‘Makan malam panas? Apa maksud Patrick?’ batin Maureen.Dimasukkannya kembali gaun malam dan juga kartu ucapan dari Patrick ke goodie bag.Maureen bangkit dari duduknya, sambil menggendong Putranya. Sesampainya di dalam rumah, ia meminta kepada seorang pelayan untuk membawakan buket mawaa juga goodie bag, yang ada di ayunan ke kamarnya.Maureen berjalan menaiki tangga, dengan perasaan bahagia bercampur rasa tidak sabar, agar hari menjadi gelap.Maureen memasuki kamar putranya, lalu ia baringkan bayi tersebut di dalam tempat tempat tidurnya.Setelahnya, Maureen beranjak dari kamar putranya. Ia berjalan menuju kamarnya. Ia akan tidur saja, biar nanti malam dirinya dalam keadaan segar, ketika ia dan Patrick makan malam.Masuk kamarnya, Maureen berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajah. Setelahnya, ia membaringkan badan di atas tempat tidurnya yang empuk.Ia hampir saja terlelap, ketika terdengar suara dari balik pintu kamarnya.“Nyonya, Maureen! Saya membawakan buket dan bingkisan mi
“Astaga! Selama ini kau mengetahuinya? Akan tetapi, kau terlihat biasa saja, bahkan tidak peduli?” Tanya Maureen dengan penasaran.Patrick meletakkan gelas anggur yang ada di tangannya ke atas meja. Ia memandangi Maureen dengan tatapan menggoda.Ia membiarkan Maureen menjadi penasaran dengan apa yang akan dikatakannya kepada Istrinya itu.Disantapnya makanannya dengan nikmat, sambil melihat Maureen dengan kalem. Wajah Istrinya itu melihat ke arahnya, dengan bibir yang dimanyunkan.Sabah mengangkat daging yang ia tusuk dengan garpu ke arah Maureen. “Sabar Sayang! Biarkan aku menikmati makan malamku dahulu.”Maureen mendengus tidak suka, tetapi ia tidak bisa memaksa Ray, karena suaminya itu keras kepala.Selesai makan pun Patrick tidak merasa perlu buru-buru menjawab pertanyaan Maureen. Ia menyesap anggurnya dengan nikmat selama beberapa saat.Patrick berdiri dari duduknya, lalu mengulurkan tangan kepada Maureen. Tanpa ragu Maureen menerima uluran tangan dari Patrick.“Apa yang akan kit
HahahaahaPatrick gelak tertawa mendengar nada cemburu di suara Maureen. Terlebih lagi ketika ia melihat wajah istrinya, yang merah, karena marah.Diraihnya Maureen ke dalam pelukan, sambil mengusap punggung Istrinya itu. Gestur tubuh Maureen yang kaku menunjukkan, kalau dirinya masih marah kepadanya.“Sudah kuduga, kalau kau mennintaiku dan hanya berpura-pura saja. Kau tidak bisa menolek pesonaku.” Bisik Patrick.Maureen memasang wajah cemberut dipukulnya punggung Ray, dengan kepalan tangannya yang kecil. Ia merasa marah, karena Patrick menggoda dirinya.Pada awalnya Patrick membiarkan saja Maureen memukul punggungnya, tetapi lama kelamaan ia merasa sakit juga.Ditangkapnya tangan Maureen, agar istrinya itu tidak bisa lagi memukulnya, lalu ia letakkan tangan Maureen di dadanya.“Kamu dapat merasakan dadaku berdebar dengan kencang, bukan? Kau tahu hanya berada dekat denganmu sajalah hal itu terjadi. Tidak ketika diriku berada dekat dengan perempuan lainnya,” ucap Patrick.Hati Maureen
“Jangan terlalu percaya diri, selalu ada untuk yang pertama kalinya,” sahut Maureen.Ia membaringkan badan di samping Patrick mengawasi putra dan suaminya yang becanda dengan asyiknya.Senyum dan tawa sesekali terlontar dari bibirnya melihat apa yang dilakukan Patrick dan putra mereka.“Apa kalian semua tidak capek? Bagaimana, kalau kita keluar saja kebetulan langit malam ini cerah dan kita bisa makan malam di taman depan,” Kata Maureen.Patrick melirik Maureen sekilas, kemudian ia memperhatikan putra mereka yang sedang bermian, seolah tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Istrinya tadi.Maureen menarik napas dalam-dalam, karena dirinya diabaikan oleh Patrick. Ia berjalan menuju pintu dan ketika tangannya sudah meraih kenop pintu suara Patrick menghentikan langkahnya.“Kau aturlah dengan pelayan, bagaimana kita makan sesuai dengan keinginanmu!” ucap Patrick.Senyum terbit di bibir Maureen, ternyata Patrick mendengarkan apa yang tadi dikatakannya.Dibukanya pintu kamar, kemudian
“Tidak memerlukan keahlian khusus untuk mengetahui apa yang ada di pikiranmu saat ini,” gerutu Maureen.Patrick tertawa dengan kencang membuat putra mereka melihat ke arahnya dan ikut tertawa juga.“Lihat Maureen! Putra kita menjadi tertawa senang, karenanya,” ucap Patrick.Ketiganya pun tertawa bersama. Baik Maureen, maupun Patrick tidak mau memperpanjang percakapan mereka tadi, karena hanya akan membuat keduanya bertengkar saja.Mereka mulai menikmati makan malam dengan tenang, tanpa ada yang membuka suara. Maureen membiarkan putranya belajar menyendok makannya sendiri.Setelah selesai makan Patrick berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan kannnya kepada Maureen.Ia mengecup punggung tangan Istrinya, dengan netra menatap Maureen. “Nyonya, maukah kau berdansa denganku?”Maureen menyunggingkan senyum tipis dengan mata yang berbinar senang. Diterimany ajakan Patrick untuk berdansa.Patrick melihat ke arah Putranya, yang menatap dengan senyum di wajah. “Kamu duduk di situ menjadi an
“Pergilah, Patrick! Aku tidak akan melarangmu.” Maureen beranjak dari tempatnya, kemudian berjalan keluar kamar.Dirinya akan tidur di kamar putra mereka saja daripada bersama dengan Patrick. Yang hanya membuat hatinya terluka saja.Dasar suami yang sombong dan tidak mengerti perasaannya. Hanya dirinya sendiri saja yang dipikirkan.Sesampainya di kamar putranya Maureen merebahkan badan di atas lantai dengan alas permadani yang tebal dan berbantalkan bantal sofa.Baru saja Maureen memejamkan mata ia mendengar suara langkah kaki dan pintu kamar putranya pun dibuka dengan perlahan.Suara langkah kaki tersebut teredam tebalnya karpet yang ada di kamar putra mereka. Dan Maureen mengatur pernapasannya dengan teratur.Patrick mengempaskan badannya di samping Maureen, lalu ia menggulingkan badan Maureen yang kaku, agar jatuh kepelukannya.“Apaan sih, kamu ini!” tegur Maureen.“Tidur dengan Istriku yang cantik dan sedang cemburu buta,” sahut Patrick.Maureen menyikut perut Patrick dengan siku,
“Maaf, Bung! Saudaraku ini memang mudah naik darah. Ia tidak senang melihat adiknya berada dekat dengannya,’ sahut Lukas kepada tuan rumah mereka.Sementara itu Patrick menatap tajam Lukas, tetapi ia tidak akan meladeni adiknya itu. Dirinya tidak ingin bertengkar di depan calon investor, walaupun dirinya merasa heran, kenapa Lukas bisa berada di tempat yang sama dengannya,Tuan rumah mereka melihat ke arah Lukas dan Patrick secara bergantian. Ia tidak mengetahui, kalau kedua tamunya ini bersaudara.“Saya tidak menyangka, kalau kalian adalah kakak beradik. Sekarang, mari kita duduk untuk menikmati hidangan yang sudah kami siapkan,” ucap tuan rumah mereka.“Tentu saja!” sahut Patrick singkat.Patrick mengikuti tuan mereka masuk menuju sebuah ruang besar, yang sudah tersusun meja dan kursi, serta buffet yang di atasnya diletakkan berabagai macam makanan.Patrick dan asistennya, sertaa Lukas dan tuan rumah mereka mulai mengambil makanan yang tersaji, kemudian mereka semua duduk di depan s
Wajah Lukas terlihat panik dan gugup terlihat sekali, kalau dirinya tidak bermaksud untuk membuat tuan rumah, yang juga pria yang ia harapkan menjadi investor pada peternakan, yang nantinya akan ia jadikan sebagai saingan bagi Patrick. “Anda salah mengerti! Saya tidak bermaksud berkata, seperti itu!”Patrick tersenyum sinis di tempatnya duduk. Ia melipat kedua tangannya di depan dada memperhatikan dalam diam, bagaimana Lukas mengatasi kesalahan yang dibuatnya.Paul memandang Lukas dengan raut wajah tidak suka dengan dingin ia berkata, “Saya tidak salah dalam mengartikan apa yang tadi Anda ucapkan. Dan saya tidak merasa perlu mendengarkan apapun lagi dari Anda!”Tiba-tiba saja pintu ruangan tempat mereka duduk dibuka. Dan masuklah seorang pria yang berbadan besar dengan wajah sangar.“Silakan keluar sendiri secara suka rela dari rumahku! Dan kalua Anda menolaknya, maka petugas keamanan saya yang akan melempar paksa Anda dari sini!” tegas Paul dingin.Patrick dalam hati tidak mengira, k