“Aku baru saja berada di sini! Apa yang kalian bicarakan? Kedengarannya seru sekali!” Maureen berhasil mengatasi rasa terkejutnya dan berbohong.Ia lalu berjalan mendekat di mana Lukas dan Logan sedang duduk. Dan berdiri tepat di samping Lukas.Ditatapnya Logan, sambil menyunggingkan senyum tipis. “Apakah kau akan menginap di pondok ini? Dan berapa lama kau akan berada di sini?”Logan balas tersenyum ke arah Maureen. Dalam hati ia merasa kasihan kepada Maureen yang menikah dengan pria, seperti Patrick.“Apakah kau tidak nyaman aku menginap di pondok ini juga? Aku bisa saja mencari tempat menginap yang lain, karena aku tidak mau mengganggumu!” sahut Logan.“Tidak masalah, kalau kau tinggal di sini juga. Hanya saja aku tidak mau kau terlibat masalah, kalau ketahuan Patrick berada bersama denganku.” Maureen menatap tepat netra Logan.Lukas mengusap pelan pundak Maureen. “Logan, bukan seorang pengecut! Ia pasti akan membelamu, kalau Patrick menuduhmu yang tidak-tidak. Logan juga bisa memb
“Apa! Bagaimana bisa? Sekarang di mana jasad Ibu Maureen berada?” Tanya Patrick dengan mimik wajah terkejut. Ayah Patrick menghela napas dengan berat. Ia sedikit kecewa kepada Patrick, tetapi mau bagaimana lagi ini semua kesalahannya yang sudah memaksakan kehendak. Dengan mengharuskan Patrick menikahi Maureen. “Jasadnya sudah dibawa ke rumah sendiri, sepertinya, sebelum meninggal Ibu Maureen sudah berpesan untuk dibawa ke rumahnya, sebelum dikuburkan,” sahut Ayah Patrick. Patrick mengangguk raut terkejut di wajahnya sudah berganti dengan raut wajah dingin. “Aku akan pergi ke sana dan mengurus proses pemakamannya, sambil menunggu apakah Maureen akan sadar dan datang untuk melihat Ibunya untuk yang terakhir kali.” Ayah Patrick mengangguk ia, kemudian pergi meninggalkan Patrick seorang diri. Ia tadinya berharap melihat Maureen dan cucunya di rumah ini, tetapi ternyata tidak. Sepeninggal Ayahnya, Patrick mengambil ponselnya, lalu melihat banyak sekali pesan yang masuk dan juga panggil
“Well…well! Sekarang aku mengetahui, mengapa Istriku tercinta bisa melarikan diri dariku dengan mudah. Ternyata ada komplotan pengkhianat di belakangku!” Tiba-tiba saja Patrick sudah berada di belakang punggung Maureen.Tubuh Maureen menjadi gemetar, lututnya pun terasa lemas. Ia takut, sekaligus senang mendengar suara Patrick kembali.Sayangnya ia dan Patrick harus menjadi musuh, terlebih lagi sedari awal dari Patrick tidak ada rasa cinta dan sayang untuknya. Hanya dirinya sendiri saja yang mencinta dalam diam.Patrick mengeraskan rahang, kedua tangannya terkepal di samping tubuh. Seandainya hanya ada ia dan Maureen saja dirinya sudah akan menarik Istri pengkhianatnya itu. Akan diguncangnya badan Maureen sampai ia merasa sakit.“Mengapa kalian diam saja? Apakah kalian terlalu takut atau tidak menduga akan melihatku berada di sini?” Tanya Patrick dengan nada sinis.Tangan Patrick terulur untuk mengambil putranya yang berada dalam gendongan Maureen. Dan ketika istrinya itu menolak memb
“A-aku tidak bermaksud untuk mengkhianatimu dan mereka semua tidak terlibat dalam rencana pelaranku! Aku bertemu dengan Lukas secara tidak sengaja. Ia kasihan melihatku dan menawarkan rumahnya untuk kutempati.” Terang Maureen dengan kepala tertunduk.Patrick menghela napas dengan berat raut kecewa begitu kentara di wajahnya. Ia merasa Maureen merendahkan dirinya dan hal itu merendahkan ego Patrick yang besar. Maureen mengangkat kepala memberanikan diri meilihat netra Patrick. Ia dilanda penyesalan dan rasa bersalah tidak saja kepada Patrick, tetapi semua orang yang merasakan akibat dari pelariannya.“Kurasa permintaan maaf dariku sulit untuk diterima, bukan? Kau juga tidak mau percaya, kalau Lukas dan Logan sama sekali tidak terlibat. Aku benci diriku sendiri, yang sudah membuat rusak hubunganmu dengan keduanya!” lirih Maureen.Patrick hanya diam dan melayangkan tatapan tajam menusuk ke arah Maureen, ia masuk ruang kerjanya yang gelap. Dinyalakannya lampu, sehingga ruangan itu menjad
“Kumohon, ijinkan aku tetap menjaga putra kita sendiri tanpa campur tangan orang asing! Aku tidak akan mengecewakanmu dengan kabur lagi.” Mohon Maureen, sambil mengusap air matanya.Patrick bergeming tidak terpengaruh dengan permohonan dan air mata Maureen. Ia berjalan menuju ruang kerjanya, lalu diambilnya satu botol whiskey. ‘Ia, kemudian duduk di balik meja kerjanya dengan kaki yang ia naikkan ke atas meja. Dituangnya whiskey ke gelas, yang langsung ia tenggak sampai habis berlanjut dengan gelas berikutnya.‘Argh! Semua ini gara-gara Maureen yang sudah membuat kacau keadaan! Dasar wanita tidak tahu diri yang tidak tahu terima kasih!’ umpat Patrick.Ia, kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan sempoyongan menuju kamar tidur di mana ada Maureen.Begitu merasakan ada langah kaki yang mendekat Maureen membuka matanya dan dilihatnya Patrick dengan mata yang merah menyala juga aroma alkohol yang begitu kuat menguar dari tubuhnya.Maureen bangun dari berbaringnya, lalu duduk. “Kau sed
'Siapa wanita itu? Apakah maksudmu, Sandra mantan kekasihmu? Bagaimana mungkin, kau akan membiarkan wanita itu mengasuh anakku! Tidakkah kau takut dia akan mencelakai anak kita!" Bentak Maureen emosi.Patrick menyipitkan mata, ia benci nada suara Maureen yang berani-beraninya membentaknyaDalam tiga langkah yang panjang dan cepat, Patrick sudah berdiri tepat di hadapan Maureen.Dipegangnya dengan kasar pundak istrinya itu, kemudian ia goyang-goyang dengan kasar."Jangan pernah berbicara dengan nada tinggi di hadapanku!" Bentak Patrick, kemudian mendorong Maureen kasar, sampai ia badannya membentur besi gagang pintu.'Aw!" seru Maureen merasakan sakit ada punggungnya. Namun, Patrick tidak peduli sama sekaliIa melambaikan tangan mengusir Maureen keluar dari kamarnya.Tidak ingin disakiti lebih banyak lagi oleh Patrick.Maureen berjalan keluar dengan langkah kaki yang terseok. Matanya yang dipenuhi air mata membuat Maureen tidak melihat jalan.Akhirnya ia jatuh terguling pada saat berad
“Siapa kau, beraninya menuduhku, seperti itu!” Patrick mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya.Seandainya tidak ingat, kalau ini rumah sakit dan dirinya harus membeli susu untuk putranya ia sudah mengajak Lukas berkelahi sekarang juga.Tidak mau meladeni adik tirinya itu lebih jauh lagi Patrick kembali melanjutkan langkahnya. Namun, dari arah kejauhan terlihat sopirnya berjalan dengan cepat ke arahnya.Setelah sopirnya berada dekat Patrick pun berkata, “Tolong pergilah ke minimarket! Belikan putraku susu formula juga keperluan lainnya!”“Baik. Bos!” Sopir pribadi Patrick langsung berbalik untuk melaksanakan perintah bosnya itu. Ia tahu, kalau sedari di mobil tadi bayi bosnya sudah bergerak gelisah.Patrick pun kembali berjalan menyusuri koridor tempat di mana Maureen sedang dirawat. Raut wajahnya terlihat dingin tanpa senyum.‘Siapa yang memberitahu Lukas, kalau Maureen dibawa ke rumah sakit? Apakah sopir pribadiku berkhianat juga dengan mengabarkan hal ini kepada Lukas?’ batin Pat
“Jangan samakan diriku dengan kamu, yang tidak tahu diri membawa kabur istri orang! Kau tahu, Lukas! Aku sudah menahan diriku sedari di rumah sakit tadi untuk tidak menghajarmu, tetapi ternyata kau terus saja memancingku untuk melakukannya!” ucap Patrick.Sebelum Lukas sempat menghindar dapat dirasakannya sebuah tamparan yang mendarat tepat di wajahnya. Tidak hanya cukup sekali saja, tetapi berulangkali.“Tamparanku tidak seberapa, bila dibandingkan dengan apa yang sudah kau lakukan kepadaku! Kau telah merendahkan harga diriku, sebagai seorang suami!” Tegas Patrick.Beberapa orang pegawai juga petugas keamanan datang, untuk memisahkan keduanya. Namun, Patrick memberontak dari pegawainya yang coba menangkap tangannya, agar tidak menyerang Lukas.Patrick melayangkan tatapan tajam menusuk kepada pegawainya itu. “Lepaskan tanganku! Aku tidak akan menyerang bajingan sialan ini, lagi!”Pegawai Patrick pun melepaskan pegangan tangan mereka. Tidak mau dirinya menjadi tontonan dari pegawainya,