Jack terdiam beberapa saat untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. Jika dia ingin mengambil alih markas di Pensyvania, maka dia akan butuh dukungan seluruh anggota yang ada. Sementara para anggota di Philadelphia telah hilang entah ke mana.“Bagaimana Anda akan menyelesaikan hal ini?” tanya dua orang di depannya.“Waktu cutiku tinggal dua hari. Sementara tak ada anggota yang bisa membantu menekan mereka. Terlebih lagi, Pensylvania memang cukup jauh dari sini.” Jack masih menimbang-nimbang segala sesuatunya.“Apakah jika para anggota masih ada, Anda ingin mendatangi tempat itu?” Dokter Sybill bertanya.Jack kemudian menggeleng. “Awalnya kukira itu cara yang mungkin, karena tak ada waktu lagi bagiku untuk menyelidiki tempat itu. Namun, sekarang kukira itu tak perlu dilakukan!”Jack mengeluarkan ponsel dan menghubungi Six. “Tolong siapkan pertemuan online dengan semua pemimpin kelompok dari semua negara bagian, kecuali negara bagian Pensylvania!” perintah Jack.“Akan kulak
Semua hening untuk bisa mendengarkan secara seksama apa yang akan disampaikan oleh suami Bos Besar mereka.“Aku mendapatkan beberapa informasi baru di sini. Dan seperti yang kukatakan pada Six, One masih hidup meskipun kita masih harus menunggu lama hingga dia pulih dan kembali dari komanya,” ujar Jack memulai pertemuan.Suara-suara tak jelas terdengar dari beberapa peserta pertemuan. Jack melanjutkan kata-katanya. “Six, apakah kau merekam video call kita barusan? Aku tidak sempat merekam keadaan One, karena pertemuan harus segera dimulai.”“Bagaimana kalau saya pergi merekam sebentar?” Dokter Sybill berinisiatif membantu. Jack mengangguk.“Siapa dia?” tanya salah seorang dari peserta pertemuan. Mereka mengenal Pimpinan Kelompok New Jersey yang duduk bersama Jack. Namun, tidak mengenal pria asing berpakaian putih tadi.“Itu adalah dokter yang menyelamatkan nyawa One karena kebetulan berada di tempat kejadian!” Jack belum ingin membuka identitas Dokter Sybill pada yang lainnya, karena
Polisi yang bekerja sebagai front desk, meminta informasi Jack, Brianna dan mencatat keperluannya. Tak berapa lama, Jack sudah bisa menemui seorang polisi lain di dalam ruangan, untuk memerikan detail laporannya.Diiringi Falcon, Jack masuk ke ruangan yang dikatakan polisi di depan. Ruangan besar kantor itu penuh dengan orang dan sangat berisik. Suara pertanyaan hingga bentakan polisi, diikuti jawaban sekenanya orang yang ditanyai.Jack melintasi ruangan besar dan membaca petunjuk di tiap pintu kaca. Perhatian semua orang teralihkan sejenak melihat seorang pria gagah dengan long coat hitam mahal melangkah lebar diikuti seorang pria tak kalah gagah, melewati mereka tanpa terganggu suara-suara.“Anda mau ke mana?” Seorang polisi menyela langkah kedua orang itu, menghilangkan keterpukauan yang tadi sempat terasa.JAck tak menyadari kalau dia yang sedang ditanyai. Jadi, bersama Falcon terus melangkah lebih jauh.“Hei, kamu! Mau kemana!” Suapa polisi itu meninggi dan membuat ruangan besar
Pria muda itu hanya diam untuk beberapa lama. Air mukanya sangat buruk. Beberapa kali terlihat jelas kalau dia sedang mengetatkan rahang menahan rasa. Pikirannya sedang berperang. Jika dia membawa gadis di depannya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan, maka ada kemungkinan semua rencana yang telah disusunnya, hancur berantakan. Pria itu pergi dari sana sambil menghentakkan kaki dengan jengkel.“Kau hanya menyusahkan saja!” ketusnya sembari berjalan.Pria berpakaian putih yang tadi berdiri di samping tempat tidur, mengikuti langkahnya dengan tergopoh-gopoh. “Jadi, bagaimana, Tuan Muda?” tanyanya tanpa mampu menghilangkan rasa khawatir dari wajahnya.“Biarkan aku berpikir lebih dulu!” bentak pria muda yang dipanggil sbegai Tuan Muda itu.Pria berpakaian putih itu langsung berhenti mengikuti langkah tuan mudanya. Dia menyeka keringat di dahi yang terus saja megucur saat dia merasa sangat khawatir. Kepala nya menoleh ke arah ruangan di mana seorang gadis terbaring antara hi
Ketua kelompok itu tak begitu saja mempercayai perkataan orang asing itu. Lagi pula, ada aturan jika terjadi sesuatu, maka kelompok di tiap negara bagian harus membuat jarak tegas dengan pusat, agar tidak menarik runtuh semua jaringan mereka.“Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Aku lihat sendiri kau menembak mati Bos kami dua hari yang lalu saat melawanmu!” ujarnya dengan melepaskan tatapan mengejek.“Jangan berpura-pura. Aku sangat mengetahui aturan kalian di sini yang akan berusaha keras menolak keberadaan mereka! Hanya saja, waktu kita memang sudah sangat tipis. Kau bisa tanyakan hal itu pada si dokter!” saran orang itu tak peduli.Dokter berpakaian putih itu mengagguk untuk membenarkan apa yang telah dikatakan oleh Tuan mudanya. “Bos Besar kalian sedang sekarat sekarang!” ujarnya serius.“Aku sama sekali tidak paham apa yang kalian maksudkan. Jadi kurasa aku harus melihat dulu pasienmu itu! Kurasa kalian salah memahami kelompok kami dengan kelompok lain!” ujarnya bersikera
Pria yang tak lain adalah Calvin Fisher, menyeringai penuh dendam. Dia sudah menyelidiki siapa yang menyerang dan menghancurkan rumahnya. Semua bawahannya dikerahkan untuk mencari informasi penting itu di hari yang sama. Itu sebabnya, dia segera bisa mendapatkan sekutu untuk membalas perbuatan Kelompok Bawah Tanah.“Mereka kira, telah membersihkan musuh dengan sangat bersih. Mereka tak tahu bahwa setiap orang yang mereka singkirkan dengan kejam, akan menyisakan dendam di hati orang lain!” katanya sambil mencibir.“Katakan padanya, jika dia tak mampu menguasai markas di Pensylvania hingga besok, maka dia boleh mundur. Aku akan mengirimkan orang yang lebih kompeten untuk melakukannya!” perintahnya pada bawahannya.“Akan kukerjakan!” sahut pria berkulit kecoklatan itu. Pria itu lalu keluar dari ruangan untuk melaksanakan perintah.Sementara Calvin Fisher menyeringai puas karena pembalasannya bukan lagi menyasar markas di satu kota tapi sampai ke negara bagian. Baginya, itu artinya sebuah
Jack memandang sedi pada Brianna yang sekarang dirawat di ruang ICU. Dengan lesu diteleponnya pelayan pribadi Vladimir Deska. DIa mendengarkan suara pria itu di telepon sebelum mengatakan apa yang terjadi pada Brianna.“Brianna sekarang dirawat di rumah sakit pusat tentara. Kau bisa bisikkan itu di telinga mertuaku. Semoga berita itu bisa menguatkannya,” ujar Jack.Selama beberapa saat mereka masih bertelepon, sebelum akhirnya Jack menutup ponselnya. Dia melangkah menuju ke tempat dokter berjaga di ujung koridor lantai itu.“Aku harus kembali ke markas. Jika ada perkembangan apapun, segera hubungi aku,” ujarnya.“Baik!” jawab dokter yang ada di sana.Jack mengangguk dan melangkah pergi. Ponselnya berbunyi yang segera diangkatnya.“Ya?” sahutnya sambil melangkah menuju lift. “Oke!”Pintu lift tertutup dan bayangannya langsung hiang dari pengawasan para perawat dan dokter yang ada di sana.“Aku merasa tertekan saat berada di dekatnya,” bisik seorang perawat.“Mungkin karena dia sedang m
Bab 137.Wyatt menghembuskan napas sedikit kesal, sehingga uap uadara terlihat nyata keluar dari mulutnya. Dia tahu, percuma saja menyindir. Jenderal muda di depannya itu tak akan memberikan sedikit pun informasi. Dia harus menyelesaikan kasus ini dengan seksama, barulah Jack bersedia membantu memberikan petunjuk.Sebuah telepon masuk di ponsel Jack. Itu dari satu ajudannya yang tadi disuruhnya mengejar mobil yang menembaki Eddy di pinggir jalan kota.“Ya,” sahut Jack. Dia mendengarkan laporan dari bawahannya.“Baiklah. Aku masih berada di kantor polisi Meadow Creek.” Jack memutuskan sambungan telepon mereka. Dia menatap Wyatt tak sabar.“Aku tahu kau sangat sibuk, Jack. Jadi untuk sementara kita cukupkan sampai di sini!”Polisi itu mengangguk, mengijinkan Jack pergi. Dia melihat pria itu berjalan ke luar kantor polisi, melewati beberapa saksi laiin pelayan dan pemilik toko di mana Eddy ditembak. Dia harus mencatat laporan mereka semua, setelah itu memeriksa cctv. Pekerjaannya juga ma
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng