Dokter Thomas Sybill bisa melihat nyala api di mata jenderal muda di depannya. Keberaniannya kembali muncul. Dia melanjutkan lagi ceritanya.“Setelah melaporkan pada polisi, saya terus mencari korban-korban di antar begitu banyak mobil yang mengalami tabrakan beruntun. Sampai saya melihat seorang pria ditembaki membabi-buta dan terkapar tak berdaya di aspal, karena berusaha melindungi seorang wanita yang pingsan penuh darah.”Dokter itu menarik napas panjang untuk meredakan rasa sesak di hatinya. “Mereka membawa Bos Besar yang sedang pingsan. Saat itu kaki saya bagai terpaku di aspal. Jika Bos Besar tidak pingsan, tak mungkin mereka bisa membawanya dengan mudah,” katanya penuh emosi.“Apa maksudmu?” tanya Jack.“Istri Anda seorang ahli beladiri! Apa Anda tidak mengetahuinya?” Dokter itu malah balik bertanya dengan heran.“Banyak hal yang dirahasiakannya dariku.” Jack menggeleng tak berdaya. “Sekarang, katakan, siapa yang mengabari Vladimir Deska tentang penculikan itu?” desak Jack tak
Jack terdiam beberapa saat untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. Jika dia ingin mengambil alih markas di Pensyvania, maka dia akan butuh dukungan seluruh anggota yang ada. Sementara para anggota di Philadelphia telah hilang entah ke mana.“Bagaimana Anda akan menyelesaikan hal ini?” tanya dua orang di depannya.“Waktu cutiku tinggal dua hari. Sementara tak ada anggota yang bisa membantu menekan mereka. Terlebih lagi, Pensylvania memang cukup jauh dari sini.” Jack masih menimbang-nimbang segala sesuatunya.“Apakah jika para anggota masih ada, Anda ingin mendatangi tempat itu?” Dokter Sybill bertanya.Jack kemudian menggeleng. “Awalnya kukira itu cara yang mungkin, karena tak ada waktu lagi bagiku untuk menyelidiki tempat itu. Namun, sekarang kukira itu tak perlu dilakukan!”Jack mengeluarkan ponsel dan menghubungi Six. “Tolong siapkan pertemuan online dengan semua pemimpin kelompok dari semua negara bagian, kecuali negara bagian Pensylvania!” perintah Jack.“Akan kulak
Semua hening untuk bisa mendengarkan secara seksama apa yang akan disampaikan oleh suami Bos Besar mereka.“Aku mendapatkan beberapa informasi baru di sini. Dan seperti yang kukatakan pada Six, One masih hidup meskipun kita masih harus menunggu lama hingga dia pulih dan kembali dari komanya,” ujar Jack memulai pertemuan.Suara-suara tak jelas terdengar dari beberapa peserta pertemuan. Jack melanjutkan kata-katanya. “Six, apakah kau merekam video call kita barusan? Aku tidak sempat merekam keadaan One, karena pertemuan harus segera dimulai.”“Bagaimana kalau saya pergi merekam sebentar?” Dokter Sybill berinisiatif membantu. Jack mengangguk.“Siapa dia?” tanya salah seorang dari peserta pertemuan. Mereka mengenal Pimpinan Kelompok New Jersey yang duduk bersama Jack. Namun, tidak mengenal pria asing berpakaian putih tadi.“Itu adalah dokter yang menyelamatkan nyawa One karena kebetulan berada di tempat kejadian!” Jack belum ingin membuka identitas Dokter Sybill pada yang lainnya, karena
Polisi yang bekerja sebagai front desk, meminta informasi Jack, Brianna dan mencatat keperluannya. Tak berapa lama, Jack sudah bisa menemui seorang polisi lain di dalam ruangan, untuk memerikan detail laporannya.Diiringi Falcon, Jack masuk ke ruangan yang dikatakan polisi di depan. Ruangan besar kantor itu penuh dengan orang dan sangat berisik. Suara pertanyaan hingga bentakan polisi, diikuti jawaban sekenanya orang yang ditanyai.Jack melintasi ruangan besar dan membaca petunjuk di tiap pintu kaca. Perhatian semua orang teralihkan sejenak melihat seorang pria gagah dengan long coat hitam mahal melangkah lebar diikuti seorang pria tak kalah gagah, melewati mereka tanpa terganggu suara-suara.“Anda mau ke mana?” Seorang polisi menyela langkah kedua orang itu, menghilangkan keterpukauan yang tadi sempat terasa.JAck tak menyadari kalau dia yang sedang ditanyai. Jadi, bersama Falcon terus melangkah lebih jauh.“Hei, kamu! Mau kemana!” Suapa polisi itu meninggi dan membuat ruangan besar
Pria muda itu hanya diam untuk beberapa lama. Air mukanya sangat buruk. Beberapa kali terlihat jelas kalau dia sedang mengetatkan rahang menahan rasa. Pikirannya sedang berperang. Jika dia membawa gadis di depannya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan, maka ada kemungkinan semua rencana yang telah disusunnya, hancur berantakan. Pria itu pergi dari sana sambil menghentakkan kaki dengan jengkel.“Kau hanya menyusahkan saja!” ketusnya sembari berjalan.Pria berpakaian putih yang tadi berdiri di samping tempat tidur, mengikuti langkahnya dengan tergopoh-gopoh. “Jadi, bagaimana, Tuan Muda?” tanyanya tanpa mampu menghilangkan rasa khawatir dari wajahnya.“Biarkan aku berpikir lebih dulu!” bentak pria muda yang dipanggil sbegai Tuan Muda itu.Pria berpakaian putih itu langsung berhenti mengikuti langkah tuan mudanya. Dia menyeka keringat di dahi yang terus saja megucur saat dia merasa sangat khawatir. Kepala nya menoleh ke arah ruangan di mana seorang gadis terbaring antara hi
Ketua kelompok itu tak begitu saja mempercayai perkataan orang asing itu. Lagi pula, ada aturan jika terjadi sesuatu, maka kelompok di tiap negara bagian harus membuat jarak tegas dengan pusat, agar tidak menarik runtuh semua jaringan mereka.“Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Aku lihat sendiri kau menembak mati Bos kami dua hari yang lalu saat melawanmu!” ujarnya dengan melepaskan tatapan mengejek.“Jangan berpura-pura. Aku sangat mengetahui aturan kalian di sini yang akan berusaha keras menolak keberadaan mereka! Hanya saja, waktu kita memang sudah sangat tipis. Kau bisa tanyakan hal itu pada si dokter!” saran orang itu tak peduli.Dokter berpakaian putih itu mengagguk untuk membenarkan apa yang telah dikatakan oleh Tuan mudanya. “Bos Besar kalian sedang sekarat sekarang!” ujarnya serius.“Aku sama sekali tidak paham apa yang kalian maksudkan. Jadi kurasa aku harus melihat dulu pasienmu itu! Kurasa kalian salah memahami kelompok kami dengan kelompok lain!” ujarnya bersikera
Pria yang tak lain adalah Calvin Fisher, menyeringai penuh dendam. Dia sudah menyelidiki siapa yang menyerang dan menghancurkan rumahnya. Semua bawahannya dikerahkan untuk mencari informasi penting itu di hari yang sama. Itu sebabnya, dia segera bisa mendapatkan sekutu untuk membalas perbuatan Kelompok Bawah Tanah.“Mereka kira, telah membersihkan musuh dengan sangat bersih. Mereka tak tahu bahwa setiap orang yang mereka singkirkan dengan kejam, akan menyisakan dendam di hati orang lain!” katanya sambil mencibir.“Katakan padanya, jika dia tak mampu menguasai markas di Pensylvania hingga besok, maka dia boleh mundur. Aku akan mengirimkan orang yang lebih kompeten untuk melakukannya!” perintahnya pada bawahannya.“Akan kukerjakan!” sahut pria berkulit kecoklatan itu. Pria itu lalu keluar dari ruangan untuk melaksanakan perintah.Sementara Calvin Fisher menyeringai puas karena pembalasannya bukan lagi menyasar markas di satu kota tapi sampai ke negara bagian. Baginya, itu artinya sebuah
Jack memandang sedi pada Brianna yang sekarang dirawat di ruang ICU. Dengan lesu diteleponnya pelayan pribadi Vladimir Deska. DIa mendengarkan suara pria itu di telepon sebelum mengatakan apa yang terjadi pada Brianna.“Brianna sekarang dirawat di rumah sakit pusat tentara. Kau bisa bisikkan itu di telinga mertuaku. Semoga berita itu bisa menguatkannya,” ujar Jack.Selama beberapa saat mereka masih bertelepon, sebelum akhirnya Jack menutup ponselnya. Dia melangkah menuju ke tempat dokter berjaga di ujung koridor lantai itu.“Aku harus kembali ke markas. Jika ada perkembangan apapun, segera hubungi aku,” ujarnya.“Baik!” jawab dokter yang ada di sana.Jack mengangguk dan melangkah pergi. Ponselnya berbunyi yang segera diangkatnya.“Ya?” sahutnya sambil melangkah menuju lift. “Oke!”Pintu lift tertutup dan bayangannya langsung hiang dari pengawasan para perawat dan dokter yang ada di sana.“Aku merasa tertekan saat berada di dekatnya,” bisik seorang perawat.“Mungkin karena dia sedang m