“Tu-an Patrick bukan saya yang mengantarkannya, Nyonya. Dia pergi naik taksi dan saya tidak mengetahui kenapa,” sahut sopir itu dengan sedikit gugup.Maureen menyimpan dalam hati rasa tidak percayanya. Ia menduga, kalau Patricklah yang meminta kepada sopirnya untuk berbohong. Dan ia tidak akan membuat sopirnya menjadi merasa bersalah.Maureen duduk diam memikirkan apa yang akan dilakukannya di restoran nanti. Hal itu dilakukan Maureen, supaya dirinya tidak memikirkan tentang kemana perginnya Patrick.Tak berapa lama, kemudian mobil berhenti di depan bangunan restoran dengan dua lantai tersebut.“Jemput saya ketika jam makan siang, karena saya ingin bersama dengan putra saya!” ucap Maureen kepada sopirnya.“Baik, Nyonya!” sahut sopirnya singkat.Maureen turun dari mobil berjalan memasuki restoran tersebut dengan sedikit ragu, karena sekarang ini ia datang seorang diri tanpa ada Patrick yang mendampinginya.‘Apa yang harus kukatakan nanti? Diriku belum pernah menjadi seorang bos,’ bati
“Sialan, kau Sandra! Kau memang tidak tahu terima kasih kau sengaja melakukanny, agr istriku menjadi salah faham dan marah!” bentak Patrick.Patrick membuka pintu mobil, lalu keluar dari mobilnya dan berkata, “Keluar dari mobilku dan jangan perlihatkan wajahmu di hadapanku!”Sandra keluar dari mobil Patrick, tetapi ia mengabaikan peringatan dari Patrick. Sandra justru mendekati Patrick dan langsung memeluk, serta mencium pipi Patrick, sebelum pria itu menyadari.Dan yang tidak disadari oleh Patrick adalah, kalau tidak jauh dari tempatnya berdiri Lukas sudah siap dengan kameranya untuk merekam dan memotret kejadian tersebut dengan kameranya.“Kau wanita yang tidak tahu diri!” Patrick mendorong Sandra, sampai wanita itu terjatuh.Sandra mendongak melihat ke arah Patrick, dengan tatapan yang terluka dan marah bercampur jadi satu. “Kamu membuatku merasa hina! Kau buang rasa cinta dan sayang, serta persahabatan yang kamu rasakan demi seorang wanita yang baru saja kamu kenal!”Patrick meman
Maureen terdiam ia mengatur pernapasannya dalam hati ia mengatakan, kalau dirinya harus tenang dan jangan biarkan Delia mengetahui, bahwa wanita itu berhasil mengusiknya. ‘Saya mengetahuinya dan memang kami akan bertemu di sana.’Terdengar suara kesiap dari Delia, spertinya ia terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Maureen. Namun, sama seperti apa yang dilakukan oleh Maureen wanita itu juga diam sejenak.‘Oh, syukurlah kalau Anda mengetahuinya. Kami menunggu kedatangan Anda di sini,’ sahut Delia beberapa saat, kemudian.Maureen mengiyakan, lalu ia menutup sambungan telepon itu. Tidak ada waktu bagi Maureen untuk merenung atau bersedih. Ia akan membuktikan kepada Delia, kalau dirinya memang datang ke restoran tersebut.Dan akan diberikannya kejutan kepada Patrick, biar suaminya itu tidak bisa bermain di belakang tanpa mendapatkan balasan darinya.Sesampainya di kamar Maureen menuju wastafel untuk mencuci wajah dengan air hangat, setelahnya ia keluar dan berjalan menuju meja rias.
“Hmm, benar sekali Delia! Tebakanmu memang tepat kami bertengkar dan itu karena dirimu. Kamu berhasil dengan rencana jahatmu!” ucap Maureen.Ditatapnya dengan tajam Delia wanita yang juga manajernya itu. Ia tidak perlu lagi mempertahankan wanita itu sebagai manajernya.Patrick berdiri diam di samping Maureen. Ia tidak akan ikut campur dalam Maureen mengambil keputusan tentang pegawainya.Ia melipat tangan di depan dada dan memandangi wajah Delia menantang wanita itu. Untuk melihat seberapa jauh Delia akan berbohong. Dan dirinya tidak akan peduli dengan kebohongan yang dilakukan oleh wanita itu.Patriick duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut dan memperhatikan ekspresi Maureen, serta Delia secara bergantian.“Mengapa Anda marah kepada saya, Nyonya? Semenjak pertama kali menjejakkan kaki di restoran ini Anda sudah tidak suka kepada saya,” tuduh Delia dengan wajah yang dibuat sedih.Maureen membelalakkan mata mendengarnya. Ia geram sekali kepada Deliat, tetapi ia juga merasa marah ke
Patrick menyeret tubuhnya keluar dari mobil, karena kakinya yang terluka membuatnya sedikit mengalami kesulitan dalam menggerakkan badan. “Maureen, bersuaralah! Berithu aku, kalau kau baik-baik saja!”Setelah berada di luar mobil Patrick berjalan dengan terpincang. Menuju pintu mobil sisi Maureen duduk, lalu memecahkan kacanya, agar Maureen tidak terkena pecahan kaca.Satu tangan Patrick terulur untuk menarik tubuh Maureen yang terlihat tak bergerak sama sekali.Setelah dengan susah payah berhasil juga Patrick menarik keluar tubuh Maureen. Namun, ia tidak berhenti begitu saja. Ia terus menarik tubuh Maureen menjauh dari mobil, karena khawatir mobilnya akan meledak.***Sementara itu, mobil yang menyerempet mobil Patrick terus melaju tanpa ada niatan berhenti, untuk menolong penumpang dari mobil yang barusan diserempetnya.“Sialan kau, Lukas!” teriak Sandra.Lukas hanya tertawa saja mendengar ledakan amarah dari Sandra. “Kau seharusnya turut merasa senang sama sepertiku!”Sandra mencob
“Anda tidak bisa melakukan hal itu! Saya tidak mau menyakiti tuan Lukas! Silakan Anda menyakiti saya,” tantang orang suruhan Lukas.Patrick menyipitkan mata memandangi orang suruhan Lukas. Dapat dilihatnya, kalau pria itu berkata yang sebenarnya, sepertinya ia berhutang budi kepada adik tirinya itu.Ia berjalan keluar dari ruangan tempat dirinya menahan orang suruhan Lukas. Ia tidak akan membuat dirinya melakukan suatu kejahatan, walaupun godaan untuk membalas apa yang dilakukan oleh Lukas begitu besar.Begitu sudah berada jauh dari pendengaran orang itu, Patrick mengeluarkan ponselnya.‘Halo! Kamu sudah melaksanakan apa yang kuperintahkan, bukan?’ tanya Patrick kepada anak buahnya, melalui sambungan telepon.‘Siap, Bos! Kami sudah memperketat penjagaan di sekitar rumah Anda. Kami juga sudah menjalankan perintah Anda untuk mengikuti adil Anda dan sekarang ini ia sedang berada di sebuah kelab malam,’ lapor orang suruhan Patrick di ujung sambungan telepon.‘Awasi terus Lukas! Jangan bia
Di ujung sambungan telepon Sandra terdengar panik. Ia menjadi gugup, karena rasa penasarannya akan kondisi Patrick, malah membuat pria itu menjadi curiga. ‘Apa kau lupa? Kalau pelayan di rumahmu mengenalku dan mengetahui hubungan kita?’Patrick mendengus dengan suara yang nyaring. Ia tahu, kalau Sandra berbohong. Pelayan di rumahnya tidak mungkin menghubungi Sandra, karena ia pastinya tidak menyimpan nomor ponsel Sandra, begitupula sebaliknya.‘Kau sungguh menggelikan! Kau pikir aku ini orang yang bodoh? Lihat saja, kalau aku menemukan bukti kau terlibat dalam kecelakaan yang menimpaku. Aku akan mengirimmu ke penjara!’ bentak Patrick di ujung sambungan telepon.Setelah mengatakan hal itu, Patrick menutup sambungan telepon. Diletakkannya kembali ponsel itu di atas meja.Patrick menduga, kalau Sandra berada dalam mobil yang coba menyerempetnya beberapa waktu yang lalu. Hanya segelintir orang saja yang mengetahui tentang kecelakaan itu.Kebodohan Sandra ialah dirinya tidak mengatakan men
Lukas memutar-mutar minuman beralkohol yang ada di tangannya. Ia menatap cairan berwarna keemasan tersebut. ‘Sial! Maureen masih hidup. Semua usahaku untuk mendekatinya, agar berpisah dengan Patrick gagal.”Ditenggaknya cairan berwarna keemasan tersebut dalam satu tenggakan besar, sampai tandas. Setelahnya, ia menjentikkan jari kepada bartender yang bertugas, untuk mengisi kembali gelasnya.Lukas memikirkan cara untuk melenyapkan Maureen dan putranya, agar Patrick tidak mendapatkan warisan dari Ayah mereka.‘Aku harus menggunakan rencana terakhir, untuk membuat Patrick kehilangan harta warisannya. Aku harus menemukan surat perjanjian yang dibuat Ayah kami dan Patrick, sehingga Maureen sakit hati dan kabur’ batin Lukas.Senyum menakutkan terbit di bibir Lukas. Ia baru teringat, kalau mantan pengacara Patrick, yang juga sahabatnya sekarang ini sudah bukan pengacara lagi. Hubungan mereka sudah putus. Dan tentu saja, sebagai mantan pengacara ia mempunyai salinannya.Sekarang, tinggal baga
Sopir pribadi Patrick menatapnya dengan bingung. “Apa maksud Bos? Bagaimana dengan Bos sendiri? Di tempat ini Bos hanya seorang diri saja!” “Pergilah! Nyawa Istri dan Putraku jauh lebih berharga. Aku bisa menjaga diriku sendiri!” tegas Patrick. Sopir pribadinya pun membalikkan badan, lalu berjalan menuju mobil kembali. Dan mengingat kata-kata Patrick yang menekankan kata ‘Nyawa’ Ia menggemudi dengan kecepatan tinggi, agar sampai tepat waktu. Selama dalam perjalanan ia memikirkan apa yang membuat bosnya itu tidak percaya kepada pengawal yang bertugas di rumahnya. ‘Apakah ada yang luput dari pengamatanku selama berada di lingkungan rumah bos Patrick?’ batin sopir itu. Jalanan yang sepi membuatnya melaju tanpa ada hambatan, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama ia pun sampai di depan rumah bosnya. Dimatikannya mesin mobil, lalu ia keluar dari mobil. Dengan setengah berlari ia menaiki undakan tangga menuju pintu rumah. Ia mengerutkan kening, ketika pintu dengan mudahnya ia bu
Maureen mencibirkan bibir ke arah Patrick, dengan bibir mengulas senyum tipis. “Kau terlalu percaya diri bisa saja kau salah!”Patrick mengambil gelas berisi anggur, lalu menyesapnya sampai isinya tersisa separuh.Ia melihat Maureen dengan tatapan yang begitu dalam, sehingga membuat Maureen menjadi gugup. “Aku memang percaya diri Maureen! Karena kau mencintaiku dan tidak untuk Lukas. Aku hanya akan mengatakan satu hal kepadamu, kalau sebentar lagi semua akan menjadi jelas!”Ia dapat melihat dengan jelas kesungguhan dari apa yang dikatakan oleh Patrick. Suaminya itu begitu yakin dengan apa yang dikatakannya, tentang Maureen yang mencintainya.“Kau memang benar! Aku mencintaimu dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lukas kepadaku. Aku hanya merasa takut, dengan persaingan di antara kalian berdua,” ucap Maureen.Patrick meraih jemari Maureen, lalu menautkan dengan jemarinya. “Kau percaya denganku, bukan? Kau tidak boleh keluar rumah tanpa sepengetahuan pengawal. Lukas tadi sec
Patrick mengetatkan rahang, kedua tangannya terkepal di samping badan. Ia berjalan mendekati Lukas, lalu memegang dagu pria itu. “Apakah kau mengancamku, Lukas?”Lukas tersenyum dengan bibir mencemooh ke arah Patrick, sambil mengangkat kedua tangannya. “Mana berani aku mengancammu, Kak! Kau pasti becanda, kalau membayangkan diriku sampai berani melakukannya.”Patrick melepaskan cekauannya di dagu Lukas. Ia berjalan menjauh dari adik tirinya itu. Ia berdiri menatap lurus ke depan menunggu pintu lift terbuka.Ketika pada akhirnya pintu lift terbuka, Patrick membiarkan Lukas yang duluan keluar dari dalam lift tersebut. Barulah dirinya yang menyusul.Begitu sudah berada di luar Patrick sudah di tunggu oleh sopir pribadinya, yang langsung membukakan pintu mobil, begitu melihat Patrick keluar dari pintu perusahaan.“Kita ke perkebunan, Pak!” Perintah Patrick kepada sopirnya, begitu dirinya sudah duduk di dalam mobil.“Baik, Bos!” sahut sopir Patrick.Mobil pun meluncur menuju perkebunan den
Tubuh Maureen menjadi kaku, tanpa menoleh pun ia tahu siapa yang berdiri di belakang punggungnya. Rasa takut menghinggapi hati Anna terlebih lagi dirinya pada saat ini sedang bersama dengan putranya. “Lukas, kau mengejutkanku!”Suara kekehan yang terdengar menyeramkan di telinga Maureen keluar dari bibir Lukas. Pria itu terdengar berjalan ke sampingnya, kemudian duduk di ayunan di samping Maureen.Ia memandangi wajah putra Maureen, yang terlihat sedang dalam keadaan tidur dengan damai dalam gendongan Maureen.“Putramu begitu tampan. Apakah ia baik-baik saja? Maksudku, apakah ia akan panjang umur,” tanya Lukas dengan nada suara dan tatapan yang membuat Maureen bergidik takut.‘Ya, Tuhan! Di mana pengawal yang diperintahkan untuk menjaga kami? Aku harus tetap tenang dan Lukas tidak boleh melihat, kalau ia sudah berhasil membuatku merasa takut,’ batin Maureen.“Terima kasih, atas doanya Lukas! Putraku akan baik-baik saja dan ia akan berumur panjang, sampai aku dan Patrick menjadi kakek d
Patrick berhenti berjalan ia membalikkan badan melihat ke arah Maureen. Dengan tatapan yang tajam dan senyum sinis di sudut bibirnya. “Kau bisa menggunakan hatimu!”Setelah mengatakan hal itu Patrick terus berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Ia tidak takut Maureen akan pergi darinya membawa serta putra mereka, karena wanita itu terlalu mencintainya untuk tetap bertahan bersama dengannya.Sesampainya di kamar Patrick berjalan menuju kamar mandi, lalu menyalakan air pancuran. Dibiarkannya air dengan suhu hangat membasahi seluruh badannya.Selesai mandi Patrick berjalan menuju wastafel untuk melihat pantulan wajahnya. Patrick teringat dengan kejadian ketika di dekat kelab malam. Bagaimana, seseorang yang ia duga merupakan orang suruhan Lukas.Berlari ke arahnya, dengan sesuatu yang berkilau ditimpa cahaya hendak menikamkan pisau tersebut kearahnya. Namun, ia dengan sigap berhasil mencegahnya, sehingga orang itu hanya berhasil melukainya sedikit.‘Sebentar lagi hari kehancuran Lukas
Maureen menjadi takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Patrick. Walaupun ia marah kepada suaminya itu, tetap saja ia tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan suaminya. Dicarinya nomor kontak sopir pribadi mereka.Setelah ketemu ditekannya tombol hijau untuk melakukan panggilan. ‘Halo! Anda ada di mana sekarang ini?’ Tanya Maureen dengan tidak sabaran.‘Halo, Nyonya Maureen! Saya berada di kamar saya sedang istirahat,’ sahut sopirnya dengan suara yang terdengar masih mengantuk.‘Apakah kamu tahu di mana suami saya berada? Ia tadi menghubungi saya, tetapi sebelum sempat mengatakan di mana dirinya berada. Ia terdengar mengaduh dan setelah itu ponselnya tidak aktif lagi.’ Terang Maureen panjang lebar.‘Saya tadi mengantarkan tuan ke kelab malam!’ sahut sopir pribadinya.Maureen meminta alamat kelab malam tersebut. Ia akan ke sana untuk menjemput Patrick sendiri.Permintaan Maureen langsung saja ditolak oleh sopir itu. Ia mengatakan, kalau dirinya yang akan mengantarkan Maureen ke sana
Patrick menatap lekat netra orang kepercayaannya itu mencari tahu, apakah ia berbohong. “Tunjukkan kepadaku semua bukti yang kau miliki!”Pria itu merogoh saku jaketnya, lalu mengeluarkan sebuah bungkusan diletakkannya di atas meja. “Sebaiknya Anda membukanya ketika berada di rumah saja!”Patrick mendongak dari bungkusan yang ada di atas dan sekarang sudah berada di tangannya. Ditimbang-timbangnya bungkusan tersebut.Ia tidak menuruti apa yang dikatakan oleh pria itu. Dibukanya sedikit bungkusan tersebut, sehingga terdapat celah di mana dirinya bisa melihat sedikit. Setelahnya, Patrick memasukkan bungkusan tersebut ke balik jas yang dipakainya.Seorang pelayan dengan buku catatan kecil berada di tangannya. Datang menghampiri meja mereka. Keduanya pun langsung memesan makanan, begitu selesai mencatat pesanan pelayan itu berlalu pergi dari meja mereka.“Kau tetap awasi Lukas dan katakan kepadaku, apa saja yang dilakukannya. Juga siapa yang ditemuinya,” tegas Patrick.Satu jam kemudian,
Maureen menatap Lukas dengan rasa takut, karena melihat ekspresi wajahnya yang tidak biasa. Seolah hal jahat yang selama ini disembunyikan oleh Lukas darinya terlihat juga. “Apa itu?” Tanya Maureen, dengan suara bergetar.“Bukalah, biar kau bisa mengetahuinya sendiri, tanpa harus aku yang menceritakannya kepadamu!” ucap Lukas.Maureen memandangi amplop yang berada di tangannya dengan rasa penasaran dan juga curiga, karena nada memaksa yang digunakan oleh Lukas.Maureen mengangkat wajah dari amplop yang ada di tangannya untuk melihat wajah Lukas dengan seksama. “Terima kasih, kau sudah mau repot-repot mengantarkan amplop ini kepadaku. Aku akan membacanya, ketika berada di rumah.”Lukas mengangkaat pundaknya, dengan santai ia mengatakan, kalau tidak masalah kapan Maureen akan membaca isi dari amplop tersebut.Dirinya juga menolak secara halus ajakan dari Maureen, agar singgah ke rumahnya. Dengan alasan, kalau ia tidak ingin bertengkar dengan Patrick, yang tidak suka melihat dirinya.Mau
Lukas memutar-mutar minuman beralkohol yang ada di tangannya. Ia menatap cairan berwarna keemasan tersebut. ‘Sial! Maureen masih hidup. Semua usahaku untuk mendekatinya, agar berpisah dengan Patrick gagal.”Ditenggaknya cairan berwarna keemasan tersebut dalam satu tenggakan besar, sampai tandas. Setelahnya, ia menjentikkan jari kepada bartender yang bertugas, untuk mengisi kembali gelasnya.Lukas memikirkan cara untuk melenyapkan Maureen dan putranya, agar Patrick tidak mendapatkan warisan dari Ayah mereka.‘Aku harus menggunakan rencana terakhir, untuk membuat Patrick kehilangan harta warisannya. Aku harus menemukan surat perjanjian yang dibuat Ayah kami dan Patrick, sehingga Maureen sakit hati dan kabur’ batin Lukas.Senyum menakutkan terbit di bibir Lukas. Ia baru teringat, kalau mantan pengacara Patrick, yang juga sahabatnya sekarang ini sudah bukan pengacara lagi. Hubungan mereka sudah putus. Dan tentu saja, sebagai mantan pengacara ia mempunyai salinannya.Sekarang, tinggal baga