Jack menunggu Brianna dengan mengamati pemandangan halaman dari balkon kamar. Bias pemandangan laut, terlihat terang di garis horizon. Rembang petang yang romantis hampir usai.“Apa Kau suka pemandangan di luar?” Pertanyaan Brianna yang tiba-tiba, mengejutkan Jack. Pria itu berbalik dengan kecemasan yang tak bisa ditutupinya.“Kau keluar sendiri? Kenapa tidak minta tolong padaku?” Jack menyesalkan sikap Brianna.Brianna yang sedang berjalan terpincang ke tempat tidur, tidak menjawab. Kemudian gadis itu menjatuhkan tubuhnya dan wajahnya meringis menahan nyeri. Jack datang mendekat.“Pasti sangat nyeri. Apa tidak sebaiknya kita periksa ke rumah sakit?” tanya Jack tak tega.“Ini hanya hal kecil. Jangan berlebihan!” geleng Brianna.“Apa Kau sering mengalami sakit begini? Aku tak akan percaya jika ayahmu tidak akan khawatir!” kata Jack.“Makanya aku tak pernah memberi tahu. Aku pernah mengalami lebih dari ini. Dan Ayah tidak tahu!” gadis itu tersenyum bangga.“Bagaimana bisa? Apakah ada ya
“Aku harus segera berangkat. Ada persidangan kasus pembunuhan ibuku di Meadow Creek,” kata Jack saat mereka sarapan.“Akan kuatur helikopter untuk mengantarmu pulang.” Brianna mengangguk mengerti. Dia segera menelepon pilot untuk mengantarkan Jack kembali ke rumahnya.“Oke, kukira aku sudah selesai sekarang.”Jack meletakkan serbet makannya di samping piring. Kemudian berdiri dan mendekati istrinya yang duduk di seberang meja. Dia menunduk sedikit dan mencium sekilas pipi Brianna. “Aku tak bisa menemanimu ke rumah sakit.”“Akan kukatakan pada ayah kalau Kau sibuk hari ini.” Brianna mengangguk kaku. Hanya saja, karena ada pelayan rumah yang mengawasi. Tidak mungkin baginya melarang Jack mencium pipi. Matanya mengawasi pria yang menjadi suami pura-puranya berjalan pergi.“Sampai bertemu lagi!” Jack melangkah menuju halaman depan rumah. Sekarang dia sudah sedikit mengetahui seluk-beluk rumah mewah itu. Kendaraannya sudah menunggu di helipad, di tengah halaman berumput.“Apakah kita ke Me
Dua hari berlalu sejak kedatangan Chief. Jack belum bertemu lagi dengan Brianna dan ayahnya. Dia berusaha menjaga jarak dan menyibukkan diri. Terutama karena kemudian Lion mengabarkan bahwa timya telah menemukan Pamela. Jack menyusul ke New York bersama Hunter.Selain menjenguk kakeknya yang telah pulang dan dirawat di rumah, Jack juga harus datang ke kantor untuk beberapa urusan perusahaan. Brodie sudah menyiapkan hal-hal yang perlu dikerjakannya saat tiba di kantor pusat.Sebuah panggilan dari Brianna masuk. Jack segera menerimanya. “Ya!” sahutnya datar.“Kau di mana? Bisakah sore nanti helikopter menjemputmu ke kantor?” tanya istrinya.“Aku sedang di New York. Sudah kukatakan ada beberapa urusan yang sedang kukerjakan sekarang,” Jack menolak dengan halus.“Kurasa, Kau sedang mencoba menjauhiku, Jack!” ujar gadis itu langsung.“Kau berpikir terlalu banyak. Coba minta orang-orangmu memeriksa, apakah perkataanku dusta atau tidak. Aku sedang sibuk di kantor perusahaanku sekarang ini!
Dua orang di lantai bawah itu masih berbicara selama sekitar lima menit, hingga Jack kemudian turun untukmendapatkannya. Namun sayang, demi mendengar suara langkah orang lain di tangga atas, dua orang itu keluar dari pintu darurat lebih cepat dari kemunculan Jack. Dikejarnya hingga keluar pintu, namun tak menemukan jejak keduanya. Jack berjalan-jalan di lantai tiga yang merupakan ruang rawat pasien umum. Agak sedikit mustahil baginya memasuki begitu saja semua kamar rawat dan mengganggu pasien tak dikenal. Jadi, dicobanya membuka kamar terdekat dan berpura-pura salah masuk. Dia tak menemukan kanehan maupun Pamela dan pria yang berbicara dengannya. “Apakah itu tadi Pamela?” pikir Jack. Kemudian panggilan telepon dari Hunter, masuk. “Bos, kakek Anda sudah selesai cuci darah. Apakah---“ “Tunggu di sana, aku segera kembali!” balas Jack cepat. Setelah meyakini di sekitar tak ada hal yang mencurigakan, dia menuju lift untuk kembali ke tempat perawatan kakeknya. “Ke mana dua orang itu m
Tiga hari tersisa sebelum cuti, dimanfaatkan Jack untuk mengumpulkan informasi tentang Gold Finger di Maroko. Hunter mengirim bawahannya ke Maroko untuk mencari keberadaan Gold Finger. “Jack, bisakah Kau ke rumah melihat ayah?” tanya Brianna di pesan siang itu. Jack menimbang sejenak permintaan itu. Namun, mengingat dia akan cuti selama dua minggu, maka ini adalah kesempatan terakhirnya untuk datang menampakkan diri pada mertuanya. “Tentu saja. Kau bisa kirim jemputan untukku,” balasnya. “Terima kasih, Jack. Akan kukirimkan helikopter sore nanti,” balas Brianna cepat. “Aku sedang ada di luar kota. Jadi, mungkin aku tak bisa menemanimu,” lapor Brianna lagi. “Oke. Berhati-hatilah,” balas Jack kemudian. Setelahnya, Jack kembali fokus pada pekerjaannya hingga sore hari. Dia mengabarkan pada Tuan Fredd kalau tidak akan pulang karena ingin menjenguk ayah Brianna. “Baik, Jack. Jangan khawatirkan kami,” balas Tuan Fredd. “Mari kita pergi,” ujar Jack pada pilot helikopter. Heli itu lan
Mobil Brianna dan One berada di barisan paling depan. Mereka beriringan menuju kediaman Clavin Fisher di kompleks perumahan elit di atas sebuah bukit. Meski mereka melintas beriringan tapi karena Brianna melarang mereka berteriak sepanjang jalan, maka semua anggota Kelompok Bawah Tanah kota Philadelphia itu berhasil melintasi kota dengan aman tanpa kecurigaan polisi.Dalam setengah jam, mereka telah tiba di depan gerbang besi tinggi hunian Calvin Fisher yang super mewah. Semua mobil akhirnya berhenti di depan pintu masuk kediaman dan memenuhi jalan yang cukup sepi di situ. Area kediaman Calvin adalah yang paling luas di kompleks perumahan elit tersebut.Para penjaga di rumah itu seketika bersiaga melihat begitu ramainya orang asing yang berteriak-teriak menuntut balas dan meminta agar Calvin keluar dan mempertanggung jawabkan perbuatannya!“Apa yang mereka inginkan?” tanya Calvin yang baru saja pulang dari rumah sakit.Mereka minta pertanggung jawaban atas tewasnya orang-orang mereka
Dengan kaca mata khusus, mereka bisa melihat menembus kepulan asap dan memeriksa setiap kamar. Hingga seluruh kamar yang berjumlah lima buah di lantai dua telah mereka periksa. Tak ada seorang jua pun yang terlihat. Brianna menggeram marah dalam hatinya.“Bakar lantai ini!” perintahnya dengan suara sedingin es.Meskipun terkejut melihat kekejaman gadis cantik itu, tapi One tetap mengikuti. Tak ada dalam kamusnya membantah perintah atasan. “Baik!” katanya. Dengan cepat pria itu mengeluarkan pemantik dan membakar gorden ruangan di berbagai tempat.Tak lama, asap hitam mengepul keluar dari ventilasi jendela lantai dua. Para penjaga di bawah terkejut meliat asap hitam mengepul dengan pekatnya dari berbagai tempat. Itu berbeda dengan asap dari peluru asap yang ditembakkan. Yang sekarang terjadi adalah, “Kebakaran!”Beberapa penjaga yang cepat menyadari keadaan segera berteriak memperingatkan. Sebagian mereka masuk ke dalam rumah untuk memadamkan api agar tak merembet ke mana-mana.Melihat
Suasana di markas Kelompok Bawah Tanah lebih ramai dari biasanya. Beberapa anggota yang bekerja sebagai dokter dan memiliki kemampuan medis , dipanggil datang untung menolong begitu banyak korban yang terluka oleh senjata tajam bahkan peluru. Semua bekerja keras untuk menyelmatkan sebanyak mungkin anggota yang sebelumnya ikut dalam pertarungan.Brianna dan One bukannya tidak mengalami luka, namun mereka berdua bisa mengobati sendiri luka-luka yang mereka dapatkan.“Sebaiknya Anda kembali ke kediaman dan mencari dokter. Luka-luka itu perlu penanganan tepat agar sembuh tanpa bekas!” saran One.“Aku ingin mengawasi perkembangan di sini lebih dulu,” tolak Brianna.“Bos, jika Tuan Deska mengetahui hal ini, Anda mungkin bisa ....”One tak melanjutkan ucpannya setelah melihat mata Brianna yang tanjam, mendelik dengan tak senang.“Bukankah ayah sendiri yang menyerahkan kepemimpinan kelompok padaku. Dia tak perlu lagi mengurusi hal ini. Biarkan istirahat saja!” tegas Brianna.One mengangguk. “
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng