Brianna telah bersikap sewajarnya istri. Pagi sekali, pelayannya datang dengan baju bersih untuk dikenakan Jack. Sarapan dari rumah sudah siap di atas meja. Entah kapan gadis itu memesan pada pelayannya. Yang jelas, setelah bangun tidur.Jack melihat semua keperluannya sudah disiapkan. Jack menjadi sedikit canggung diperlakukan semanis itu. Namun, Vladimir yang telah bangun pagi, terus mengikuti langkahnya tanpa bicara. Mau tak mau, digantinya baju yang dikenakan sehari sebelumnya, dengan yang bersih, lalu sarapan.“Saya harus bekerja, semoga kesehatan Anda kembali membaik seperti sebelumnya,” harap Jack tulus.“Terima kasih, Jack. Aku berharap banyak padamu. Tolong jaga putriku setelah aku tiada,” kata Vladimir terbata.“Aku suaminya, tentu saja kewajibanku untuk menjaganya,” jawab Jack menenangkan pria tua itu. Kesan dingin dan keras yang dilihatnya saat pertama bertemu, sudah hilang. Dia benar-benar hanya seorang pria tua tak berdaya.“Kau sudah akan berangkat?” Brianna menegurnya
Pikiran Jack dipenuhi berbagai pertanyaan tentang keluarga Brianna. Meskipun mencoba berkali-kali, informasi yang didapatnya hanya sekedar informasi publik lengkap dan transparant. Perusahaan Vladimir Deska jelas tercatat di berbagai negara sebagai perusahaan real yang diakui oleh pemerintah dan konsumen. Benar-benar tak ada celah yang bisa menjadi jalan untuk menemukan kesalahannya.Dan melihat jaringan perusahaan besar itu, Jack bisa membayangkan kecemasan Brianna yang mendadak mengambil alih tampuk pimpinan. Tentu saja akan ada beberapa orang yang tidak menyukai gadis yang biasanya tampil glamour dan suka bersenang-senang mengahbiskan uang saku.“Apakah hal itu yang membuat dia ingin menampilkan sosok suami sebagai pendukung kuat di belakangnya?” pikir Jack menggelengkan kepala.“Ah ... itulah sebabnya dia menawarkan bantuan mencari Gold Finger dan Dante. Siapakah diantara client dan rekan kerja Vladimir yang mungkin memiliki kunci atas rahasia-rahasia itu?”Jack tertidur dengan p
Jack merasa hidupnya mendadak jadi rumit setelah menikahi Brianna. Namun, perjanjian itu telah ditanda tangani. Maka dia hanya harus lebih waspada agar tidak terjebak lebih jauh dengan urusan gelap Vladimir Deska. Dia akan menanyakan hal ini nanti pada Brianna.Sore hari, panggilan telepon dari Brianna diterimanya. “Bisakah Kau menemani ayah di rumah sakit malam ini? Aku sedang dalam perjalanan ke Moskow saat ini,” kata Brianna.“Apa aku ada pilihan?” tanya jack.“Kurasa, tidak!” Brianna tertawa kecil. Akan kukirimkan helikopter untuk menjemput ke kantormu,” tambahnya lagi.“Hem ....” Jack hanya berdehem kemudian mematikan sambungan telepon mereka.Tak berselang lama, sebuah helikopter telah mendarat di helipad dan menunggunya datang. “Sungguh wanita yang tahu apa yang diinginkannya!”Jack sedikit kesal karena merasa dipojokkan. Dia harus melakukan peran sebagai suami itu, agar informasi tentang para pembunuh itu diberikan Brianna. Sambil menyambar jas di kursi, Jack berjalan keluar.
Sore hari, pesan Brianna kembali masuk. “Aku sudah kembali dan bersama ayah.”Jack mengerutkan dahi membaca pesan laporan itu. Terlalu aneh baginya menerima pesan akrab semacam itu dari wanita yang hanya menjadi istri berdasarkan kontrak. Menurutnya, Brianna tak perlu menunjukkan perhatian hingga sedetail ini.Tak lama pesan lainnya masuk. “Jadi, Kau tak perlu ke sini.”Jack tersenyum tipis. Ternyata seperti itulah maksud Brianna mengabari kepulangannya. “Aku yang berpikir terlalu banyak!” gumam Jack menahan tawa.“Bagaimana dengan alamat Pamela yang kuberikan tadi pagi?” tanya lagi.“Sudah kuatur orang ke sana!” balas Jack cepat.“Ok. Selamat beristirahat, Jack!” Itu pesan terakhir Brianna hari itu. Jack menutup ponsel dan pulang ke rumahnya.***Di Philadelphia, Calvin Fisher akhirnya siuman setelah beberapa hari. Tuan Lee dan beberapa bawahannya rajin menjenguk ke rumah sakit. Mereka cukup sibuk sejak peristiwa kecelakaan itu. Tuan Lee menggantikan mengawasi semua hal tetap berjala
“Ayah, berhentilah memeriksa ponsel!” tegur Brianna saat dia masuk ruangan dan melihat Vladimir sedang mengetik pesan di ponsel.“Yang sakit tubuhku, bukan otakku!” balas Vladimir Deska keras kepala.“Jika ayah tak mau mendengar, maka mari kita pulang saja dan lakukan semaunya di rumah!” kesal Brianna.Pria tua itu meletakkan ponsel di meja samping. Urusannya sudah selesai. Lalu mengangkat kepala melihat putrinya yang menghempaskan tubuh dengan kesal di sofa.“Apakah ada hal yang sangat berat?” tanya Vladimir pada Brianna.“Hah! Urusan Kelompok Bawah Tanah itu sangat menjengkelkan!” ujarnya sambil mengehembuskan napas panjang untuk menenangkan diri.“Kau harus tegas pada hal yang tak bisa ditoleransi dalam kelompok. Namun, harus lebih hati-hati jika ingin mengambil keputusan menyangkut urusan ekstern. Karena, setiap keputusan yang gegabah, bisa nerakibat langsung pada kelompok kita dan dirimu sendiri!” nasehat ayahnya.Brianna diam tak menjawab.“Ada persoalan apa?” desaknya infin tah
Angin dingin menerpa wajah Jack dan Brianna. Keduanya sedang berlari kecil mengelilingi perkebunan hingga jalan pedesaan yang menuju rumah. Falcon dan Tiger ikut joging sambil mengiringi dari belakang. Di belakang mereka sebarisan tentara ikut berlari dengan penuh semangat.Suara yel-yel mereka yang bersemangat, seperti bahan bakar yang menghangatkan pagi dingin di awal musim dingin. Salju belum turun, tapi suhu sudah lebih rendah dari biasanya.“Apa Kau lelah?” tanya Jack pada Brianna yang lari di sebelahnya.“Tidak!" GAdis itu menggeleng. Namun, dia berhenti berlari."Apa Kau mau lomba lari denganku?” tanya gadis itu dengan jenaka. Dia memperkirakan jarak gerbang masuk ke tanah Jack tinggal sekitar seratus meter lagi.“Wow! Terima saja, Bos!” Falcon menimpali. Bersama Lion mereka ikut berhenti dan menunggu jawaban Jack. Di belakang, para tentara telah menyusul sampai dan ikut berhenti.“Ada apa?” tanya mereka ingin tahu.“Nyonya menantang Jenderal lomba lari!” sahut Tiger sambi ters
Jack menunggu Brianna dengan mengamati pemandangan halaman dari balkon kamar. Bias pemandangan laut, terlihat terang di garis horizon. Rembang petang yang romantis hampir usai.“Apa Kau suka pemandangan di luar?” Pertanyaan Brianna yang tiba-tiba, mengejutkan Jack. Pria itu berbalik dengan kecemasan yang tak bisa ditutupinya.“Kau keluar sendiri? Kenapa tidak minta tolong padaku?” Jack menyesalkan sikap Brianna.Brianna yang sedang berjalan terpincang ke tempat tidur, tidak menjawab. Kemudian gadis itu menjatuhkan tubuhnya dan wajahnya meringis menahan nyeri. Jack datang mendekat.“Pasti sangat nyeri. Apa tidak sebaiknya kita periksa ke rumah sakit?” tanya Jack tak tega.“Ini hanya hal kecil. Jangan berlebihan!” geleng Brianna.“Apa Kau sering mengalami sakit begini? Aku tak akan percaya jika ayahmu tidak akan khawatir!” kata Jack.“Makanya aku tak pernah memberi tahu. Aku pernah mengalami lebih dari ini. Dan Ayah tidak tahu!” gadis itu tersenyum bangga.“Bagaimana bisa? Apakah ada ya
“Aku harus segera berangkat. Ada persidangan kasus pembunuhan ibuku di Meadow Creek,” kata Jack saat mereka sarapan.“Akan kuatur helikopter untuk mengantarmu pulang.” Brianna mengangguk mengerti. Dia segera menelepon pilot untuk mengantarkan Jack kembali ke rumahnya.“Oke, kukira aku sudah selesai sekarang.”Jack meletakkan serbet makannya di samping piring. Kemudian berdiri dan mendekati istrinya yang duduk di seberang meja. Dia menunduk sedikit dan mencium sekilas pipi Brianna. “Aku tak bisa menemanimu ke rumah sakit.”“Akan kukatakan pada ayah kalau Kau sibuk hari ini.” Brianna mengangguk kaku. Hanya saja, karena ada pelayan rumah yang mengawasi. Tidak mungkin baginya melarang Jack mencium pipi. Matanya mengawasi pria yang menjadi suami pura-puranya berjalan pergi.“Sampai bertemu lagi!” Jack melangkah menuju halaman depan rumah. Sekarang dia sudah sedikit mengetahui seluk-beluk rumah mewah itu. Kendaraannya sudah menunggu di helipad, di tengah halaman berumput.“Apakah kita ke Me