“Koq, marah sama mas?” Arzan mengejar Yasmin. Ia yakin istrinya sudah salah paham, bukan maksud Arzan tak menghargai Yasmin, hanya saja Arzan anggap membayar utang orang tua istrinya adalah bentuk tanggung jawab sebagai suami, sebab ia tahu bagaimana kesulitan keuangan yang bang Sofyan alami saat ini.“Aku, nggak marah.” Suara Yasmin bergetar.Arzan tersenyum ditariknya ke pelukan istrinya itu.“Maafin mas. Mas tak bermaksud buat Yasmin merasa tak di hargai, tapi kalau mas kasi tahu kamu kalau mau bayar utang papa, pasti sayang tak setuju.” Arzan kecupi dahi yang tak ingin mendongak padanya seperti biasa. Arzan tahu istrinya sedang sedih.Lalu suara isak Yasmin yang tertahan buat Arzan semakin eratkan pelukan, nanti besok baru ia ceritakan semua pada istrinya.“Kamu, beli aku ya, Mas?” tangisan Yasmin semakin kuat mengucap itu.“Astgafirullah, koq sayang ngomong gitu?” sedikit jengkel Arzan mendengar kata itu. “Sayang tahu, itu mas anggap sebagai tanggung jawab mas, sebab keuangan ba
Betapa terkejut Arina, saat mengetahui bila tadi Damar pulang ke desa dan mengajak Davian putranya turut serta. Dan setelah mendengar suara Damar yang terdengar marah, barulah Arina tersadar dari rasa egoisnya. Memang dulu Damar menyakitinya, namun ketulusan pria itu melamar dan menjadikan Arina sebagai istri kembali serta segala pengorbanan yang dilakukan, cukuplah menjadi bukti bahwa pria ini tulus mencintai dirinya. Lalu apa alasan Arina tak pernah membalas ucapan cinta Damar? Sedangkan di hatinya tak pernah hilangkan namar Damar Ganendra.“Kamu, harus ubah sifat kamu, sampai kapan kamu keras kepala dan bertindak labil pada Damar. Kamu sendiri yang menerimanya kembali, Nduk!” suara pak Sayuti terdengar kecewa. Sebab beliau tahu bila putrinya telah khilaf meninggalkan rumah tanpa seizin suaminya. Dan sedikit banyak tadi bercerita tentang sifat Yasmin yang tetap keras kepala padanya.Arina gamang. Benar-benar tak tahu bila keterlambatan Damar pulang akibat ia ke desa menjemput putra
“Pergilah dan kembali ke keluargamu bila kau tak tahan dengan kehidupan dan sikapku padamu. Kamu berhak bahagia.” Waldi berkata datar sambil menatap wajah ayu berkulit kuning langsat di depannya. Darah segar masih mengucur di tangannya. “Nggak Mas, aku senang disini, aku akan bertahan denganmu, mendampingimu bagaimanapun keadaan kamu nanti.” Karmila membersihkan darah di tangan suaminya itu. “Tanganmu terluka lagi Mas, selalu saja begini. Kapan kamu berhenti berkelahi Mas.” Karmila mulai membalut luka itu. Karmila membersihkan tangan lelaki pendiam namun temperamen yang hampir setahun ini menjadi suaminya.Waldi Haidar Meski temperamen namun tak pernah berbuat kasar pada Karmila. Perjodohan yang diminta oleh bu Ranti, mama Waldi disetujui saja oleh kedua orang tua Karmila yang tinggal di kampung dan hanya mengandalkan sepetak sawah. Alasan bu Ranti menjodohkan mereka agar Waldi tak disusupi perempuan nakal dari musuh – musuhnya, selain itu permintaan almarhum ayah Waldi, karna dul
Karmila menghangatkan makanan yang semalam belum sempat dimakan suaminya lalu menyiapkan semua di meja makan berpelitur coklat. Dengan rambut yang masih basah Karmila mendatangi kamar suaminya di lantai atas mengetuk dan menunggu dibukakan oleh pemiliknya, namun beberapa menit Waldi tak kunjung membuka. Karmila memutuskan mendorong pintu namun tak mendapati Waldi tidur ataupun di kamar mandi. Karmila beranjak keluar menuju ruang kerja yg berada di samping kamar utama itu. Setahun tinggal bersama membuat Karmila tahu kebiasaan Waldi Pria itu bila sudah di ruang kerja, terkadang tak keluar hingga berjam – jam, apalagi bila Ibrahim sang asisten datang, bisa dari pagi sampai pagi mereka di dalam sana, entah membahas apa. Kadang Karmila mendengar suaminya menelpon dan marah atau terkadang suara Ibrahim yang menelpon dan memaeahi seseorang. Apa mereka ini kumpulan orang pemarah atau bagaimana, Karmila bingung sendiri. Karmila jengkel sendiri melihat Waldi yang hanya menggunakan kaos sing
Mengingat percintaan panas yang diberikan suaminya tadi, Karmila jadi berfikir berapa banyak perempuan di luar sana yang sudah dipuaskan oleh suaminya ini.Seketika rasa sedih menyeruak dihatinya. Sementara makanan yang sudah dingin kembali tak dihidangkan lagi oleh Karmila, dia memilih masak makanan yang baru. Sop ayam dan ayam goreng tepung serta sambal dan lalapan dibuatnya untuk makan sore saja, tidak mungkin makan siang lagi, percintaan pertama mereka saja tadi selesai hampir jam dua, dan terburu sambil menahan nyeri Karmila mandi dan menunaikan sholat Dhuhur. Sementara Waldi tidur dengan nyenyaknya. Hal yang paling jarang didapatnya sekarang. Tidur nyenyak. __“Kar, kita beli baju online sajalah, ini panas banget.” Keluh Sukma yang siang itu duduk di gazebo belakang rumah Karmila. Mereka berdua akan datang ke pesta pernikahan kawan pengajian mereka. Faria namanya. “Ya udah terserah kamu, cari yang paling murah aja.” Karmila menimpali sambil menggeser bumbu rujak ke depan Sukm
Prang! Bunyi asbak yang terbuat dari kaca menabrak dinding beton menjadi hancur berkeping – keping.Kemarahan Devon kali ini tak bisa dibendung lagi, dia tak menyangka bila Waldi sudah mengantisipasi semuanya. Ruko empat petak yang disewakan pak Sanjaya, ayah Waldi semasa hidup pada pedagang suku bugis makassar yang menjual barang campuran dan pakaian ternyata sudah dibalik nama atas nama Waldi dan sudah didaftarkan dalam asuransi pula.Sia – sia anak buahnya membakar ruko itu. Karna sama saja mengganti bangunan ruko itu dengan uang tunai.Bukan Cuma itu anak buahnya yang berjumlah tujuh orang semalam, babak belur dihajar Waldi dan Ibrahim.Sejak kecil Waldi memang diajar beladiri oleh ayahnya untuk melindungi diri.“Kamu laki – laki harus bisa banyak hal dalam dunia ini, termasuk bela diri, dapat kamu gunakan untuk melindungi diri dan keluargamu suatu hari nanti.” Begitu kata pak Sanjaya suatu malam saat beliau mengajari Waldi, Davon dan beberapa sahabat Waldi. Semuanya masih berhub
“Saya minta maaf.” Waldi menghapus air mata Karmila saat sudah mendudukkan wanitanya itu di ranjang king size mereka yang berseprei berwarna saleem. “Aku ada salah apa Mas?.” Karmila masih menghapus air matanya. Terkejut bukan main tadi dibentak sedemikian rupa.“Jangan begitu lagi.” Waldi tak menjawab pertanyaan Karmila.“Iya nggak akan lagi beli minuman kalau jalan sama Mas.” Karmila masih sendu mengucap itu.“Bukan itu.” Sanggah waldi.Karmila bingung.“Jangan menangis lagi di hadapanku seperti tadi.”Karmila semakin bingung.“Saya tak suka melihat kamu menangis.”“Tapi Sayang yang bikin aku nangis.” Karmila ingat permintaan Waldi bila harus dipanggil sayang bila hanya berdua.Hati pria temperamen itu menghangat.“Saya janji tidak akan bikin kamu nangis lagi.” Waldi mengecup pipi yang dialiri air mata tadi.“Tanganmu juga terluka lagi, bisa sayang janji, pulang dengan tanpa terluka lagi?” Karmila menyentuh jemari yang menghantam tembok tadi.Waldi diam sesaat.“Maaf kalau itu belu
Suara motor dan mobil bersahutan, deruman gas dan decitan ban memekikkan telinga malam ini.Waldi yang memakai jaket kulit warna hitam dan celana jeans biru tua nampak siap menanti lawannya.Tak sendiri, namun ada Ibrahim dan Resa yang menemani dan beberapa anak buah berjaga di belakang gedung. Mereka sudah mengantisipasi, akan rencana jahat Davon.Sebenarnya timbul rasa khawatir tadi di benak Waldi saat meninggalkan Karmila di kamar mereka.Padahal dulu – dulu tidak demikian, mau malam ataupun subuh ditinggalkannya rumah dengan Karmila yang tidur sendiri di kamar belakang.Mungkin dulu rasa dan hasrat belum ada.Bila demikian, sungguhlah cinta mampu merubah seseorang seperti kata para pujangga dalam sajak – sajak cinta.Diciuminya tadi Karmila berulang – ulang bahkan masih sempat menyesap bibir mungil itu.“Perginya jangan lama,” ucap Karmila tadi sambil memperbaiki kerah jaket Waldi.“Iya.” Singkat saja jawaban Waldi.“jangan terluka lagi,” Karmila memegang kedua tangan suaminya lal
“Nakal, nggak anak ayah hari ini, hum?” Danu dekati dan mencium bertubi perut membola Abel yang tampak semakin membuatnya seksi. “Nakal, Mas, aku dibikin muntah sampai tiga kali.” Keluh Abel sambil bersandar di sofa ruang tamu rumah pribadinya. Hari ini cuti Danu akan berakhir, besok sudah harus balik lagi ke Papua. Untuk bekerja dan mengajukan surat mutasi, agar kiranya bisa dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta saja. agar tak jauh jika harus bolak balik melihat istri dan ibunya. Danu baru saja kembali, dia tadi habis mengecek pembangunan rumah kost-kostan yang didirikan di lahan yang dulu rumahnya berdiri. Mereka memutuskan tinggal di rumah peninggalan orang tua Abel. Gajinya yang lebih dari cukup di pertambangan juga penghasilan Abel dari membantu mertuan di toko baju, mereka gunakan untuk merenovasi rumah kecil Abel dulu, sekarang menajfi dua lantai dengan empat kamar. Dua kamar di atas, dan dua kamar di bawah. Abel merasa nyaman sudah kembali tinggal di kotanya, dekat dengan me
Hera terkejut bukan main, melihat laporan keuangan perusahaan yang ia rebut dari pak Subroto. Sudah lima bulan ini penghasilan mereka minus terus. Namun bulan ini yang paling parah, bahkan Hera sudah merumahkan sebagian karyawannya, karna tak adanya proyek yang didapat. Padahal suaminya, Arham sering dinas keluar kota demi melobi proyek di daerah.Hera mulai curiga pada ayah dari putranya itu. Benarkah selama ini Arham jalan dinas, atau jalan yang lainnya. Lalu diam-diam ia mulai menyelidiki tingkah laku suaminya di luar sana.Ia coba menelpon nomor suaminya namun lagi-lagi tidak aktif. Alasan Arham jika dinas luar, sinyal di daerah tersebut kurang bagus, harus ganti kartu lagi dengan provider yang berbeda, kilah Arham, saat Hera bertanya mengapa ponselnya tak aktif.Selain alasan sinyal kurang, tentu hantaman seks di kemaluan Hera, juga jadi senjata ampuh Arham untuk mengambalikan mood istrinya itu lagi. Istri yang ia bodohi setahun ini. Hera rela meninggalkan pak Subroto yang ulet b
Hari ini ada pengajian kompleks menyambut tahun baru hijriah. Pengajian dan ceramah di laksanakan di gedung serbaguna yang ta jauh dari kompleks itu, sengaja di lakukan di gedung sebab panitia mengundang banyak majelis taklim dan masyarakat sekitar.Ramai hari itu ibu-ibu yang hadir, semuanya nampak cantik dalam balutan busana muslimah. Tak terkecuali dengan Helena, ia ikut dengan saran ibu-ibu di kompleksnya agar mereka semua menggunakan gamis seragam pengajian mereka. Gamis panjang warna putih dengan jilbab lebar warna ungu muda. Helena nampak manis. Tadi sempat pak Subroto memberinya kecupan sayang di dahi dan bibirnya sebelum mereka turun dari mobil dan masuk ke gedung, sementara did alam gedung sana mereka harus berpisah. Pak Subroto dengan rombongan bapak-bapak dan Helena bersama ibu-ibu rombongan pengajian.Tak hanya ibu-ibu pengajiandi kompleks itu saja yang diundang, namun ada juga dari kompleks lain. Pokoknya ibu-ibu berdandan secetar mungkin. Ada yang sengaja datang memang
Sudah tiga bulan ini Bara terbaring di rumah sakit, akibat kecelakaan yang menimpanya. Kedua kakinya mengalami kelumpuhan, tangan sebelah kirinya mengalami patah tulang, alat vitalnya bahkan harus di potong karna tertancap beling tajam dari pecahan kaca depan, bahkan tulang lehernya harus dioperasi tiga kali agar bisa lurus kembali, jangan ditanya dengan giginya, hampir semua giginya hancur karna benturan yang sangat kuat tepat di bagian wajahnya. Wajah tampannya yang dulu memikat Helena dan perempuan lainnya kini hancur tak terbentuk, organ tubuhnya yang gagah dengan ukuran yang cukup panjang dan besar yang dulu ia gunakan untuk memuaskan perempuan lain dan bahkan buat Helena yang ingin setia pada pak subroto jadi selingkuh kiri kanan karna tergila-gila itu, kini sudah tak dapat ia fungsikan. Bahkan untuk buang air kecil dan besar saja Bara harus di bantu.Rasanya lebih baik mati saja daripada hidup namun menderita luar biasa seperti ini.Bara menangis tanpa bisa mengeluarkan suara,
Penolakan Firda pada Bara buat lelaki itu, tak lagi mengantar jemput Firda bila ingin pulang melihat anaknya. Bukan apa-apa, masa lalu Bara yang buruk dalam rumah tangganya jadi pertimbangan Firda untuk menerima pria yang agak mirip dengan almarhum suaminya itu.“Saya janda, Pak. Nggak enak kalau Bapak sering antarin saya, dan saya mohon, jangan ajarin Gavin lagi untuk manggil papa sama Bapak,” ucapan Firda tempo hari terngiang kembali di telinganya. Bara tak ingin memaksa, meski ada rasa tertarik pada Firda yang berwajah ayu itu. namun bayangan Gavin yang memanggilnya papa, buat hatinya menghangat dan tiba-tiba malam ini dia teringat dengan kandungan Helena. Bila ditarik waktunya, Helena sudah melahirkan tiga bulan lalu, begitu pikir Bara, namun mengapa wanita itu tak juga menghubunginya, padahal Bara yakin anaknya yang Helena kandung adalah benihnya, bukan benih bandot tua itu.Bara tiba-tiba tergelitik, ingin menghubungi nomor Helena, ingin menanyakan kabar bayi mereka.___________
Abel berdebar dengan hebatnya, saat ia menunggu suaminya di dalam kamar. Ini pernikahannya yang kedua, namun ini adalah pertama kalinya akan melewati malam pertama. Malam pertama dengan suami kedua ceritanya.Jam sepuluh pagi tadi Danu sudah menghalalkan Abel dalam akad nikah yang sakral dan begitu syahdu, status Abel yang sudah yatim piatu membuat banyak orang menitikkan air mata. Andai orang tuanya masih hidup, tentu mereka bahagia luar biasa, sebab yang meminang putrinya adalah pria baik-baik yang selama ini menjadi tetangga mereka sendiri, laki-laki yang begitu terjaga adabnya, meski godaan sebagai pekerja tambang juga luar biasa. Bukan hanya anak gadis, bahkan ada istri orang yang pernah terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Danu, namun laki-laki ini juga punya prinsip sendiri.Danu juga bukan laki-laki yang terjaga sholat lima waktunya, namun sebisa mungkin ia tetap menunaikan sholat yang bisa ia dapat. Sebab pekerjaannya sebagai mekanik alat berat di perusahaan tembaga
“Koq melamun terus, istriku.” Pak Subroto mendekati Helena yang baru saja selesai mandi dan keramas. Semakin hari kondisi tubuhnya semakin pulih dan fit, namun untuk hatinya? Entahlah.“Maaf , Pa. mama nggak denger.” Helena merasa tak enak hati. Beberapa bulan ini dia tak melayani pak Subroto dengan baik, meski minggu lalu mereka sudah menikah secara siri. Salah seorang kawan pak Subroto menyarankan demikian, agar tak menambah dosa keduanya. Tak ada juga hubungan intim diantara mereka sejak kejadian itu, kadang-kadang Helena merasa bersalah, sebab tak memenuhi kebutuhan batin pak Subrot.Kadang timbul rasa marah di hatinya pada Bara, entah marah karna apa, Helena merasa Bara tak bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan pada Helena selama ini, juga pada anak yang dia lahirkan, kadang Helena menangis diam-diam bila pak Subroto sudah berangkat kerja. Banyak hal yang membebani pikiran Helena, mulai dari perselingkuhannya dengan Bara, yang ia tahu betul bahwa pria itu adalah lak
Bara menjalani hari-harinya dengan perasaan yang begitu nelangsa. Sungguh penyesalan yang besar kini melanda hidupnya. Tak menyangka, perselingkuhannya dengan Helena akan membawanya pada titik terendah dalam hidup ini.Pria ini sungguh tak menyangka ia bisa menyia-nyiakan Abel, wanita baik dan begitu terjaga adabnya. Beberapa kali ia coba mengunjungi Abel, mulai dari sekadar menanyakan kabar hingga terang-terangan memintanya untuk rujuk. Namun Abel bukanlah wanita yang sama yang dulu hidup dengannya. Di jemari Abel melingkar cincin dengan hiasan safir biru, sebagai tanda ikatan dari Danu. Cincin yang begitu indah, dan membuat Bara jadi cemburu.Masih pantas kah Bara cemburu?Rasanya ia menjadi pria yang begitu egois, setelah melihat sendiri bagaimana Helena bermain api bersama pak Subroto di belakangnya, rasanya begitu ingin kembali membina rumah tangga yang tenang bersama Abel."Bel, balik sama aku, Kita bina rumah tangga kita lagi, percayalah aku, menyesali semuanya." ucap Bara saa
Flashback Hera dan Subroto“Aku nggak mau punya anak sama kamu ya. Kamu bikin aja sama perempuan lain!” Hera berteriak histeris dihadapan Pak Subroto, suaminya yang baru pulang kerja sore itu. usaha yang semakin menanjak sukses dengan puluhan tender proyek juga puluhan anak buah di kantor, buat pak Subroto semakin disegani oleh kawan maupun lawan usahanya di luar sana. Namun pak Subroto yang memang dasarnya senang hidup sederhana, tetap bersahaja dengan segala pencapaian yang sudah di raih. Sikap bersahaja dengan tubuh dan wajah yang terjaga di usia menjelang empat puluh tahun justru buat banyak perempuan lain tergila-gila padanya. Mulai dari anak SMU dan Mahasiswi yang terang-ternag menggoda hingga rekan kerja yang berusaha menarik perhatian pria dewasa ini. usia hampir empat puluh namun uban belum ada di rambutnya satupun.Tentu pak Subroto juga senang berolahraga dan mengkonsumsi vitamin demi kebugaran dan kesehatan tubuhnya.“Kenapa kamu nggak mau punya anak Hera?” keluh pak Subro