DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 14Tania diam dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, Anton selama ini tidak pernah bicara apa-apa mengenai janjinya pada wanita yang kini tengah duduk menikmati makanan yang sudah tersaji di meja."Silahkan diminum, Nyonya." Juminten meletakan dua gelas minuman teh di meja. Untuk Alma dan juga Sukma. Sukma yang telah lebih dulu duduk, langsung meminum teh yang sudah dihidangkan. Mencomot pisang goreng dan beberapa gorengan lainnya. Sukma memang selalu mengatakan bahwa dia seorang yang kaya raya. Namun jika sudah kaya, kenapa masih mengincar warisan mendiang kakaknya. Bukankah Anton dan juga Tania jauh lebih berhak. Di akan mendapatkan warisan tersebut jika Anton dan mendiang Melani tidak memiliki anak. Meskipun jika memberikan sebagian pada Sukma bukanlah suatu kesalahan. Ah, manusia memang tempatnya serakah dan juga iri dengki jika melihat orang lain lebih dari dirinya. Meskipun itu saudara sedarah. Benar bukan?Sedangkan Alma kini ikut menjatuhkan b
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 15"Mama ikut, mama juga mau membantu!""Memangnya Mama bisa bantu apa?" tanya Satria dengan menaikan nada bicara satu oktaf.****"Mama bisa bantu meyakinkan Lidia, untuk menjadikanmu suami yang baik." "Maksud Mama? Aku akan menikah dengan Lidia begitu? Kalau aku menikah secepat itu bagaimana dengan omongan orang-orang. Mereka pasti mikir yang enggak-enggak soal Satria!"Astaga, bukannya memang benar adanya. Jika Satria memang bukan lelaki baik-baik."Iya juga ya." Mia kini kembali berpikir. "Pokoknya, Mama ikut." Mia kembali berteriak kemudian berjalan dengan cepat, mengikuti Satria yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju mobil. Satria memang sosok lelaki yang haus akan kekayaan. Dia akan melakukan berbagai macam cara untuk membuat setiap usahanya berjalan lancar. Contohnya Lidia, dia tidak segan-segan merayu wanita itu. Agar dia bisa mendapatkan perlindungan dari Ayah Lidia, yang notabenenya seorang aparatur negara.Tania pun begitu adanya. Dia mendekat
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 16Tania mengerjapkan kedua matanya. Melihat sekeliling ruangan lalu tersenyum. Dia menghirup oksigen di pagi hari sebanyak-banyaknya lalu membuangnya perlahan."Alhamdulilah, terima kasih ya Allah, Engkau masih memberikan nikmat sehat dan juga umur di pagi ini," ucap Tania dengan menangkupkan kedua tangannya ke wajah. Tania bergegas pergi ke kamar mandi. Membersihkan diri lalu mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajibannya. Meskipun Tania belum menutup rambutnya dengan hijab, namun wanita itu tidak pernah meninggalkan sholat, bersedekah dan juga sering kali mengaji. Hanya saja Tania butuh keberanian untuk melakukan perubahan besar itu.Sudah cukup lama, dia tidak bertemu maupun berbicara dengan Satria. Sekitar sebulan lebih, Tania pernah mendengar kabar bahwa Satria bangkrut. Dia harus menutup semua restorannya dan juga penginapan yang dimiliki. Karma? Apakah ini karma? Mengkhianati Tania demi sebuah kepuasan duniawi? Tapi sayang sepertinya Tuhan jauh lebi
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 17"Nyonya Alma?" sapa Juminten ketika melihat wanita itu tengah berdiri diambang pintu. Bukan karena dia Alma, tapi penampilan Alma yang jauh berbeda membuat Juminten terkejut bukan main. Pakaian yang minim dan juga ketat. Kini berubah menjadi gamis yang menjuntai, ditambah hijab syar'i memberi kesan anggun bagi pemakainya."Mbok," ucap Alma berkali-kali. Membuat Juminten terkejut."I-iya, Nyonya.""Bapak ada?" tanya Alma dengan sopan. Entah mengapa ada yang berbeda dari wanita ini. Apakah dia benar-benar berubah atau hanya bersandiwara. Karena hampir sebulan lebih wanita ini tidak tinggal di rumah ini. Terakhir datang ke rumah itu, beberapa hari yang lalu. Namun pakaiannya belum seperti ini. Ada apa dengan Alma? Apakah dia sudah benar-benar bertaubat, apa justru ada maksud lain dari caranya berpakaian. "Tidak ada, Nyonya. Baru saja pergi sama Mbak Tania.""Ya, sudah. Saya permisi dulu!""Wah … wah, ada yang berubah?" Tiba-tiba terdengar suara cempreng yang k
CINTA IBU SAMBUNGBAB 18"Ow, iya. Mama lupa kalau kamu sama Satria sudah tidak bersama lagi. Tapi Mama selalu berdoa yang terbaik untuk kamu dan juga Satria. Harapan Mama kalian bisa kembali bersatu!""Maaf, Tante. Jika Tante datang kemari untuk meminta Tania kembali pada Mas Satria. Tania mohon maaf, Tania sedang sibuk!" ****Raut wajah Mia terlihat berubah. Ada rasa kecewa ketika mendengar ucapan Tania baru saja. Padahal ada harapan besar baginya untuk meminta Tania kembali pada Satria. Meskipun dia sadar, kesalahan Satria amat besar. Bermain serong dengan Ibu sambung calon istrinya. Andai Satria bukan anak kandungnya sendiri, mungkin sudah dicaci oleh Mia. "Nak Tania, kenapa kita tidak bicarakan semua baik-baik. Kita bisa memulai semuanya dari awal. Satria sudah berubah, Mama yakin dia akan menjadi suami yang baik untukmu!"Astaga, wanita itu tidak pernah putus asa. Tidak menyerah untuk meminta Tania kembali dengan Satria."Kembali? Dengan putera Tante?" tanya Tania tidak percay
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 19"Ow jadi ini pemilik butik ini?" sahut laki-laki itu yang terlihat begitu marah."Iya, saya sendiri. Kenapa ya, Mas?" tanya Tania, alisnya saling bertautan. Kebingungan mendapati laki-laki itu sudah merah padam.***"Adik saya kemarin pesan baju disini, karena pernikahannya gagal jadi saya minta mengembalikan uang muka. Tapi Mbaknya ini bilang uang muka sudah tidak bisa di ambil!""Maaf, Mas. Tapi memang seperti itu aturannya, kita akan meminta uang muka untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya seperti ini, uang muka yang sudah masuk pada kami tidak bisa di kembalikan. Memangnya kapan seharusnya baju itu jadi, Mbak? Tolong kamu cek!" Tania terlihat meminta salah satu karyawan nya memeriksa kapan seharusnya baju itu selesai."Minggu depan, Mbak Tania.""Ok, terima kasih. Mas dengar sendiri kan, bahwa baju yang Adik Anda pesan sudah hampir selesai. Jika Anda membatalkan sepihak seperti ini dan secara mendadak, bagaimana dengan kerugian saya? Sia
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 20"Ada apa, Kang?" tanya Juminten, wanita itu mengejar Udin setelah mematikan semua kompor nya."I-itu, Yu." jawab Udin dengan terbata-bata.***"Haduh, Kang. Kacanya pecah, gimana ini?" tanya Juminten sembari meremas kain lap yang sedari tadi dibawanya."Mana saya tahu, Yu? Sepertinya dilempar batu." Udin segera berlari keluar pagar, berharap masih bisa melihat siapa pelakunya. Namun sayang, tidak ada satu orang pun yang terlihat di jalanan."Ini kita diteror namanya! Seperti yang ada di sinetron-sinetron ikan terbang!""Hust, ngawur kamu itu, Kang. Jangan bikin saya takut!" "Ada apa ini?" Tiba-tiba Sukma datang dari dalam rumah. Seketika dua orang itu menoleh ke arahnya."Ini, Nyonya. Ada yang melempar batu. Kena kaca," jawab Udin sembari terus saja memandangi kaca yang berserakan."Lha itu apa ya?" Udin menghampiri, berniat mengambil sesuatu yang dilihatnya seperti batu yang dibungkus kertas. Namun alangkah terkejutnya Udin, ketika Sukma langsung menyahut
CINTA IBU SAMBUNGBAB 21Semua yang ada pada meja makan diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya terdengar sendok dan garpu saling beradu. Sesekali aku melirik ke arah Ayah, lalu Alma berganti dengan Tante Sukma. Benarkah setelah malam ini semuanya akan berubah? Apakah Ayah akan kembali pada wanita itu? Ah, rasanya rumah ini akan kembali seperti dulu. Aku menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Meletakan sendok dan garpu diatas piring kosong. Meneguk air putih yang sudah disiapkan Simbok. "Sup nya masih banyak, kamu nggak nambah, Tania? Itu kan makanan kesukaan kamu!" tanya Alma. Membuat aku mengarahkan pandangan kepadanya. Ada rasa malas untuk menjawab. Namun Ayah menatapku, memberi isyarat bahwa aku harus menjawab pertanyaan wanita itu."Sudah kenyang!" jawabku apa adanya."Sok baik!" sahut Tante Sukma dengan nada sedikit ketus. Aku tahu itu ucapan yang sengaja ia tujukan pada Alma. Karena selama ini Alma jauh dari kata baik, perubahannya yang begitu cepat. Justr