Yasmin tersenyum lega, melihat dua orang dihadapannya yang juga terlihat sama leganya. Tak disangka ternyata Arina juga tak menginkan pernikahan ini. Begitu ucapan Damar padanya lewat percakapan di ponsel malam tadi.Meski agak heran, sebab ini pertama kalinya Yasmin melihat suami istri berpisah hanya dengan kata talak tanpa disaksikan oleh keluarga mereka, namun kata-kata Arina yang mendo’akan Damar dan dirinya bahagia, cukup membuat hati Yasmin juga ikut lega. Dia bukan menjadi duri dalam rumah tangga orang lain kan. Sebab Yasmin pun tak mau bila dicurangi.“Semoga mas Damar dan Mbak Yasmin, bahagia.” Begitu ucap Arina sebelum keluar rumah sambil menggeret kopernya. Ucapan yang Yasmin balas dengan senyum tulus, dan berharap Arina segera menemukan kebahagiaanya juga.Gemuruh hujan mengiringi kepergian Arina. Yasmin yang khawatir sebab gemuruh hujan nampak tak ramah, buatnya meminta Damar agar mengizinkan Arina menginap malam ini di rumah kekasihnya itu, toh selama jadi suami istri Ya
“Eh, maaf, Mas.” Yasmin terburu melepaskan diri dari pelukan tangan kekar milik Arzan. Segera ia hampiri bang Sofyan yang nampak mabuk berat, takut sqaja Yasmin jangan sampai bang Sofyan muntah di sofa warna hitam itu. Malah semakin berabe nanti bersihkannya. Namun outher kimono yhang panjang itu buat Yasmin hampir terjungkal untuk kedua kali. Kaki jenjangnya tak sengaja menginjang ujung kimono satin warna saleem itu,“Aduuhh…” Yasmin mengadu, tubuhnya bahkan sudah menabrak sofa tunggal yang ditaruh di bagian tengah dekat meja kaca ruang tamu itu.“Yasmin, hati-hati!” peringat Arzan dengan suara cukup keras. Terdengar seperti membentak Yasmin.“Maaf, Mas.” Ucap Yasmin cepat. Sedikit kaget gadis ini mendengar nada suara Arzan tadi. Lalu segera ia hampiri bang Sofyan dang mengarahkan baskom untuk abangnya itu muntah.“Hooekk, hooek.” Dua kali terdengar suara Sofyan muntah. meski sedikit jijik dengan muntahan abangnya, namun Yasmin tetap telaten mengurus saudara laki-lakinya itu. Ia usa
Yasmin hanya diam berurai air mata, dirinya yang tadi meluapkan kemarahan pada bang Sofyan kini balik mendapatkan amukan amarah dari abangnya itu. Sementara Arzan yang menyaksikan Yasmin terduduk di sofa depan TV, ikut terenyuh melihat gadis itu berurai air mata. Ingin rasanya Arzan menghajar Sofyan yang tak henti membentak dan menyuruh Yasmin yang tidak-tidak. Dia yang berjudi dan berutang, tapi Yasmin yang mendapat amukan amarahnya. Arzan sudah lama tahu dengan kelakuan Sofyan yang kerap berjudi, bahkan ia berjudi menggunakan uang perusahaan yang membuatnya hampir bangkrut sekarang. Itu sebabnya Yasmin tak ia bolehkan untuk terjun dan ikut mengelolah perusahaan. Agar kelaukan buruknya tak diketahui oleh adik perempuannya itu.Namun yang namanya bangkai, serapat apapun cara menyimpannya suatu saat akan ketahuan juga. Dan inilah waktunya sekarang, Yasmin mengetahui semuanya. Perusahaan peninggalan orang tuanya yang nyaris bangkrut akibat perbuaatan judi yang kerap bang Sofyan lakukan
Arzan tak ingin berlama-lama menunda kehalalan hubungannya dengan Yasmin. perasaan yang telah ia pendam lama dan status dudanya yang sudah ia jalani hampir tiga tahun ini, membuatnya segera melamar gadis pujaannya itu.Hari minggu adalah waktu yang ia sepakati dengan Yasmin dan bang Sofyan untuk datang melamar gadis itu secara resmi. Yasmin yang tak memiliki banyak keluarga dan terlalu akrab dengan keluarga besar mereka, membuat acara lamarannya hanya dihadiri bang Sofyan dan istrinya juga paman dan bibi dari mamanya dua orang dan kakak tertua ayahnya beserta istrinya. Ayah Yasmin kebetulan Cuma dua bersaudara, untuk sepupu-sepupu dari pihak ayahnya kebanyakan tinggal dan membuka usaha di pulau Papua.Seminggu setelah pertunangan langsung dilaksanakan akad nikah yang sederhana sesuai keinginan Yasmin.Yasmin nampak, anggun dan cantik dengan gaun pengantin warna broken white yang dikenakannya. Sebelumnya, mamanya Arzan dan mbak Mia minta izin padanya, apakah dirinya boleh mengenakan hi
Yasmin berjalan kearah kamar mandi dengan menahan rasa perih diantara pangkal pahanya, yang membuat tak nyaman wanita dua puluh tujuh tahun itu.Semalam adalah pembuktian dan pembaktian diri Yasmin pada suaminya. Noda merah pada seprei menjadi tanda bila Arzan lah pria pertama yang menyentuhnya secara intim, meski dulu pernah sedikit khilaf bersama Damar di masa lalu. Tak ada manusia yang luput dari dosa, termasuk Yasmin dan Arzan. Masing-maisng punya masa lalu, namun tekad yang kuat untuk mengubah diri pada hal yang lebih baik buat keduanya tak lagi seperti dulu.Arzan pun sudah berjanji aga sebisa mungkin menjauhi minuman hara yang dulu kerap menemanimalam-malamnya, sebab kini ada istri yang cantik dan lemah lembut yang akan membersamainya setiap malam dan setiap hari.Yasmin segera mandi wajib sebab azan subuh sudah berkumandang. Ia mandi dengan pelan, sebab tak ingin keributannya di kamar mandi mebuat suaminya terbangun. Percintaan semalam yang terulang sampai tiga kali, buat Arz
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t
Lalu suara seorang perempuan mengalihan perhatian keduanya.“Mas Arzan.” Rupanya Leli, mantan adik ipar Arzan. Adik bungsu Shella yang menyapa keduanya. Leli sudah lulus SMK yang dulu Arzan ikut biayai sekolahnya. Entah kuliah entah tidak, Arzan sudah tak pernah mendengar kabar keluarga istrinya.Arzan bertaut alis sejenak, untuk memastikan penglihatannya. Rambut sebahu dan rok hitam selutut serta kemeja lengan pendek warna putih, buat Arzan sedikit pangling dengan mantan adik iparnya itu.“Leli,” tebak Arzan, sambil memeluk pinggang istrinya. Yasmin pun sedikit berkerut alis, sebab tak mengenal perempuan yang menyapa suaminya itu.“Iya, Mas. Leli sekarang kerja disini. Di gerai pakaian sebelah.” Ucap leli sambil menunjuk toko pakain yang juga terkenal namun sepi pengunjung.“Oh, Leli tak kuliah? Tanya Arzan lagi.“kuliah, Mas. Ambil kelas malam. Biar siangnya bisa kerja. Kasihan ibu kalau Leli tak kerja, Mas. Sekarang sudah tak ada mas Arzan yang bantu ekonomi kami.” Ucap Leli deng
Yasmin terhenyak sesaat, saat melihat siapa yang berdiri di depan lift. Membuang pandang dengan wajah yang terlihat menahan marah pada Damar dan Arina, lalu ia eratkan genggaman di tangan suaminya. Seperti sedang menahan dendam dan...luka.’ “Hati-hati, Sayang!” Arzan menahan tubuh Yasmin yang hampir terjatuh sebab tersandung di depan lift tadi, tak sengaja saat tatapannya bersirobok dengan mata bening milik Arina. Dua wanita yang pernah mengisi satu hati milik pria yang sama.“Maaf, Mas, aku nggak lihat.” Yasmin tarik dan kibaskan ujung gamis hijau mint bermotif bunga lilac yang di pakaianya. Belum berhijab, namun sebisa mungkin bila keluar rumah Yasmin menggunakan pakaian panjang, bahkan lebih senang menggunakan dress lengan panjang sekarang atau g
“Nakal, nggak anak ayah hari ini, hum?” Danu dekati dan mencium bertubi perut membola Abel yang tampak semakin membuatnya seksi. “Nakal, Mas, aku dibikin muntah sampai tiga kali.” Keluh Abel sambil bersandar di sofa ruang tamu rumah pribadinya. Hari ini cuti Danu akan berakhir, besok sudah harus balik lagi ke Papua. Untuk bekerja dan mengajukan surat mutasi, agar kiranya bisa dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta saja. agar tak jauh jika harus bolak balik melihat istri dan ibunya. Danu baru saja kembali, dia tadi habis mengecek pembangunan rumah kost-kostan yang didirikan di lahan yang dulu rumahnya berdiri. Mereka memutuskan tinggal di rumah peninggalan orang tua Abel. Gajinya yang lebih dari cukup di pertambangan juga penghasilan Abel dari membantu mertuan di toko baju, mereka gunakan untuk merenovasi rumah kecil Abel dulu, sekarang menajfi dua lantai dengan empat kamar. Dua kamar di atas, dan dua kamar di bawah. Abel merasa nyaman sudah kembali tinggal di kotanya, dekat dengan me
Hera terkejut bukan main, melihat laporan keuangan perusahaan yang ia rebut dari pak Subroto. Sudah lima bulan ini penghasilan mereka minus terus. Namun bulan ini yang paling parah, bahkan Hera sudah merumahkan sebagian karyawannya, karna tak adanya proyek yang didapat. Padahal suaminya, Arham sering dinas keluar kota demi melobi proyek di daerah.Hera mulai curiga pada ayah dari putranya itu. Benarkah selama ini Arham jalan dinas, atau jalan yang lainnya. Lalu diam-diam ia mulai menyelidiki tingkah laku suaminya di luar sana.Ia coba menelpon nomor suaminya namun lagi-lagi tidak aktif. Alasan Arham jika dinas luar, sinyal di daerah tersebut kurang bagus, harus ganti kartu lagi dengan provider yang berbeda, kilah Arham, saat Hera bertanya mengapa ponselnya tak aktif.Selain alasan sinyal kurang, tentu hantaman seks di kemaluan Hera, juga jadi senjata ampuh Arham untuk mengambalikan mood istrinya itu lagi. Istri yang ia bodohi setahun ini. Hera rela meninggalkan pak Subroto yang ulet b
Hari ini ada pengajian kompleks menyambut tahun baru hijriah. Pengajian dan ceramah di laksanakan di gedung serbaguna yang ta jauh dari kompleks itu, sengaja di lakukan di gedung sebab panitia mengundang banyak majelis taklim dan masyarakat sekitar.Ramai hari itu ibu-ibu yang hadir, semuanya nampak cantik dalam balutan busana muslimah. Tak terkecuali dengan Helena, ia ikut dengan saran ibu-ibu di kompleksnya agar mereka semua menggunakan gamis seragam pengajian mereka. Gamis panjang warna putih dengan jilbab lebar warna ungu muda. Helena nampak manis. Tadi sempat pak Subroto memberinya kecupan sayang di dahi dan bibirnya sebelum mereka turun dari mobil dan masuk ke gedung, sementara did alam gedung sana mereka harus berpisah. Pak Subroto dengan rombongan bapak-bapak dan Helena bersama ibu-ibu rombongan pengajian.Tak hanya ibu-ibu pengajiandi kompleks itu saja yang diundang, namun ada juga dari kompleks lain. Pokoknya ibu-ibu berdandan secetar mungkin. Ada yang sengaja datang memang
Sudah tiga bulan ini Bara terbaring di rumah sakit, akibat kecelakaan yang menimpanya. Kedua kakinya mengalami kelumpuhan, tangan sebelah kirinya mengalami patah tulang, alat vitalnya bahkan harus di potong karna tertancap beling tajam dari pecahan kaca depan, bahkan tulang lehernya harus dioperasi tiga kali agar bisa lurus kembali, jangan ditanya dengan giginya, hampir semua giginya hancur karna benturan yang sangat kuat tepat di bagian wajahnya. Wajah tampannya yang dulu memikat Helena dan perempuan lainnya kini hancur tak terbentuk, organ tubuhnya yang gagah dengan ukuran yang cukup panjang dan besar yang dulu ia gunakan untuk memuaskan perempuan lain dan bahkan buat Helena yang ingin setia pada pak subroto jadi selingkuh kiri kanan karna tergila-gila itu, kini sudah tak dapat ia fungsikan. Bahkan untuk buang air kecil dan besar saja Bara harus di bantu.Rasanya lebih baik mati saja daripada hidup namun menderita luar biasa seperti ini.Bara menangis tanpa bisa mengeluarkan suara,
Penolakan Firda pada Bara buat lelaki itu, tak lagi mengantar jemput Firda bila ingin pulang melihat anaknya. Bukan apa-apa, masa lalu Bara yang buruk dalam rumah tangganya jadi pertimbangan Firda untuk menerima pria yang agak mirip dengan almarhum suaminya itu.“Saya janda, Pak. Nggak enak kalau Bapak sering antarin saya, dan saya mohon, jangan ajarin Gavin lagi untuk manggil papa sama Bapak,” ucapan Firda tempo hari terngiang kembali di telinganya. Bara tak ingin memaksa, meski ada rasa tertarik pada Firda yang berwajah ayu itu. namun bayangan Gavin yang memanggilnya papa, buat hatinya menghangat dan tiba-tiba malam ini dia teringat dengan kandungan Helena. Bila ditarik waktunya, Helena sudah melahirkan tiga bulan lalu, begitu pikir Bara, namun mengapa wanita itu tak juga menghubunginya, padahal Bara yakin anaknya yang Helena kandung adalah benihnya, bukan benih bandot tua itu.Bara tiba-tiba tergelitik, ingin menghubungi nomor Helena, ingin menanyakan kabar bayi mereka.___________
Abel berdebar dengan hebatnya, saat ia menunggu suaminya di dalam kamar. Ini pernikahannya yang kedua, namun ini adalah pertama kalinya akan melewati malam pertama. Malam pertama dengan suami kedua ceritanya.Jam sepuluh pagi tadi Danu sudah menghalalkan Abel dalam akad nikah yang sakral dan begitu syahdu, status Abel yang sudah yatim piatu membuat banyak orang menitikkan air mata. Andai orang tuanya masih hidup, tentu mereka bahagia luar biasa, sebab yang meminang putrinya adalah pria baik-baik yang selama ini menjadi tetangga mereka sendiri, laki-laki yang begitu terjaga adabnya, meski godaan sebagai pekerja tambang juga luar biasa. Bukan hanya anak gadis, bahkan ada istri orang yang pernah terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Danu, namun laki-laki ini juga punya prinsip sendiri.Danu juga bukan laki-laki yang terjaga sholat lima waktunya, namun sebisa mungkin ia tetap menunaikan sholat yang bisa ia dapat. Sebab pekerjaannya sebagai mekanik alat berat di perusahaan tembaga
“Koq melamun terus, istriku.” Pak Subroto mendekati Helena yang baru saja selesai mandi dan keramas. Semakin hari kondisi tubuhnya semakin pulih dan fit, namun untuk hatinya? Entahlah.“Maaf , Pa. mama nggak denger.” Helena merasa tak enak hati. Beberapa bulan ini dia tak melayani pak Subroto dengan baik, meski minggu lalu mereka sudah menikah secara siri. Salah seorang kawan pak Subroto menyarankan demikian, agar tak menambah dosa keduanya. Tak ada juga hubungan intim diantara mereka sejak kejadian itu, kadang-kadang Helena merasa bersalah, sebab tak memenuhi kebutuhan batin pak Subrot.Kadang timbul rasa marah di hatinya pada Bara, entah marah karna apa, Helena merasa Bara tak bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan pada Helena selama ini, juga pada anak yang dia lahirkan, kadang Helena menangis diam-diam bila pak Subroto sudah berangkat kerja. Banyak hal yang membebani pikiran Helena, mulai dari perselingkuhannya dengan Bara, yang ia tahu betul bahwa pria itu adalah lak
Bara menjalani hari-harinya dengan perasaan yang begitu nelangsa. Sungguh penyesalan yang besar kini melanda hidupnya. Tak menyangka, perselingkuhannya dengan Helena akan membawanya pada titik terendah dalam hidup ini.Pria ini sungguh tak menyangka ia bisa menyia-nyiakan Abel, wanita baik dan begitu terjaga adabnya. Beberapa kali ia coba mengunjungi Abel, mulai dari sekadar menanyakan kabar hingga terang-terangan memintanya untuk rujuk. Namun Abel bukanlah wanita yang sama yang dulu hidup dengannya. Di jemari Abel melingkar cincin dengan hiasan safir biru, sebagai tanda ikatan dari Danu. Cincin yang begitu indah, dan membuat Bara jadi cemburu.Masih pantas kah Bara cemburu?Rasanya ia menjadi pria yang begitu egois, setelah melihat sendiri bagaimana Helena bermain api bersama pak Subroto di belakangnya, rasanya begitu ingin kembali membina rumah tangga yang tenang bersama Abel."Bel, balik sama aku, Kita bina rumah tangga kita lagi, percayalah aku, menyesali semuanya." ucap Bara saa
Flashback Hera dan Subroto“Aku nggak mau punya anak sama kamu ya. Kamu bikin aja sama perempuan lain!” Hera berteriak histeris dihadapan Pak Subroto, suaminya yang baru pulang kerja sore itu. usaha yang semakin menanjak sukses dengan puluhan tender proyek juga puluhan anak buah di kantor, buat pak Subroto semakin disegani oleh kawan maupun lawan usahanya di luar sana. Namun pak Subroto yang memang dasarnya senang hidup sederhana, tetap bersahaja dengan segala pencapaian yang sudah di raih. Sikap bersahaja dengan tubuh dan wajah yang terjaga di usia menjelang empat puluh tahun justru buat banyak perempuan lain tergila-gila padanya. Mulai dari anak SMU dan Mahasiswi yang terang-ternag menggoda hingga rekan kerja yang berusaha menarik perhatian pria dewasa ini. usia hampir empat puluh namun uban belum ada di rambutnya satupun.Tentu pak Subroto juga senang berolahraga dan mengkonsumsi vitamin demi kebugaran dan kesehatan tubuhnya.“Kenapa kamu nggak mau punya anak Hera?” keluh pak Subro