Pikiran Jack dipenuhi berbagai pertanyaan tentang keluarga Brianna. Meskipun mencoba berkali-kali, informasi yang didapatnya hanya sekedar informasi publik lengkap dan transparant. Perusahaan Vladimir Deska jelas tercatat di berbagai negara sebagai perusahaan real yang diakui oleh pemerintah dan konsumen. Benar-benar tak ada celah yang bisa menjadi jalan untuk menemukan kesalahannya.Dan melihat jaringan perusahaan besar itu, Jack bisa membayangkan kecemasan Brianna yang mendadak mengambil alih tampuk pimpinan. Tentu saja akan ada beberapa orang yang tidak menyukai gadis yang biasanya tampil glamour dan suka bersenang-senang mengahbiskan uang saku.“Apakah hal itu yang membuat dia ingin menampilkan sosok suami sebagai pendukung kuat di belakangnya?” pikir Jack menggelengkan kepala.“Ah ... itulah sebabnya dia menawarkan bantuan mencari Gold Finger dan Dante. Siapakah diantara client dan rekan kerja Vladimir yang mungkin memiliki kunci atas rahasia-rahasia itu?”Jack tertidur dengan p
Jack merasa hidupnya mendadak jadi rumit setelah menikahi Brianna. Namun, perjanjian itu telah ditanda tangani. Maka dia hanya harus lebih waspada agar tidak terjebak lebih jauh dengan urusan gelap Vladimir Deska. Dia akan menanyakan hal ini nanti pada Brianna.Sore hari, panggilan telepon dari Brianna diterimanya. “Bisakah Kau menemani ayah di rumah sakit malam ini? Aku sedang dalam perjalanan ke Moskow saat ini,” kata Brianna.“Apa aku ada pilihan?” tanya jack.“Kurasa, tidak!” Brianna tertawa kecil. Akan kukirimkan helikopter untuk menjemput ke kantormu,” tambahnya lagi.“Hem ....” Jack hanya berdehem kemudian mematikan sambungan telepon mereka.Tak berselang lama, sebuah helikopter telah mendarat di helipad dan menunggunya datang. “Sungguh wanita yang tahu apa yang diinginkannya!”Jack sedikit kesal karena merasa dipojokkan. Dia harus melakukan peran sebagai suami itu, agar informasi tentang para pembunuh itu diberikan Brianna. Sambil menyambar jas di kursi, Jack berjalan keluar.
Sore hari, pesan Brianna kembali masuk. “Aku sudah kembali dan bersama ayah.”Jack mengerutkan dahi membaca pesan laporan itu. Terlalu aneh baginya menerima pesan akrab semacam itu dari wanita yang hanya menjadi istri berdasarkan kontrak. Menurutnya, Brianna tak perlu menunjukkan perhatian hingga sedetail ini.Tak lama pesan lainnya masuk. “Jadi, Kau tak perlu ke sini.”Jack tersenyum tipis. Ternyata seperti itulah maksud Brianna mengabari kepulangannya. “Aku yang berpikir terlalu banyak!” gumam Jack menahan tawa.“Bagaimana dengan alamat Pamela yang kuberikan tadi pagi?” tanya lagi.“Sudah kuatur orang ke sana!” balas Jack cepat.“Ok. Selamat beristirahat, Jack!” Itu pesan terakhir Brianna hari itu. Jack menutup ponsel dan pulang ke rumahnya.***Di Philadelphia, Calvin Fisher akhirnya siuman setelah beberapa hari. Tuan Lee dan beberapa bawahannya rajin menjenguk ke rumah sakit. Mereka cukup sibuk sejak peristiwa kecelakaan itu. Tuan Lee menggantikan mengawasi semua hal tetap berjala
“Ayah, berhentilah memeriksa ponsel!” tegur Brianna saat dia masuk ruangan dan melihat Vladimir sedang mengetik pesan di ponsel.“Yang sakit tubuhku, bukan otakku!” balas Vladimir Deska keras kepala.“Jika ayah tak mau mendengar, maka mari kita pulang saja dan lakukan semaunya di rumah!” kesal Brianna.Pria tua itu meletakkan ponsel di meja samping. Urusannya sudah selesai. Lalu mengangkat kepala melihat putrinya yang menghempaskan tubuh dengan kesal di sofa.“Apakah ada hal yang sangat berat?” tanya Vladimir pada Brianna.“Hah! Urusan Kelompok Bawah Tanah itu sangat menjengkelkan!” ujarnya sambil mengehembuskan napas panjang untuk menenangkan diri.“Kau harus tegas pada hal yang tak bisa ditoleransi dalam kelompok. Namun, harus lebih hati-hati jika ingin mengambil keputusan menyangkut urusan ekstern. Karena, setiap keputusan yang gegabah, bisa nerakibat langsung pada kelompok kita dan dirimu sendiri!” nasehat ayahnya.Brianna diam tak menjawab.“Ada persoalan apa?” desaknya infin tah
Angin dingin menerpa wajah Jack dan Brianna. Keduanya sedang berlari kecil mengelilingi perkebunan hingga jalan pedesaan yang menuju rumah. Falcon dan Tiger ikut joging sambil mengiringi dari belakang. Di belakang mereka sebarisan tentara ikut berlari dengan penuh semangat.Suara yel-yel mereka yang bersemangat, seperti bahan bakar yang menghangatkan pagi dingin di awal musim dingin. Salju belum turun, tapi suhu sudah lebih rendah dari biasanya.“Apa Kau lelah?” tanya Jack pada Brianna yang lari di sebelahnya.“Tidak!" GAdis itu menggeleng. Namun, dia berhenti berlari."Apa Kau mau lomba lari denganku?” tanya gadis itu dengan jenaka. Dia memperkirakan jarak gerbang masuk ke tanah Jack tinggal sekitar seratus meter lagi.“Wow! Terima saja, Bos!” Falcon menimpali. Bersama Lion mereka ikut berhenti dan menunggu jawaban Jack. Di belakang, para tentara telah menyusul sampai dan ikut berhenti.“Ada apa?” tanya mereka ingin tahu.“Nyonya menantang Jenderal lomba lari!” sahut Tiger sambi ters
Jack menunggu Brianna dengan mengamati pemandangan halaman dari balkon kamar. Bias pemandangan laut, terlihat terang di garis horizon. Rembang petang yang romantis hampir usai.“Apa Kau suka pemandangan di luar?” Pertanyaan Brianna yang tiba-tiba, mengejutkan Jack. Pria itu berbalik dengan kecemasan yang tak bisa ditutupinya.“Kau keluar sendiri? Kenapa tidak minta tolong padaku?” Jack menyesalkan sikap Brianna.Brianna yang sedang berjalan terpincang ke tempat tidur, tidak menjawab. Kemudian gadis itu menjatuhkan tubuhnya dan wajahnya meringis menahan nyeri. Jack datang mendekat.“Pasti sangat nyeri. Apa tidak sebaiknya kita periksa ke rumah sakit?” tanya Jack tak tega.“Ini hanya hal kecil. Jangan berlebihan!” geleng Brianna.“Apa Kau sering mengalami sakit begini? Aku tak akan percaya jika ayahmu tidak akan khawatir!” kata Jack.“Makanya aku tak pernah memberi tahu. Aku pernah mengalami lebih dari ini. Dan Ayah tidak tahu!” gadis itu tersenyum bangga.“Bagaimana bisa? Apakah ada ya
“Aku harus segera berangkat. Ada persidangan kasus pembunuhan ibuku di Meadow Creek,” kata Jack saat mereka sarapan.“Akan kuatur helikopter untuk mengantarmu pulang.” Brianna mengangguk mengerti. Dia segera menelepon pilot untuk mengantarkan Jack kembali ke rumahnya.“Oke, kukira aku sudah selesai sekarang.”Jack meletakkan serbet makannya di samping piring. Kemudian berdiri dan mendekati istrinya yang duduk di seberang meja. Dia menunduk sedikit dan mencium sekilas pipi Brianna. “Aku tak bisa menemanimu ke rumah sakit.”“Akan kukatakan pada ayah kalau Kau sibuk hari ini.” Brianna mengangguk kaku. Hanya saja, karena ada pelayan rumah yang mengawasi. Tidak mungkin baginya melarang Jack mencium pipi. Matanya mengawasi pria yang menjadi suami pura-puranya berjalan pergi.“Sampai bertemu lagi!” Jack melangkah menuju halaman depan rumah. Sekarang dia sudah sedikit mengetahui seluk-beluk rumah mewah itu. Kendaraannya sudah menunggu di helipad, di tengah halaman berumput.“Apakah kita ke Me
Dua hari berlalu sejak kedatangan Chief. Jack belum bertemu lagi dengan Brianna dan ayahnya. Dia berusaha menjaga jarak dan menyibukkan diri. Terutama karena kemudian Lion mengabarkan bahwa timya telah menemukan Pamela. Jack menyusul ke New York bersama Hunter.Selain menjenguk kakeknya yang telah pulang dan dirawat di rumah, Jack juga harus datang ke kantor untuk beberapa urusan perusahaan. Brodie sudah menyiapkan hal-hal yang perlu dikerjakannya saat tiba di kantor pusat.Sebuah panggilan dari Brianna masuk. Jack segera menerimanya. “Ya!” sahutnya datar.“Kau di mana? Bisakah sore nanti helikopter menjemputmu ke kantor?” tanya istrinya.“Aku sedang di New York. Sudah kukatakan ada beberapa urusan yang sedang kukerjakan sekarang,” Jack menolak dengan halus.“Kurasa, Kau sedang mencoba menjauhiku, Jack!” ujar gadis itu langsung.“Kau berpikir terlalu banyak. Coba minta orang-orangmu memeriksa, apakah perkataanku dusta atau tidak. Aku sedang sibuk di kantor perusahaanku sekarang ini!
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng