“Kamu egois sekali! Hanya memikirkan dirimu sendiri saja!” tegur Maureen.Patrick tersenyum lebar, ia mengecup kening Maureen dengan rasa sayang. “Trlalu banyak marah dan cemberut hanya membuat keningmu menjadi berkerut saja! Sekarang, istirahtlah!”Maureen beranjak menjauh dari Patrick, lalu kembali ke sofa di mana tadi ia berbaring.Dibaringkannya badan di atas sofa dengan ponselnya yang ia taruh di atas meja, yang ada di dekatnya. Mata Maureen terpejam dengan mudahnya ia tertidur.Patrick mengamati Maureen, kemudian ia lanjut memeriksa pekerjaannya. Ia akan menjadikan Maureen, sebagai asistennya, biar Istrinya itu selalu berada dekat dengannya.Beberapa jam berlalu pintu ruang kerja Patrick diketuk dan begitu pintu terbuka ternyata manajer hotellah yang masuk.Manajer itu melirik Maureen sekilas ia merasa heran, karena Istri dari pemilik hotel ini justru tidur di sofa.“Maaf, Tuan! Seandainya mengetahui Istri Anda akan tidur, kami bisa menyiapkan kamar di sini,” ucap manajer terseb
“Kenapa aku harus merasa kagum, seperti mereka, kalau aku sudah mengetahui kau sudah sedari kecil mengetahui apa yang harus dikerjakan!” ketus Maureen.Patrick tidak marah, karena ia tahu Maureen hanya berpura-pura saja untuk menutupi rasa kagumnya.Dosen yang mengajar di kampus Maureen menghampiri Maureen untuk menyapa keduanya. Ia mengucapkan terima kasih kepada Patrick yang sudah menerima dan menyambut dengan ramah kedatangan mereka.Selesai kuliah umum acara dilanjutkan dengan makan malam, yang disajikan di meja buffet secara prasmanan.“Makanlah yang banyak, diriku tidak suka dengan wanita yang menahan dirinya untuk makan, hanya karena tidak ingin merusak bentuk tubuhnya.” Bisik Patrick.Maureen menggertakkan giginya, kesal kepada Parick. Dan untuk memperlihatkannya, ia mengambil makanan dalam jumlah yang banyak, lalu membawanya ke meja yang sudah disiapkan untuk mereka dan memakannya.Patrick duduk di samping Maureen untuk menyantap hidangannya. Ia melirik sekilas porsi makanan
“Bukan diriku tidak percaya kepadamu, atau tidak menyadari pesonaku, yang membuatmu tidak akan berpaling dariku. Hanya saja aku tidak ingin jauh darimu!” kata Patrick.\Maureen memutar bola mata seharusnya ia bisa menduga, kalau Patrick tidak akan membiarkannya berada dekat dengan David.“Apakah kamu mengirim mata-mata untuk mengawasiku?” Tanya Mauereen.Patrick tersenyum lebar dan dari senyumannya saja Maureen sudah dapat menduga, kalau ada orang suruhan Patrick yang mengawasinya.“Kau memang melakukannya, bukan? Dan aku salah, karena tidak menduganya,” ucap Maureen.Patrick mengatakan kepada Maureen sudah sewajarnya, kalau ia selalu berada dalam pengawasan. Mengingat posisi Maureen, sebagai istrinya.Ia tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi kepada Maureen. Dan ia menyewa seorag pengawal untuk memastikan Maureen selalu berada dalam pengawasan.Maureen menggerutu mendengarnya, “Mengapa diriku merasa, kalau hidupku tidak bebas selalu berrada dalam pengamatanmu!”“Kau tetap beba
‘Makan malam panas? Apa maksud Patrick?’ batin Maureen.Dimasukkannya kembali gaun malam dan juga kartu ucapan dari Patrick ke goodie bag.Maureen bangkit dari duduknya, sambil menggendong Putranya. Sesampainya di dalam rumah, ia meminta kepada seorang pelayan untuk membawakan buket mawaa juga goodie bag, yang ada di ayunan ke kamarnya.Maureen berjalan menaiki tangga, dengan perasaan bahagia bercampur rasa tidak sabar, agar hari menjadi gelap.Maureen memasuki kamar putranya, lalu ia baringkan bayi tersebut di dalam tempat tempat tidurnya.Setelahnya, Maureen beranjak dari kamar putranya. Ia berjalan menuju kamarnya. Ia akan tidur saja, biar nanti malam dirinya dalam keadaan segar, ketika ia dan Patrick makan malam.Masuk kamarnya, Maureen berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajah. Setelahnya, ia membaringkan badan di atas tempat tidurnya yang empuk.Ia hampir saja terlelap, ketika terdengar suara dari balik pintu kamarnya.“Nyonya, Maureen! Saya membawakan buket dan bingkisan mi
“Astaga! Selama ini kau mengetahuinya? Akan tetapi, kau terlihat biasa saja, bahkan tidak peduli?” Tanya Maureen dengan penasaran.Patrick meletakkan gelas anggur yang ada di tangannya ke atas meja. Ia memandangi Maureen dengan tatapan menggoda.Ia membiarkan Maureen menjadi penasaran dengan apa yang akan dikatakannya kepada Istrinya itu.Disantapnya makanannya dengan nikmat, sambil melihat Maureen dengan kalem. Wajah Istrinya itu melihat ke arahnya, dengan bibir yang dimanyunkan.Sabah mengangkat daging yang ia tusuk dengan garpu ke arah Maureen. “Sabar Sayang! Biarkan aku menikmati makan malamku dahulu.”Maureen mendengus tidak suka, tetapi ia tidak bisa memaksa Ray, karena suaminya itu keras kepala.Selesai makan pun Patrick tidak merasa perlu buru-buru menjawab pertanyaan Maureen. Ia menyesap anggurnya dengan nikmat selama beberapa saat.Patrick berdiri dari duduknya, lalu mengulurkan tangan kepada Maureen. Tanpa ragu Maureen menerima uluran tangan dari Patrick.“Apa yang akan kit
HahahaahaPatrick gelak tertawa mendengar nada cemburu di suara Maureen. Terlebih lagi ketika ia melihat wajah istrinya, yang merah, karena marah.Diraihnya Maureen ke dalam pelukan, sambil mengusap punggung Istrinya itu. Gestur tubuh Maureen yang kaku menunjukkan, kalau dirinya masih marah kepadanya.“Sudah kuduga, kalau kau mennintaiku dan hanya berpura-pura saja. Kau tidak bisa menolek pesonaku.” Bisik Patrick.Maureen memasang wajah cemberut dipukulnya punggung Ray, dengan kepalan tangannya yang kecil. Ia merasa marah, karena Patrick menggoda dirinya.Pada awalnya Patrick membiarkan saja Maureen memukul punggungnya, tetapi lama kelamaan ia merasa sakit juga.Ditangkapnya tangan Maureen, agar istrinya itu tidak bisa lagi memukulnya, lalu ia letakkan tangan Maureen di dadanya.“Kamu dapat merasakan dadaku berdebar dengan kencang, bukan? Kau tahu hanya berada dekat denganmu sajalah hal itu terjadi. Tidak ketika diriku berada dekat dengan perempuan lainnya,” ucap Patrick.Hati Maureen
“Jangan terlalu percaya diri, selalu ada untuk yang pertama kalinya,” sahut Maureen.Ia membaringkan badan di samping Patrick mengawasi putra dan suaminya yang becanda dengan asyiknya.Senyum dan tawa sesekali terlontar dari bibirnya melihat apa yang dilakukan Patrick dan putra mereka.“Apa kalian semua tidak capek? Bagaimana, kalau kita keluar saja kebetulan langit malam ini cerah dan kita bisa makan malam di taman depan,” Kata Maureen.Patrick melirik Maureen sekilas, kemudian ia memperhatikan putra mereka yang sedang bermian, seolah tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Istrinya tadi.Maureen menarik napas dalam-dalam, karena dirinya diabaikan oleh Patrick. Ia berjalan menuju pintu dan ketika tangannya sudah meraih kenop pintu suara Patrick menghentikan langkahnya.“Kau aturlah dengan pelayan, bagaimana kita makan sesuai dengan keinginanmu!” ucap Patrick.Senyum terbit di bibir Maureen, ternyata Patrick mendengarkan apa yang tadi dikatakannya.Dibukanya pintu kamar, kemudian
“Tidak memerlukan keahlian khusus untuk mengetahui apa yang ada di pikiranmu saat ini,” gerutu Maureen.Patrick tertawa dengan kencang membuat putra mereka melihat ke arahnya dan ikut tertawa juga.“Lihat Maureen! Putra kita menjadi tertawa senang, karenanya,” ucap Patrick.Ketiganya pun tertawa bersama. Baik Maureen, maupun Patrick tidak mau memperpanjang percakapan mereka tadi, karena hanya akan membuat keduanya bertengkar saja.Mereka mulai menikmati makan malam dengan tenang, tanpa ada yang membuka suara. Maureen membiarkan putranya belajar menyendok makannya sendiri.Setelah selesai makan Patrick berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan kannnya kepada Maureen.Ia mengecup punggung tangan Istrinya, dengan netra menatap Maureen. “Nyonya, maukah kau berdansa denganku?”Maureen menyunggingkan senyum tipis dengan mata yang berbinar senang. Diterimany ajakan Patrick untuk berdansa.Patrick melihat ke arah Putranya, yang menatap dengan senyum di wajah. “Kamu duduk di situ menjadi an