka tampak cemberut, dia menoleh pada suaminya lalu tampak berbisik. Tak berapa lama dia berpamitan dengan raut wajah kece

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 26

    Pov Dewi Semenjak pulang dari acara talk show, pikiranku semakin tak nyaman. Apalagi Tante Lani tampak lebih banyak diam dari pada berbicara. Bahkan beberapa kali aku memanggil, tampak sekali dia tak fokus. Aku semakin ketar-ketir, apalagi status aku dan Dion masih belum jelas ujung pangkalnya. Dia hanya tengah mengajukanku pada Om Subekti sebagai calon istri Dion. Namun, Om Subekti seperti tak menanggapi. Masa iya aku harus nangis-nangis minta bantuan Mama?Syuting minggu ini tak terlalu padat. Memang tak padat, sih, sebetulnya. Aku hanya sering menghabiskan waktu saja di luaran dengan nongkrong bareng Salsa dan Mirna lalu info ke orang rumah kalau lagi syuting. Pekerjaan yang bebas ini, membuat hidupku semakin menyenangkan. Hal ini pastinya akan sempurna jika aku bisa bersanding dengan Dion. Siang ini aku tengah berada di sebuah cafe bareng Mirna dan Salsa. Aku harus mencari ide agar citra Ayu rusak di depan Tante Lani dan Om Subekti.“Duh, aku beneran lagi bingung. Masa iya Tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-02
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 27

    Kalau bukan karena desakkan Mas Subekti, aku malas sekali memenuhi permintaan mereka. “Mama lihat ‘kan, gadis yang selalu Mama anggap kampungan dan udik itu bahkan memiliki prestasi luar biasa! Bahkan dalam acara talk show kemarin, Papa bisa lihat seberapa luas pemikirannya dan dewasa juga sikapnya!” tukasnya satu hari setelah acara talk show itu terjadi. Sial, bukannya dia memuji penampilanku di depan kamera. Justru dia malah terus-menerus memuji gadis kampung itu. “Dia hanya beruntung, Pa! Kalau Mama lihat, jauh lebih mentereng karir Dewi lah, Pa! Apalagi jelas Dewi ini anak sahabat Mama! Jadi sudah terjamin babat, bibit dan bobotnya!” Aku, seperti biasa akan membela Dewi di depannya. “Jangan Mama pikir Papa gak tahu latar belakang pernikahan sahabat Mama itu! Papa bukan orang bodoh ketika dikatakan Dewi dilahirkan prematur pada bulan ketujuh pernikahan orang tuanya! Papa punya mata, seperti apa bayi prematur dan bukan? Jadi jangan mentang-mentang Dewi anak sahabat Mama, lalu se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-02

Bab terbaru

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 73 (end)

    Suara tangisan bayi terdengar nyaring ketika aku dan Bang Zayd baru saja menginjakkan kakinya di rumah sakit. Senyum pada bibirku terkembang sempurna. Akhirnya adik yang kutunggu-tunggu sejak dulu, kini sudah ada. Meskipun, jaraknya teramat jauh. Dia akan menjadi paman kecil putriku. “Tuh, tadi kelamaan wara-wiri, pas datang sudah lahiran!” tukas Bang Zayd. “Ya, kan beli-beli dulu, Bang. Kalau gak aku, siapa? Ibu kan punya anaknya satu saja.” Aku mendelik ke arahnya. Namun baru saja aku mengatupkan bibir. Dari arah berlawanan tampak anak-anak Pak Hakim muncul sambil menenteng paper bag juga. Tak kalah banyak pula dariku. “Hay, Syfa!” “Hay!” Aku melambaikan tangan juga ketika Bang Zayd menyenggol lenganku sambil berbisik, “Kamu gak sendiri, Syfa. Tuh, sekarang ada mereka.”“Iya, Bang. Keknya gegara kemarin makan mie instan, kecerdasanku langsung berkurang.” “Eh, kamu makan mie lagi?” “Duh, keceplosan. Sekali lagi doang, Abang … kan waktu itu malah Abang habisin.” Lalu obrolan i

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 72

    “Oh, ya? Ibu serius?” Aku terkejut senang. Ibu baru saja mengabarkan jika Bapak, Mama Renita dan Mbak Merina datang ke rumah. “Ya seriuslah, Syfa. Ibu juga sampai kaget. Gak nyangka.” Kudengar Ibu menjawab disertai kekehan. Duh senang rasanya mendengar nada bicara Ibu yang riang dan ringan. Hidupnya kini tampak lebih menyenangkan. “Tulus gak tuh minta maafnya? Tumben?” tanyaku lagi. Jujurly, aku tak percaya. Kok semudah itu mereka meminta maaf. Apakah insiden kemarin benar-benar membuatnya tobat? Aku memiringkan kepala untuk menjepit ponsel yang kuletakkan di antara bahu dan telinga. Sementara itu, satu tanganku sibuk mengaduk mie instan. Rasanya aku sudah tak tahan lagi mencium wangi yang menguar ini. Mumpung Bang Zayd gak ada. Akhir-akhir ini, aku berasa di penjara. Bang Zayd protektif banget. Mau ini, gak boleh, itu gak boleh. Padahal dokter juga bilang kalau sesekali gak apa-apa. “Semoga saja tulus, Fa. Alhamdulilah kalau mereka sudah sadar. Mungkin kejadian kemarin yang membu

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Sesion 2 - Bab 71

    Merina duduk tepekur di ruang tengah. Sudah dua hari berlalu dari kejadian memalukan di hotel itu, Merina sama sekali tak mau keluar. Dia terus-terusan mengurung diri di dalam rumah. Mentalnya tak kuat menghadapi ocehan dan cemoohan para tetangga.“Gak nyangka, ya! Ayahnya dokter, tapi anaknya mau-maunya jadi pelakor! Untung gagal nikah, ya!” “Iya, kasihan sekali istri pertamanya. Kemarin katanya pas datang ke acara itu lagi hamil besar, ya? Saya gak dateng kemarin soalnya.” “Iya Mbak e. Ya ampuun. Kita saja kaget dan shock. Apalagi pas tahu, itu duit yang dipake buat pesta, ternyata duit mertuanya si cowok!”“Masa, sih, Mbak? Gila, ya! Bener-bener itu janda bodong. Gak punya hati banget. Pasti dia goda habis-habisan itu cowok biar nempel! Gak nyangka, ya! Si Merina itu padahal anak dokter, ya!”Kalimat-kalimat cemoohan. Baik yang tak sengaja dia dengar, maupun tanpa sengaja dibacanya dari status WA dan sosial media, benar-benar merusak mood Merina. Semua menyalahkannya. Semua menyu

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 70

    “Kami datang, sekalian mau sebar undangan, besan!” Mama Renita berbasa-basi pada Mami Ayu. “Oh, ya? Selamat kalau begitu! Kapan acaranya?” Mami Ayu menatap Mama Renita dengan penuh senyuman. “Semingguan lagi dari hari ini. Besan wajib dateng, ya. Kami merayakannya lebih mewah dari pada yang dulu-dulu.”“Inysa Allah.” Aku hanya mendengarkan obrolan Mama Renita dengan Mami Ayu. Tetiba saja Mama Renita bilang besan, padahal kan yang besanan sama Mami Ayu, cuma Ibu. Kenapa pula dia ikutan ngaku-ngaku. Dia pun sama sekali tak menyapa Ibu, malah sibuk terus dengan Mami Ayu dan keluarganya. Ibu datang menyambut hanya bersalaman saja. Dia terus ngajak ngobrol lagi dengan Mami Ayu dan mengabaikan Ibu, aneh.“Alhamdulilah, calon suaminya sekarang itu dokter. Memang kalau keluarga dokter, coocknya sama dokter,” tukas Mama Renita sambil tertawa sumbang. Kulihat Mami Ayu merangkulnya penuh rasa persahabatan lalu mengajak Mami Renita menjauh. Ah, sayang … padahal aku tengah turut serta mendengar

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 69

    “Aish, gak akan bisa! We!” Aku makin senang menggodanya. Namun, aku yang lengah menubruk tubuh orang lain sehingga akhirnya Bang Zayd yang menang. Tanpa kusangka dia membopongku dan langsung membawa lari menuju cottage. “Siap-siap, Sayang!” bisik Bang Zayd yang membuat aku merinding. Suaranya berebutan dengan desau angin. Senyum pada bibirku mengembang bersama wajah yang terasa memanas. Mungkin sudah merona merah ketika langkah demi langkah akhirnya membawa kami ke cottage. Derit pijakkan lantai kayu terdengar. Bang Zayd membuka pintu dengan sikunya, lalu menjatuhkan tubuh kami sama-sama ke pembaringan. “Masih mau lari?” bisiknya. Sangat dekat sehingga degup jantungku berpacu sangat-sangat cepat. Meskipun bukan pertama kali, tapi berdekatan dengannya selalu seperti ini.*** “Ehm, Asyfa?!”Tangan Bang Zayd menguyel-uyel ujung hidungku, membuat bayangan romantis yang sedang kukenang berhamburan. “Ish, Abang!” Aku mendelik ke arahnya, sebal. Bisa-bisanya dia memanggilku di saat aku s

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 68

    Sebuah surat undangan kudapatkan. Arlia, gadis yang pernah membuatku cemburu pada Bang Zayd itu, ternyata berjodoh dengan Bang Irfan. Aku menggeleng sambil tersenyum sendirian menatap sepasang nama mempelai pada kartu undangan. Arlia dan Irfan. “Kenapa senyum-senyum sendiri, hmm?” “Eh, Abang. Ini … hanya pernah ingat dulu.” Aku menyimpan surat undang yang Bang Zayd bawa. Dia tak menyahut dan berlalu begitu saja, meninggalkanku dari sofa bed yang ada di ruang keluarga dan ngeloyor ke kamar. “Eh, kok kayak gak suka, ya?” Aku mengedik saja, lalu merebahkan tubuh. Syukurlah Bang Zayd ke kamar, jadinya aku bisa bebas tiduran. Tontonan yang tadi dia pindahkan pun, aku kembalikan pada tayangan semula, acara kartun yang sesekali membuatku tertawa. Cukup lama, Bang Zayd tidak kembali. Perlahan aku menguap karena rasa nyaman ini. Lalu tiba-tiba aku berada di suatu tempat yang indah. Aku sedang berada di sebuah kapal pesiar dan menikmati hembusan angin pantai ketika tiba-tiba ada seorang l

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 67

    “Apa? Zayd mau menikahi Karina?” Kali ini Mami Ayu yang terkejut. “Kalau gak salah dengar sih, iya, Mami. Syfa ke sini mau minta pendapat Mami. Baiknya kami gimana?” Mami Ayu tak menjawab pendapat Asyfa, tapi dia langsung menoleh pada Ainina sambil bicara, “Ai, telepon Abang kamu sekarang! Panggil ke sini! Biar semua masalah bisa jelas ujung pangkalnya!” Ainina sigap mengambil ponsel lalu menelpon Zayd. Sementara itu, Tante Harum dan Azriel berpamitan. “Jangan lupa, ya, datang nanti ke pernikahan Arlia, Syfa!” Tante Harum menepuk pundak Asyfa. Dia dan Azriel sudah berdiri untuk berpamitan. “Inysa Allah, Tante!” Asyfa tersenyum dan mengangguk sopan. Dia bukan tipe pendendam. Yang dulu-dulu dan sudah berlalu, ya, sudahlah. “Semoga segera dapat momongan, ya! Doakan juga Arlia agar bisa memiliki keturunan,” tukasnya dengan senyuman getir. Tiba-tiba ada perasaan aneh di hati Asyfa. Entah kenapa, dia merasa bersalah karena dulu tak berempati ketika mendengar jika Arlia akan sulit men

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 66

    Pov 3Asyfa menatap kartu debit yang dipegangnya. Reza melarangnya membayar. Lelaki itu sudah beranjak setengah jam yang lalu, tapi dirinya masih duduk termenung di saung lesehan itu. Entah kenapa, tiba-tiba Asyfa merasa malas untuk beranjak. Dunianya terasa asing, sunyi dan senyap. Rasa takut sendirian kembali datang. Memori waktu kecil terasingkan berlarian. Gegas dia beranjak pulang. Rupanya di rumah sudah ada Ainina dan Caca yang menunggunya. Kedua gadis itu tampak sumringah ketika kakak iparnya datang. “Mbak habis dari mana, si?” oceh Ainina sambil memeluk Asyfa singkat. Begitupun dengan Caca. “Habis dari rumah Ibu.” Asyfa menjawab datar lalu mengajak dua adik iparnya masuk. “Bang Zayd panik tahu, Mbak. Dia telepon Ibu, katanya Mbak Syfa sudah pulang, telepon si BIbi, belum sampe. Kamilah jadi diutus kemari.”Aku terkekeh, lalu menyuguhkan minuman dari lemari es untuk dua adik iparku, lalu duduk pada sofa dan mengambil satu biji softdrink. “Tumbenan juga sekhawatir itu.” Aku

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 65

    Pov 3Reza sedikit panik ketika mendengar kabar kecelakaan itu. Kemarin malam tepatnya, tapi dia sedang di Jakarta, masih ada pemotretan. Akhirnya baru pagi tadi dia sempat menjenguk gadis kecil di ruang ICU itu. Ketika dia berkunjung tadi, tampak kondisi gadis kecil itu sudah membaik. Reza pun tak lama di sana, dia gegas beranjak pergi lagi. Reza belum bisa show up tentang hubungan yang sudah dirancang oleh dua keluarga besarnya dengan perempuan pilihan Mama Pinah itu sekarang. Bagiamanapun, Reza belum resmi bercerai. Dia masih menjadi suami sah dari Merina. Pikiran Reza yang semrawut karena perseteruan Merina dan mamanya yang terjadi hampir di setiap detik, membuatnya enggan pulang. Apalagi ketika tiba di rumah, yang ada hanya rumah semrawut, dan pakaian kotor berserakan. Reza yang lelah butuh ketenangan. Dia pun akhirnya mampir dulu ke sebuah rumah makan. Letaknya yang strategis membuat rumah makan tersebut selalu ramai. Namun, ketika Reza hendak mencari tempat duduk ketika tiba-

DMCA.com Protection Status