“Tidak memerlukan keahlian khusus untuk mengetahui apa yang ada di pikiranmu saat ini,” gerutu Maureen.Patrick tertawa dengan kencang membuat putra mereka melihat ke arahnya dan ikut tertawa juga.“Lihat Maureen! Putra kita menjadi tertawa senang, karenanya,” ucap Patrick.Ketiganya pun tertawa bersama. Baik Maureen, maupun Patrick tidak mau memperpanjang percakapan mereka tadi, karena hanya akan membuat keduanya bertengkar saja.Mereka mulai menikmati makan malam dengan tenang, tanpa ada yang membuka suara. Maureen membiarkan putranya belajar menyendok makannya sendiri.Setelah selesai makan Patrick berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan kannnya kepada Maureen.Ia mengecup punggung tangan Istrinya, dengan netra menatap Maureen. “Nyonya, maukah kau berdansa denganku?”Maureen menyunggingkan senyum tipis dengan mata yang berbinar senang. Diterimany ajakan Patrick untuk berdansa.Patrick melihat ke arah Putranya, yang menatap dengan senyum di wajah. “Kamu duduk di situ menjadi an
“Pergilah, Patrick! Aku tidak akan melarangmu.” Maureen beranjak dari tempatnya, kemudian berjalan keluar kamar.Dirinya akan tidur di kamar putra mereka saja daripada bersama dengan Patrick. Yang hanya membuat hatinya terluka saja.Dasar suami yang sombong dan tidak mengerti perasaannya. Hanya dirinya sendiri saja yang dipikirkan.Sesampainya di kamar putranya Maureen merebahkan badan di atas lantai dengan alas permadani yang tebal dan berbantalkan bantal sofa.Baru saja Maureen memejamkan mata ia mendengar suara langkah kaki dan pintu kamar putranya pun dibuka dengan perlahan.Suara langkah kaki tersebut teredam tebalnya karpet yang ada di kamar putra mereka. Dan Maureen mengatur pernapasannya dengan teratur.Patrick mengempaskan badannya di samping Maureen, lalu ia menggulingkan badan Maureen yang kaku, agar jatuh kepelukannya.“Apaan sih, kamu ini!” tegur Maureen.“Tidur dengan Istriku yang cantik dan sedang cemburu buta,” sahut Patrick.Maureen menyikut perut Patrick dengan siku,
“Maaf, Bung! Saudaraku ini memang mudah naik darah. Ia tidak senang melihat adiknya berada dekat dengannya,’ sahut Lukas kepada tuan rumah mereka.Sementara itu Patrick menatap tajam Lukas, tetapi ia tidak akan meladeni adiknya itu. Dirinya tidak ingin bertengkar di depan calon investor, walaupun dirinya merasa heran, kenapa Lukas bisa berada di tempat yang sama dengannya,Tuan rumah mereka melihat ke arah Lukas dan Patrick secara bergantian. Ia tidak mengetahui, kalau kedua tamunya ini bersaudara.“Saya tidak menyangka, kalau kalian adalah kakak beradik. Sekarang, mari kita duduk untuk menikmati hidangan yang sudah kami siapkan,” ucap tuan rumah mereka.“Tentu saja!” sahut Patrick singkat.Patrick mengikuti tuan mereka masuk menuju sebuah ruang besar, yang sudah tersusun meja dan kursi, serta buffet yang di atasnya diletakkan berabagai macam makanan.Patrick dan asistennya, sertaa Lukas dan tuan rumah mereka mulai mengambil makanan yang tersaji, kemudian mereka semua duduk di depan s
Wajah Lukas terlihat panik dan gugup terlihat sekali, kalau dirinya tidak bermaksud untuk membuat tuan rumah, yang juga pria yang ia harapkan menjadi investor pada peternakan, yang nantinya akan ia jadikan sebagai saingan bagi Patrick. “Anda salah mengerti! Saya tidak bermaksud berkata, seperti itu!”Patrick tersenyum sinis di tempatnya duduk. Ia melipat kedua tangannya di depan dada memperhatikan dalam diam, bagaimana Lukas mengatasi kesalahan yang dibuatnya.Paul memandang Lukas dengan raut wajah tidak suka dengan dingin ia berkata, “Saya tidak salah dalam mengartikan apa yang tadi Anda ucapkan. Dan saya tidak merasa perlu mendengarkan apapun lagi dari Anda!”Tiba-tiba saja pintu ruangan tempat mereka duduk dibuka. Dan masuklah seorang pria yang berbadan besar dengan wajah sangar.“Silakan keluar sendiri secara suka rela dari rumahku! Dan kalua Anda menolaknya, maka petugas keamanan saya yang akan melempar paksa Anda dari sini!” tegas Paul dingin.Patrick dalam hati tidak mengira, k
“Kusarankan kepadamu untuk keluar dari perusahaanku secara baik-baik, atau kau mau kubuat namamu menjadi buruk dan kau tidak akan diterima bekerja dimanapun juga!” tegas Patrick.Mantan asisten Patrick memandang Patrick dengan geram. Matanya menyala, karena amarah.Dengan tangan yang terkepal dan suara tawanya yang sumbang. Ia berkata, “Adikmu, Lukas yang akan menerimaku bekerja! Dia sama berkuasanya denganmu!”“Hah!” Patrick tertawa dengan keras. Ia merasa lucu sekali apa yang dikatakan oleh mantan asistennya.Tiba-tiba saja Patrick memerintahkan kepada sopir taksi untuk berhenti. Setelahnya, Patrick melihat ke arah mantan asistennya itu dengan tajam.“Keluar sendiri atau aku yang akan melemparmu dari mobil!” perintah Patrick dengan dingin.Mantan asisten Patrick menggeram marah, dengan kasar dibukanya pintu mobil. Ia melangkahkan kaki keluar, lalu berdiri di depan pintu mobil yang terbuka. “Kau akan menyesal sudah memecatku!”“Aku tidak akan menyesal! Kau yang beruntung, aku tidak m
“Tu-an Patrick bukan saya yang mengantarkannya, Nyonya. Dia pergi naik taksi dan saya tidak mengetahui kenapa,” sahut sopir itu dengan sedikit gugup.Maureen menyimpan dalam hati rasa tidak percayanya. Ia menduga, kalau Patricklah yang meminta kepada sopirnya untuk berbohong. Dan ia tidak akan membuat sopirnya menjadi merasa bersalah.Maureen duduk diam memikirkan apa yang akan dilakukannya di restoran nanti. Hal itu dilakukan Maureen, supaya dirinya tidak memikirkan tentang kemana perginnya Patrick.Tak berapa lama, kemudian mobil berhenti di depan bangunan restoran dengan dua lantai tersebut.“Jemput saya ketika jam makan siang, karena saya ingin bersama dengan putra saya!” ucap Maureen kepada sopirnya.“Baik, Nyonya!” sahut sopirnya singkat.Maureen turun dari mobil berjalan memasuki restoran tersebut dengan sedikit ragu, karena sekarang ini ia datang seorang diri tanpa ada Patrick yang mendampinginya.‘Apa yang harus kukatakan nanti? Diriku belum pernah menjadi seorang bos,’ bati
“Sialan, kau Sandra! Kau memang tidak tahu terima kasih kau sengaja melakukanny, agr istriku menjadi salah faham dan marah!” bentak Patrick.Patrick membuka pintu mobil, lalu keluar dari mobilnya dan berkata, “Keluar dari mobilku dan jangan perlihatkan wajahmu di hadapanku!”Sandra keluar dari mobil Patrick, tetapi ia mengabaikan peringatan dari Patrick. Sandra justru mendekati Patrick dan langsung memeluk, serta mencium pipi Patrick, sebelum pria itu menyadari.Dan yang tidak disadari oleh Patrick adalah, kalau tidak jauh dari tempatnya berdiri Lukas sudah siap dengan kameranya untuk merekam dan memotret kejadian tersebut dengan kameranya.“Kau wanita yang tidak tahu diri!” Patrick mendorong Sandra, sampai wanita itu terjatuh.Sandra mendongak melihat ke arah Patrick, dengan tatapan yang terluka dan marah bercampur jadi satu. “Kamu membuatku merasa hina! Kau buang rasa cinta dan sayang, serta persahabatan yang kamu rasakan demi seorang wanita yang baru saja kamu kenal!”Patrick meman
Maureen terdiam ia mengatur pernapasannya dalam hati ia mengatakan, kalau dirinya harus tenang dan jangan biarkan Delia mengetahui, bahwa wanita itu berhasil mengusiknya. ‘Saya mengetahuinya dan memang kami akan bertemu di sana.’Terdengar suara kesiap dari Delia, spertinya ia terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Maureen. Namun, sama seperti apa yang dilakukan oleh Maureen wanita itu juga diam sejenak.‘Oh, syukurlah kalau Anda mengetahuinya. Kami menunggu kedatangan Anda di sini,’ sahut Delia beberapa saat, kemudian.Maureen mengiyakan, lalu ia menutup sambungan telepon itu. Tidak ada waktu bagi Maureen untuk merenung atau bersedih. Ia akan membuktikan kepada Delia, kalau dirinya memang datang ke restoran tersebut.Dan akan diberikannya kejutan kepada Patrick, biar suaminya itu tidak bisa bermain di belakang tanpa mendapatkan balasan darinya.Sesampainya di kamar Maureen menuju wastafel untuk mencuci wajah dengan air hangat, setelahnya ia keluar dan berjalan menuju meja rias.