“Dasar sialan, kau Patrick! Tidak bisakah kau memberikan waktu kepadaku untuk menyusunnya! Pekerjaanku tidak hanya mengurus perceraianmu saja!” gerutu pengacara Patrick.Ia hanya ingin membalas Patrick yang sudah membangunkan dirinya dari tidur, setelah ia baru saja menghabiskan waktu menghadiri pesta.Ia juga tidak takut dan khawatir, kalau Patrick akan memutuskan untuk keluar dari firma hukum miliknya.Bukan karena firma hukum miliknya merupakan satu-satunya yang beroperasi di kota mereka. Akan tetapi, karena ia dan Patrick merupakan teman seak kecil.“Apakah kau sudah semakin tua, sehingga tidak bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus? Atau kau sudah bangkrut, sehingga kekurangan pekerja,” sahut Patrick, melalui sambungan telepon.Terdengar suara menggerutu dari pengacara Patrick. Ia mengomeli Patrick yang mau semuanya cepat tidak mau menunggu dengan sabar.Ia juga mengatakan, kalau dirinya akan mengerjakan perintah Patrick secepatnya, tanpa ia terus-menerus menerornya dengan
‘Ya, Tuhan! Bagaimana bisa Patrick berada di sini?’ batin Maureen.Sekujur tubuh Maureen bergetar, karena takut. Kakinya terasa lemas hampir tidak sanggup menopang tubuhnya. Ia bahkan tidak sanggup membalikkan badan untuk menatap wajah Patrick.Suara umpatan yang didengarnya membuat ia membuka mata perlahan. Ia dapat mendengar suara Lukas menyebut nama pria itu, tetapi ia tidak menyebut nama Patrick.“Bukalah matamu dan lihat siapa pria yang membuatmu takut, Maureen!” Perintah Lukas.Maureen membuka matanya perlahan, lalu membalikkan badan dan dilihatnya, kalau pria yang datang tak terduga itu bukanlah Patrick.“Perkenalkan pria yang sudah membuatmu takut ini namanya Logan. Dan ia merupakan salah seorang sahabatku. Aku lupa mengatakan kepadamu, kalau pondok ini biasa dipakai olehnya untuk menyepi dan aku tidak mengetahui, kalau ia akan datang ke sini!” Lukas memperkenalkan temannya.Maureen menyipitkan mata, ia merasa mengenali pria yang berdiri di hadapannya ini. “Aku merasa pernah
“Aku baru saja berada di sini! Apa yang kalian bicarakan? Kedengarannya seru sekali!” Maureen berhasil mengatasi rasa terkejutnya dan berbohong.Ia lalu berjalan mendekat di mana Lukas dan Logan sedang duduk. Dan berdiri tepat di samping Lukas.Ditatapnya Logan, sambil menyunggingkan senyum tipis. “Apakah kau akan menginap di pondok ini? Dan berapa lama kau akan berada di sini?”Logan balas tersenyum ke arah Maureen. Dalam hati ia merasa kasihan kepada Maureen yang menikah dengan pria, seperti Patrick.“Apakah kau tidak nyaman aku menginap di pondok ini juga? Aku bisa saja mencari tempat menginap yang lain, karena aku tidak mau mengganggumu!” sahut Logan.“Tidak masalah, kalau kau tinggal di sini juga. Hanya saja aku tidak mau kau terlibat masalah, kalau ketahuan Patrick berada bersama denganku.” Maureen menatap tepat netra Logan.Lukas mengusap pelan pundak Maureen. “Logan, bukan seorang pengecut! Ia pasti akan membelamu, kalau Patrick menuduhmu yang tidak-tidak. Logan juga bisa memb
“Apa! Bagaimana bisa? Sekarang di mana jasad Ibu Maureen berada?” Tanya Patrick dengan mimik wajah terkejut. Ayah Patrick menghela napas dengan berat. Ia sedikit kecewa kepada Patrick, tetapi mau bagaimana lagi ini semua kesalahannya yang sudah memaksakan kehendak. Dengan mengharuskan Patrick menikahi Maureen. “Jasadnya sudah dibawa ke rumah sendiri, sepertinya, sebelum meninggal Ibu Maureen sudah berpesan untuk dibawa ke rumahnya, sebelum dikuburkan,” sahut Ayah Patrick. Patrick mengangguk raut terkejut di wajahnya sudah berganti dengan raut wajah dingin. “Aku akan pergi ke sana dan mengurus proses pemakamannya, sambil menunggu apakah Maureen akan sadar dan datang untuk melihat Ibunya untuk yang terakhir kali.” Ayah Patrick mengangguk ia, kemudian pergi meninggalkan Patrick seorang diri. Ia tadinya berharap melihat Maureen dan cucunya di rumah ini, tetapi ternyata tidak. Sepeninggal Ayahnya, Patrick mengambil ponselnya, lalu melihat banyak sekali pesan yang masuk dan juga panggil
“Well…well! Sekarang aku mengetahui, mengapa Istriku tercinta bisa melarikan diri dariku dengan mudah. Ternyata ada komplotan pengkhianat di belakangku!” Tiba-tiba saja Patrick sudah berada di belakang punggung Maureen.Tubuh Maureen menjadi gemetar, lututnya pun terasa lemas. Ia takut, sekaligus senang mendengar suara Patrick kembali.Sayangnya ia dan Patrick harus menjadi musuh, terlebih lagi sedari awal dari Patrick tidak ada rasa cinta dan sayang untuknya. Hanya dirinya sendiri saja yang mencinta dalam diam.Patrick mengeraskan rahang, kedua tangannya terkepal di samping tubuh. Seandainya hanya ada ia dan Maureen saja dirinya sudah akan menarik Istri pengkhianatnya itu. Akan diguncangnya badan Maureen sampai ia merasa sakit.“Mengapa kalian diam saja? Apakah kalian terlalu takut atau tidak menduga akan melihatku berada di sini?” Tanya Patrick dengan nada sinis.Tangan Patrick terulur untuk mengambil putranya yang berada dalam gendongan Maureen. Dan ketika istrinya itu menolak memb
“A-aku tidak bermaksud untuk mengkhianatimu dan mereka semua tidak terlibat dalam rencana pelaranku! Aku bertemu dengan Lukas secara tidak sengaja. Ia kasihan melihatku dan menawarkan rumahnya untuk kutempati.” Terang Maureen dengan kepala tertunduk.Patrick menghela napas dengan berat raut kecewa begitu kentara di wajahnya. Ia merasa Maureen merendahkan dirinya dan hal itu merendahkan ego Patrick yang besar. Maureen mengangkat kepala memberanikan diri meilihat netra Patrick. Ia dilanda penyesalan dan rasa bersalah tidak saja kepada Patrick, tetapi semua orang yang merasakan akibat dari pelariannya.“Kurasa permintaan maaf dariku sulit untuk diterima, bukan? Kau juga tidak mau percaya, kalau Lukas dan Logan sama sekali tidak terlibat. Aku benci diriku sendiri, yang sudah membuat rusak hubunganmu dengan keduanya!” lirih Maureen.Patrick hanya diam dan melayangkan tatapan tajam menusuk ke arah Maureen, ia masuk ruang kerjanya yang gelap. Dinyalakannya lampu, sehingga ruangan itu menjad
“Kumohon, ijinkan aku tetap menjaga putra kita sendiri tanpa campur tangan orang asing! Aku tidak akan mengecewakanmu dengan kabur lagi.” Mohon Maureen, sambil mengusap air matanya.Patrick bergeming tidak terpengaruh dengan permohonan dan air mata Maureen. Ia berjalan menuju ruang kerjanya, lalu diambilnya satu botol whiskey. ‘Ia, kemudian duduk di balik meja kerjanya dengan kaki yang ia naikkan ke atas meja. Dituangnya whiskey ke gelas, yang langsung ia tenggak sampai habis berlanjut dengan gelas berikutnya.‘Argh! Semua ini gara-gara Maureen yang sudah membuat kacau keadaan! Dasar wanita tidak tahu diri yang tidak tahu terima kasih!’ umpat Patrick.Ia, kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan sempoyongan menuju kamar tidur di mana ada Maureen.Begitu merasakan ada langah kaki yang mendekat Maureen membuka matanya dan dilihatnya Patrick dengan mata yang merah menyala juga aroma alkohol yang begitu kuat menguar dari tubuhnya.Maureen bangun dari berbaringnya, lalu duduk. “Kau sed
'Siapa wanita itu? Apakah maksudmu, Sandra mantan kekasihmu? Bagaimana mungkin, kau akan membiarkan wanita itu mengasuh anakku! Tidakkah kau takut dia akan mencelakai anak kita!" Bentak Maureen emosi.Patrick menyipitkan mata, ia benci nada suara Maureen yang berani-beraninya membentaknyaDalam tiga langkah yang panjang dan cepat, Patrick sudah berdiri tepat di hadapan Maureen.Dipegangnya dengan kasar pundak istrinya itu, kemudian ia goyang-goyang dengan kasar."Jangan pernah berbicara dengan nada tinggi di hadapanku!" Bentak Patrick, kemudian mendorong Maureen kasar, sampai ia badannya membentur besi gagang pintu.'Aw!" seru Maureen merasakan sakit ada punggungnya. Namun, Patrick tidak peduli sama sekaliIa melambaikan tangan mengusir Maureen keluar dari kamarnya.Tidak ingin disakiti lebih banyak lagi oleh Patrick.Maureen berjalan keluar dengan langkah kaki yang terseok. Matanya yang dipenuhi air mata membuat Maureen tidak melihat jalan.Akhirnya ia jatuh terguling pada saat berad