Selepas makan malam, Jack kembali memeriksa Leland. Sangat jelas terlihat pria itu sudah kepayahan.“Beri dia minum!” perintah Jack pada dua prajurit yang berjaga.Salah seorang ingin masuk ke dapur untuk mengambil air minum. Namun, dicegah oleh Jack. “Mau ke mana?”“Ambil air minum!” jawabnya polos.“Ambil air di keran luar saja. Dia tak layak mendapatkan air minum dari dapur!” Nada suara Jack terdengar ketus.Pria itu berlari ke pintu garasi dan mengisi ember kecil yang ada di sana dengan ar keran. Kemudian menjinjingnya masuk dan diletakkan di dekat Jack yang terus mengawasi Leland.“Beri dia minum!” perintah Jack dingin.Prajurit tadi mengangkat ember kecil itu ke dekat mulut Leland. “Kalau mau minum, buka mulutmu!” serunya dengan suara keras.Air itu diguyurkan ke wajah Leland. Pria itu terpaksa menengadah sedikit, agar dapat menelan cukup banyak air. Dia memang sangat lapar dan kehausan.“Sudah puas?” ejek Jack setelah prajurit tadi pergi dengan membawa ember kosong.“Kalian bi
Jack menggertakkan rahang menahan emosi. Diambilnya ponsel dan memanggil Ned serta Bob untuk datang ke rumah utama. Keduanya segera datang dengan setengah berlari. Lalu terheran-heran melihat Leland yang dibaringkan di ruang tengah dengan diberi infus. Ada Tom, Tuan Fredd dan Valerie juga di sana.“Ya, Jenderal!” Kedaunya langsung menyapa hormat.Jack masuk ke dalam kamar dan engambil pistol yang dileteakkannya di laci nakas. Lalu keluar serta memberi perintah.“Jaga semua orang di dalam rumah dan kunci semua pintu. Jangan buka pintu, jika bukan aku yang memanggil!” pesan Jack.“Siap!” sahut keduanya serempak.Dua ajudan itu jelas kebingungan. Mereka tak tahu apa yang terjadi. Tom dan Tuan Fredd juga mengunci mulut rapat-rapat. Jack sudah keluar dan berjalan ke belakang, ke bangunan tempat pengolahan anggur dan tempat istirahat para prajurit.“Jenderal!” sapa dua orang prajurit yang sedang berjalan bersama ke arah jalan depan tanah itu.“Apakah Falcon dan Phoenix ada di belakang?” ta
Bab 95. Sakitnya Vladimir DeskaSaat Jack berlari ke belakang, Phoenix juga sedang berlari ke arahnya. Tangannya menggenggam pistol yang sekarang diarahkan pada Jack. Keduanya saling mengacungkan pistol dari jarak hanya sepuluh meter saja.“Aku bisa mengerti bahwa Kau mungkin menerima pekerjaan apa saja setelah keluar dari tahanan. Dan Kau mungkin tidak mengetahui bahwa yang Kau lakukan telah merugikan sesama pasukan khusus. Aku bisa melepaskanmu pergi kali ini. Namun, tidak ada lain kali, jika kau melakukan kesalahan seperti ini lagi!” ujar Jack tegas.Dari bangunan belakang, Falcon dan para prajurit menodongkan senjata sambil mendekat pada Phoenix.“Kau dengar itu? Jenderal mengampunimu. Namun, tidak ada kata lain kali bagi seluruh anggota tim khusus. Kami tak menerimamu lagi!” timpal Falcon.Jack mengawasi Phoenix dengan seksama. Matanya menyipit, bersiap untuk menembak jika pria itu nekat melepaskan tembakan lagi.Phoenix sangat menyadari posisinya yang tidak menguntungkan. Jika d
Sebuah helikopter mendarat di landasan helikopter markas Besar tentara gabungan. Tiger menyampaikan bahwa jemputan Jack sudah tiba. “Aku segera ke sana!” sahut Jack. “Aku harus segera pergi.” Jack menyambar jasnya di sandaran kursi dan melangkah ke luar ruangan. Nyonya Smith dan Mandy belum lama, juga pulang. Hunter mengiringinya turun ke lantai bawah, menuju landasan helikopter. Helikopter itu terbang setelah menyambungkan pesan Brianna pada Jack. “Iya, aku sudah naik ke heikoptermu,” jawab Jack. “Baiklah ... sampai bertemu, Jack!” Gadis itu memutus sambungan telepon tersebut. Heli itu telah naik ke udara dan langsung meninggalkan area markas tentara. Dalam satu jam, Jack telah mendarat dan seorang pria telah menunggu untuk mengantarkannya ke ruang rawat Tuan Vladimir Deska. Jack emngikuti pria itu melewati koridor rumah sakit, sebelum naik ke lantai lima dan kembali melewati ruang demi ruang. Setelah pria itu mengetuk pintu dan mendapat jawaban, dia membuka pintu untuk Jack. “S
Brianna telah bersikap sewajarnya istri. Pagi sekali, pelayannya datang dengan baju bersih untuk dikenakan Jack. Sarapan dari rumah sudah siap di atas meja. Entah kapan gadis itu memesan pada pelayannya. Yang jelas, setelah bangun tidur.Jack melihat semua keperluannya sudah disiapkan. Jack menjadi sedikit canggung diperlakukan semanis itu. Namun, Vladimir yang telah bangun pagi, terus mengikuti langkahnya tanpa bicara. Mau tak mau, digantinya baju yang dikenakan sehari sebelumnya, dengan yang bersih, lalu sarapan.“Saya harus bekerja, semoga kesehatan Anda kembali membaik seperti sebelumnya,” harap Jack tulus.“Terima kasih, Jack. Aku berharap banyak padamu. Tolong jaga putriku setelah aku tiada,” kata Vladimir terbata.“Aku suaminya, tentu saja kewajibanku untuk menjaganya,” jawab Jack menenangkan pria tua itu. Kesan dingin dan keras yang dilihatnya saat pertama bertemu, sudah hilang. Dia benar-benar hanya seorang pria tua tak berdaya.“Kau sudah akan berangkat?” Brianna menegurnya
Pikiran Jack dipenuhi berbagai pertanyaan tentang keluarga Brianna. Meskipun mencoba berkali-kali, informasi yang didapatnya hanya sekedar informasi publik lengkap dan transparant. Perusahaan Vladimir Deska jelas tercatat di berbagai negara sebagai perusahaan real yang diakui oleh pemerintah dan konsumen. Benar-benar tak ada celah yang bisa menjadi jalan untuk menemukan kesalahannya.Dan melihat jaringan perusahaan besar itu, Jack bisa membayangkan kecemasan Brianna yang mendadak mengambil alih tampuk pimpinan. Tentu saja akan ada beberapa orang yang tidak menyukai gadis yang biasanya tampil glamour dan suka bersenang-senang mengahbiskan uang saku.“Apakah hal itu yang membuat dia ingin menampilkan sosok suami sebagai pendukung kuat di belakangnya?” pikir Jack menggelengkan kepala.“Ah ... itulah sebabnya dia menawarkan bantuan mencari Gold Finger dan Dante. Siapakah diantara client dan rekan kerja Vladimir yang mungkin memiliki kunci atas rahasia-rahasia itu?”Jack tertidur dengan p
Jack merasa hidupnya mendadak jadi rumit setelah menikahi Brianna. Namun, perjanjian itu telah ditanda tangani. Maka dia hanya harus lebih waspada agar tidak terjebak lebih jauh dengan urusan gelap Vladimir Deska. Dia akan menanyakan hal ini nanti pada Brianna.Sore hari, panggilan telepon dari Brianna diterimanya. “Bisakah Kau menemani ayah di rumah sakit malam ini? Aku sedang dalam perjalanan ke Moskow saat ini,” kata Brianna.“Apa aku ada pilihan?” tanya jack.“Kurasa, tidak!” Brianna tertawa kecil. Akan kukirimkan helikopter untuk menjemput ke kantormu,” tambahnya lagi.“Hem ....” Jack hanya berdehem kemudian mematikan sambungan telepon mereka.Tak berselang lama, sebuah helikopter telah mendarat di helipad dan menunggunya datang. “Sungguh wanita yang tahu apa yang diinginkannya!”Jack sedikit kesal karena merasa dipojokkan. Dia harus melakukan peran sebagai suami itu, agar informasi tentang para pembunuh itu diberikan Brianna. Sambil menyambar jas di kursi, Jack berjalan keluar.
Sore hari, pesan Brianna kembali masuk. “Aku sudah kembali dan bersama ayah.”Jack mengerutkan dahi membaca pesan laporan itu. Terlalu aneh baginya menerima pesan akrab semacam itu dari wanita yang hanya menjadi istri berdasarkan kontrak. Menurutnya, Brianna tak perlu menunjukkan perhatian hingga sedetail ini.Tak lama pesan lainnya masuk. “Jadi, Kau tak perlu ke sini.”Jack tersenyum tipis. Ternyata seperti itulah maksud Brianna mengabari kepulangannya. “Aku yang berpikir terlalu banyak!” gumam Jack menahan tawa.“Bagaimana dengan alamat Pamela yang kuberikan tadi pagi?” tanya lagi.“Sudah kuatur orang ke sana!” balas Jack cepat.“Ok. Selamat beristirahat, Jack!” Itu pesan terakhir Brianna hari itu. Jack menutup ponsel dan pulang ke rumahnya.***Di Philadelphia, Calvin Fisher akhirnya siuman setelah beberapa hari. Tuan Lee dan beberapa bawahannya rajin menjenguk ke rumah sakit. Mereka cukup sibuk sejak peristiwa kecelakaan itu. Tuan Lee menggantikan mengawasi semua hal tetap berjala
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng