“Sialan, kau Sandra! Kau memang tidak tahu terima kasih kau sengaja melakukanny, agr istriku menjadi salah faham dan marah!” bentak Patrick.Patrick membuka pintu mobil, lalu keluar dari mobilnya dan berkata, “Keluar dari mobilku dan jangan perlihatkan wajahmu di hadapanku!”Sandra keluar dari mobil Patrick, tetapi ia mengabaikan peringatan dari Patrick. Sandra justru mendekati Patrick dan langsung memeluk, serta mencium pipi Patrick, sebelum pria itu menyadari.Dan yang tidak disadari oleh Patrick adalah, kalau tidak jauh dari tempatnya berdiri Lukas sudah siap dengan kameranya untuk merekam dan memotret kejadian tersebut dengan kameranya.“Kau wanita yang tidak tahu diri!” Patrick mendorong Sandra, sampai wanita itu terjatuh.Sandra mendongak melihat ke arah Patrick, dengan tatapan yang terluka dan marah bercampur jadi satu. “Kamu membuatku merasa hina! Kau buang rasa cinta dan sayang, serta persahabatan yang kamu rasakan demi seorang wanita yang baru saja kamu kenal!”Patrick meman
Maureen terdiam ia mengatur pernapasannya dalam hati ia mengatakan, kalau dirinya harus tenang dan jangan biarkan Delia mengetahui, bahwa wanita itu berhasil mengusiknya. ‘Saya mengetahuinya dan memang kami akan bertemu di sana.’Terdengar suara kesiap dari Delia, spertinya ia terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Maureen. Namun, sama seperti apa yang dilakukan oleh Maureen wanita itu juga diam sejenak.‘Oh, syukurlah kalau Anda mengetahuinya. Kami menunggu kedatangan Anda di sini,’ sahut Delia beberapa saat, kemudian.Maureen mengiyakan, lalu ia menutup sambungan telepon itu. Tidak ada waktu bagi Maureen untuk merenung atau bersedih. Ia akan membuktikan kepada Delia, kalau dirinya memang datang ke restoran tersebut.Dan akan diberikannya kejutan kepada Patrick, biar suaminya itu tidak bisa bermain di belakang tanpa mendapatkan balasan darinya.Sesampainya di kamar Maureen menuju wastafel untuk mencuci wajah dengan air hangat, setelahnya ia keluar dan berjalan menuju meja rias.
“Hmm, benar sekali Delia! Tebakanmu memang tepat kami bertengkar dan itu karena dirimu. Kamu berhasil dengan rencana jahatmu!” ucap Maureen.Ditatapnya dengan tajam Delia wanita yang juga manajernya itu. Ia tidak perlu lagi mempertahankan wanita itu sebagai manajernya.Patrick berdiri diam di samping Maureen. Ia tidak akan ikut campur dalam Maureen mengambil keputusan tentang pegawainya.Ia melipat tangan di depan dada dan memandangi wajah Delia menantang wanita itu. Untuk melihat seberapa jauh Delia akan berbohong. Dan dirinya tidak akan peduli dengan kebohongan yang dilakukan oleh wanita itu.Patriick duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut dan memperhatikan ekspresi Maureen, serta Delia secara bergantian.“Mengapa Anda marah kepada saya, Nyonya? Semenjak pertama kali menjejakkan kaki di restoran ini Anda sudah tidak suka kepada saya,” tuduh Delia dengan wajah yang dibuat sedih.Maureen membelalakkan mata mendengarnya. Ia geram sekali kepada Deliat, tetapi ia juga merasa marah ke
Patrick menyeret tubuhnya keluar dari mobil, karena kakinya yang terluka membuatnya sedikit mengalami kesulitan dalam menggerakkan badan. “Maureen, bersuaralah! Berithu aku, kalau kau baik-baik saja!”Setelah berada di luar mobil Patrick berjalan dengan terpincang. Menuju pintu mobil sisi Maureen duduk, lalu memecahkan kacanya, agar Maureen tidak terkena pecahan kaca.Satu tangan Patrick terulur untuk menarik tubuh Maureen yang terlihat tak bergerak sama sekali.Setelah dengan susah payah berhasil juga Patrick menarik keluar tubuh Maureen. Namun, ia tidak berhenti begitu saja. Ia terus menarik tubuh Maureen menjauh dari mobil, karena khawatir mobilnya akan meledak.***Sementara itu, mobil yang menyerempet mobil Patrick terus melaju tanpa ada niatan berhenti, untuk menolong penumpang dari mobil yang barusan diserempetnya.“Sialan kau, Lukas!” teriak Sandra.Lukas hanya tertawa saja mendengar ledakan amarah dari Sandra. “Kau seharusnya turut merasa senang sama sepertiku!”Sandra mencob
“Anda tidak bisa melakukan hal itu! Saya tidak mau menyakiti tuan Lukas! Silakan Anda menyakiti saya,” tantang orang suruhan Lukas.Patrick menyipitkan mata memandangi orang suruhan Lukas. Dapat dilihatnya, kalau pria itu berkata yang sebenarnya, sepertinya ia berhutang budi kepada adik tirinya itu.Ia berjalan keluar dari ruangan tempat dirinya menahan orang suruhan Lukas. Ia tidak akan membuat dirinya melakukan suatu kejahatan, walaupun godaan untuk membalas apa yang dilakukan oleh Lukas begitu besar.Begitu sudah berada jauh dari pendengaran orang itu, Patrick mengeluarkan ponselnya.‘Halo! Kamu sudah melaksanakan apa yang kuperintahkan, bukan?’ tanya Patrick kepada anak buahnya, melalui sambungan telepon.‘Siap, Bos! Kami sudah memperketat penjagaan di sekitar rumah Anda. Kami juga sudah menjalankan perintah Anda untuk mengikuti adil Anda dan sekarang ini ia sedang berada di sebuah kelab malam,’ lapor orang suruhan Patrick di ujung sambungan telepon.‘Awasi terus Lukas! Jangan bia
Di ujung sambungan telepon Sandra terdengar panik. Ia menjadi gugup, karena rasa penasarannya akan kondisi Patrick, malah membuat pria itu menjadi curiga. ‘Apa kau lupa? Kalau pelayan di rumahmu mengenalku dan mengetahui hubungan kita?’Patrick mendengus dengan suara yang nyaring. Ia tahu, kalau Sandra berbohong. Pelayan di rumahnya tidak mungkin menghubungi Sandra, karena ia pastinya tidak menyimpan nomor ponsel Sandra, begitupula sebaliknya.‘Kau sungguh menggelikan! Kau pikir aku ini orang yang bodoh? Lihat saja, kalau aku menemukan bukti kau terlibat dalam kecelakaan yang menimpaku. Aku akan mengirimmu ke penjara!’ bentak Patrick di ujung sambungan telepon.Setelah mengatakan hal itu, Patrick menutup sambungan telepon. Diletakkannya kembali ponsel itu di atas meja.Patrick menduga, kalau Sandra berada dalam mobil yang coba menyerempetnya beberapa waktu yang lalu. Hanya segelintir orang saja yang mengetahui tentang kecelakaan itu.Kebodohan Sandra ialah dirinya tidak mengatakan men
Lukas memutar-mutar minuman beralkohol yang ada di tangannya. Ia menatap cairan berwarna keemasan tersebut. ‘Sial! Maureen masih hidup. Semua usahaku untuk mendekatinya, agar berpisah dengan Patrick gagal.”Ditenggaknya cairan berwarna keemasan tersebut dalam satu tenggakan besar, sampai tandas. Setelahnya, ia menjentikkan jari kepada bartender yang bertugas, untuk mengisi kembali gelasnya.Lukas memikirkan cara untuk melenyapkan Maureen dan putranya, agar Patrick tidak mendapatkan warisan dari Ayah mereka.‘Aku harus menggunakan rencana terakhir, untuk membuat Patrick kehilangan harta warisannya. Aku harus menemukan surat perjanjian yang dibuat Ayah kami dan Patrick, sehingga Maureen sakit hati dan kabur’ batin Lukas.Senyum menakutkan terbit di bibir Lukas. Ia baru teringat, kalau mantan pengacara Patrick, yang juga sahabatnya sekarang ini sudah bukan pengacara lagi. Hubungan mereka sudah putus. Dan tentu saja, sebagai mantan pengacara ia mempunyai salinannya.Sekarang, tinggal baga
Maureen menatap Lukas dengan rasa takut, karena melihat ekspresi wajahnya yang tidak biasa. Seolah hal jahat yang selama ini disembunyikan oleh Lukas darinya terlihat juga. “Apa itu?” Tanya Maureen, dengan suara bergetar.“Bukalah, biar kau bisa mengetahuinya sendiri, tanpa harus aku yang menceritakannya kepadamu!” ucap Lukas.Maureen memandangi amplop yang berada di tangannya dengan rasa penasaran dan juga curiga, karena nada memaksa yang digunakan oleh Lukas.Maureen mengangkat wajah dari amplop yang ada di tangannya untuk melihat wajah Lukas dengan seksama. “Terima kasih, kau sudah mau repot-repot mengantarkan amplop ini kepadaku. Aku akan membacanya, ketika berada di rumah.”Lukas mengangkaat pundaknya, dengan santai ia mengatakan, kalau tidak masalah kapan Maureen akan membaca isi dari amplop tersebut.Dirinya juga menolak secara halus ajakan dari Maureen, agar singgah ke rumahnya. Dengan alasan, kalau ia tidak ingin bertengkar dengan Patrick, yang tidak suka melihat dirinya.Mau