“Saya harap Anda bisa bersikap sopan tidak peduli jabatan Anda! Di sini ada aturan dan Anda harus mematuhinya!” Pegawai administrasi itu menatap Patrick dingin.Wajah Patrick menjadi merah, karena amarah. Dengan tangan yang terkepal dan mata menyorot marah. Dirinya, kemudian ia bangkit dari duduknya berjalan keluar ruangan itu.Disadarinya, kalau ia telah memasuki ruangan yang salah. Ia harus mencari kelas Maureen, atau orang-orang yang mengenal Istrinya itu. Ia harus berhasil mendapatkan informasi, siapa kira-kira orang yang sudah membantu Maureen kabur.Ini sudah memasuki hari ke tiga dan ia sama sekali belum mendapatkan informasi di mana dan siapa yang sudah membawa Maureen.“Hei, kamu!” Patrick melambaikan tangan dengan tatapan mata menyiratkan amarah. Ia tidak peduli, kalau dirinya membuat takut gadis itu.“Kamu teman Maureen, bukan? Dapatkah kau mengatakan kepadaku siapa saja yang dekat dengan Istriku!” Tegas Patrick, sambil memegang tangan gadis itu.Gadis itu secara otomatis
“Ayah pikir untuk apa aku mencari Maureen, kalau aku sudah mencelakainya!” Bentak Patrick, sambil memukul meja kerjanya dengan keras.“Bagus, kalau kamu bertanggung jawab untuk mencari Istri dan anakmu!” Ayah Patrick bangkit dari duduknya, kemudian berjalan keluar dari ruang kerja tersebut.Begitu pintu ruang kerjanya sudah tertutup Patrick mengacak rambutnya dengan kasar. Ia menjadi semakin marah kepada Maureen, karena kesulitan yang ia hadapi akibat pelariannya.Diisinya gelas yang kosong dengan anggur, biarlah alkohol menjadi pelarian dari rasa kesalnya. Semua yang dilakukannya untuk mencari Maureen belum juga membuahkan hasil.Entah pada gelas ke berapa pada akhirnya Patrick menjadi mabuk. Dan kepalanya jatuh tertelungkup di atas meja kerja.‘Argh! Siapa yang berteriak-teriak memekakkan telinga dan membuat kepalaku sakit!’ gerutu Patrick.Diangkatnya kepala dari atas meja, kemudian ia berjalan menuju pintu kamar, sambil memegang kepalanya.Dibukanya pintu kamar dan terlihat sosok
“Dia tidak akan sendirian dan lama berada di sini! Hanya sampai saudaraku berhenti mencarinya!” timpal sebuah suara tiba-tiba saja.Sahabat Maureen menjadi terkejut mendengar suara yang terdengar dari balik kaca jendela mobil sisi Maureen yang sudah diturunkan.“Siapa kamu? Dan, bagaimana caranya kamu bisa tiba-tiba saja berada di sini?” Tanya sahabat Maureen galak.Lukas membuka pintu mobil sisi Maureen, lalu dibantunya wanita itu turun dari mobil. Ia tidak menghiraukan pertanyaan tadi.Dengan raut wajah marah, karena diabaikan. Sahabat Maureen pun turun dari mobil berjalan di belakang keduanya.Mereka semua masuk rumah, kemudian duduk di kursi yang ada di ruang tamu. Sahabat Maureen memperhatikan, bagaimana pria asing baginya membuka pintu dengan mudah.Rumah ini juga terlihat bersih dan tidak ada debu yang menempel di kursi yang mereka duduki. Ia ingin bertanya, tetapi hatinya masih mendongkol, karena pertanyaannya tadi diabaikan.Lukas berdiri dari duduknya masuk ke bagian dalam r
“Siapa Anda? Saya sama sekali tidak mengerti apa yang Anda katakan!” Sarah menatap Patrick dengan tajam.Tangan Patrick memegang dagu Sarah dengan kasar. Ia memperingatkan wanita itu, kalau dirinya mengetahui ia lah yang menolong Maureen kabur dari hotel.Sarah menjadi terkejut, tetapi ia dengan cepat mengatasi rasaa terkejutnya itu. Namun, ia teringat, kalau dirinya menunggu Maureen di pinggir jalan. Di mana ia mengetahui tidak ada kamera pengawas.“Sayang sekali Anda salah orang! Tidak mungkin saya melakukan, seperti yang Anda tuduhkan!” Sarah bergerak menjauh dari Patrick.Terdengar suara menggeram dari Patrick. Ia menggunakan kepalan tangannya untuk memukul dinding yang ada di dekat badan Sarah.Sontak saja Sarah terlonjak terkejut wajahnya menjadi pucat. Sekarang ia mengerti apa yang diperingatkan Lukas kepadanya.Suami Maureen ini tidak peduli, kalau yang dihadapinya seorang wanita. Dirinya tetap saja bersikap kasar.“Memang benar aku yang membantu Maureen kabur darimu! Dan aku
“Dasar sialan, kau Patrick! Tidak bisakah kau memberikan waktu kepadaku untuk menyusunnya! Pekerjaanku tidak hanya mengurus perceraianmu saja!” gerutu pengacara Patrick.Ia hanya ingin membalas Patrick yang sudah membangunkan dirinya dari tidur, setelah ia baru saja menghabiskan waktu menghadiri pesta.Ia juga tidak takut dan khawatir, kalau Patrick akan memutuskan untuk keluar dari firma hukum miliknya.Bukan karena firma hukum miliknya merupakan satu-satunya yang beroperasi di kota mereka. Akan tetapi, karena ia dan Patrick merupakan teman seak kecil.“Apakah kau sudah semakin tua, sehingga tidak bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus? Atau kau sudah bangkrut, sehingga kekurangan pekerja,” sahut Patrick, melalui sambungan telepon.Terdengar suara menggerutu dari pengacara Patrick. Ia mengomeli Patrick yang mau semuanya cepat tidak mau menunggu dengan sabar.Ia juga mengatakan, kalau dirinya akan mengerjakan perintah Patrick secepatnya, tanpa ia terus-menerus menerornya dengan
‘Ya, Tuhan! Bagaimana bisa Patrick berada di sini?’ batin Maureen.Sekujur tubuh Maureen bergetar, karena takut. Kakinya terasa lemas hampir tidak sanggup menopang tubuhnya. Ia bahkan tidak sanggup membalikkan badan untuk menatap wajah Patrick.Suara umpatan yang didengarnya membuat ia membuka mata perlahan. Ia dapat mendengar suara Lukas menyebut nama pria itu, tetapi ia tidak menyebut nama Patrick.“Bukalah matamu dan lihat siapa pria yang membuatmu takut, Maureen!” Perintah Lukas.Maureen membuka matanya perlahan, lalu membalikkan badan dan dilihatnya, kalau pria yang datang tak terduga itu bukanlah Patrick.“Perkenalkan pria yang sudah membuatmu takut ini namanya Logan. Dan ia merupakan salah seorang sahabatku. Aku lupa mengatakan kepadamu, kalau pondok ini biasa dipakai olehnya untuk menyepi dan aku tidak mengetahui, kalau ia akan datang ke sini!” Lukas memperkenalkan temannya.Maureen menyipitkan mata, ia merasa mengenali pria yang berdiri di hadapannya ini. “Aku merasa pernah
“Aku baru saja berada di sini! Apa yang kalian bicarakan? Kedengarannya seru sekali!” Maureen berhasil mengatasi rasa terkejutnya dan berbohong.Ia lalu berjalan mendekat di mana Lukas dan Logan sedang duduk. Dan berdiri tepat di samping Lukas.Ditatapnya Logan, sambil menyunggingkan senyum tipis. “Apakah kau akan menginap di pondok ini? Dan berapa lama kau akan berada di sini?”Logan balas tersenyum ke arah Maureen. Dalam hati ia merasa kasihan kepada Maureen yang menikah dengan pria, seperti Patrick.“Apakah kau tidak nyaman aku menginap di pondok ini juga? Aku bisa saja mencari tempat menginap yang lain, karena aku tidak mau mengganggumu!” sahut Logan.“Tidak masalah, kalau kau tinggal di sini juga. Hanya saja aku tidak mau kau terlibat masalah, kalau ketahuan Patrick berada bersama denganku.” Maureen menatap tepat netra Logan.Lukas mengusap pelan pundak Maureen. “Logan, bukan seorang pengecut! Ia pasti akan membelamu, kalau Patrick menuduhmu yang tidak-tidak. Logan juga bisa memb
“Apa! Bagaimana bisa? Sekarang di mana jasad Ibu Maureen berada?” Tanya Patrick dengan mimik wajah terkejut. Ayah Patrick menghela napas dengan berat. Ia sedikit kecewa kepada Patrick, tetapi mau bagaimana lagi ini semua kesalahannya yang sudah memaksakan kehendak. Dengan mengharuskan Patrick menikahi Maureen. “Jasadnya sudah dibawa ke rumah sendiri, sepertinya, sebelum meninggal Ibu Maureen sudah berpesan untuk dibawa ke rumahnya, sebelum dikuburkan,” sahut Ayah Patrick. Patrick mengangguk raut terkejut di wajahnya sudah berganti dengan raut wajah dingin. “Aku akan pergi ke sana dan mengurus proses pemakamannya, sambil menunggu apakah Maureen akan sadar dan datang untuk melihat Ibunya untuk yang terakhir kali.” Ayah Patrick mengangguk ia, kemudian pergi meninggalkan Patrick seorang diri. Ia tadinya berharap melihat Maureen dan cucunya di rumah ini, tetapi ternyata tidak. Sepeninggal Ayahnya, Patrick mengambil ponselnya, lalu melihat banyak sekali pesan yang masuk dan juga panggil