"Shit!" Lim si sekretaris terkejut ketika mendengar umpatan dari bosnya. Ia agak takut dan tidak berani bertanya, membiarkan bosnya larut dalam emosinya. Emosi Ryan timbul karena postingan Tristan yang membuatnya kesal bukan main. Setaunya Tristan jomblo, tapi mengingat aoa yang mereka sepakati waktu di club, sudahlah pasti perempuan dalam foto itu adalah Titi. Foto itu sebenarnya tidak spesifik memperlihatkan siapa orangnya, hanya saja sebuah tangan yang bersandar di atas meja yang seolah dari sudut pandangnya, Tristan sedang makan bersama Titi. Titi sangat terbuka sekali dengan Tristan, berbeda ketika menghadapinya. Padahal ketika ia yang memaksanya untuk pergi saja, Titi sangat sulit seolah dipaksa untuk masuk ke lubang buaya. Ia terlihat sangat tersiksa sekali waktu itu, ia benar-benar diculik bukan diajak dengan cara baik-baik. Ryan juga melihat, di kolom komentar dari postingan-postingan itu, Tristan tengah diledek oleh teman-temannya atau digoda, dan diberikan
Sifa sangat bahagia karena kedatangan orang yang ia anggap ayah itu. "Papi!" Ryan memeluknya dan langsung menggendongnya dengan bahagia. Sejujurnya, ia ingin sekali selalu membicarakan tentangnya, tetapi sang Ibu rupanya tidak menyukai pria itu. Ia jadi penasaran kenapa sang Ibu begitu keras menolaknya? Padahal Ryan sangat baik pada mereka. Saat mereka sudah di dalam mobil, Sifa pun bertanya. "Papi!" panggil Sifa lagi. "Iya, Sayang?" "Pi... kenapa sih Mama tuh kayak nggak suka sama Papi? Padahal Papi baik banget sama kita," ujarnya lesu. Gadis itu sangat cerdas, membuat Ryan terkekeh mendengarnya. "Mama kamu cuma butuh waktu Sayang, buat menerima Papi lagi." "Maksudnya?" tanya Sifa. "Suatu saat nanti kamu bakal tahu, tapi yang pasti mami kamu belum siap," ujar Ryan. Ia tak pandai merangkai kata sederhana untuk dapat dipahami anak kecil. Untungnya Sifa penurut, jadi ia pun hanya mengangguk-angguk. "Terus kita mau ke mana Pih?" tanyanya sambil memakan cake
Titi merasa dunianya berhenti sekarang, bagaimana tidak? Laporan tentang hasil tes DNA itu ternyata menunjukkan bahwa Ryan adalah ayah kandung dari Sifa. Padahal jelas-jelas SiFa merupakan anak yang lahir dari rahim kakaknya, tidak mungkin kan kakaknya berhubungan dengan Ryan. "Tidak, ini tidak mungkin!" "Apa yang tidak mungkin sekarang? Bukankah harusnya kamu yang jujur sama aku? Kenapa selama ini kamu ngotot menyembunyikan fakta bahwa Sifa adalah anakku!" "Bukan begitu, Yan. Aku...." "Kenapa kamu sekeras itu menolak aku dan mencoba memisahkan aku dengan anakku sendiri?" Titi merasa bahwa tekanan itu semakin terasa. Ia menatap mantan pacarnya dengan tatapan lelah. Tentu saja ia sanat kelelahan secara batin menghadapi semua ini. Ia sudah merasakan banyak cobaan hidup untuk menjaga kerahasiaan informasi kedua orang tua kandung Sifa dan kini. Apakah ia harus menyerah dan membongkar semuanya di hadapan sang mantan? "Dengar, ini tidak seperti yang kamu kira, Sifa buk
Tristan pergi keluar untuk menemui seseorang yang tidak terlihat wajahnya, ia menggunakan kacamata hitam, masker, dan topi yang menutupi sebagian wajahnya. "Tuan." "Kau datang Tristan?" "Iya, Tuan.""Ada apa?" tanya orang itu."Hem... saya ingin menceritakan sesuatu, sekaligus meminta bantuan lada Anda.""Apa itu? Kuharap, aku mendapat yang setimpal dari bantuanku itu," ungkap orang misterius itu."Tentu saja, Tuan."••• "Papi!""Hai, Sayang. Gimana sekolahnya?""Seru, tadi ada Bu Guru baru!""Oh ya?"Titi menatap keduanya yang sibuk mengobrol di bangku taman dengan kesal, ini di ruang terbuka dan ia harus menjauh.Maka, ia mencoba duduk di kursi lain yang agak jauh taoi masih menjangkau pandangannya pada mereka berdua.Sifa terlihat bahagia mengobrol dengan sang ayah dalam panggilan itu, sementara Mira sedang berpikir keras lada solusi agar Ryan berhenti mengganggu mereka.Rasanya tidak mungkin, ia tak memiliki power untuk itu."Kata Mama, bulan depan udah puasa jadi aku harus la
Saat Titi menoleh, ia pun langsung terkejut melihat wajah bosnya--Tristan. "Bapak lagi ngapain di sini?" tanyanya masih kaget. "Hem... tadi lagi jalan-jalan sama temen, terus pas lihat kamu, aku biarin dia pulang terlebih dahulu. Terus, kamu ngapain di sini?" tanyanya balik. Kemudian, Tristan melihat ke arah area ice skating dan melihat sosok yang ia kenal."Oh sama anakmu dan... Ryan juga," ujarnya tersenyum miring. "Dia gigih banget ya," lanjutnya."Iya gitu deh, aku nggak tahu harus gimana. Aku coba pakai banyak alasan, biar dia berhenti ngelakuin semua ini, tapi gak ada yang berhasil.""Kalau itu emang nggak ada solusi sih, Ryan adalah orang paling keras kepala yang pernah aku temui selama aku hidup.""Iya sih.""Eh... tapi aku denger-denger dari Steven, dia akan dipaksa buat nikah sama Queen.""Dalam waktu dekat?""Iya, Ryan kan udah berkali-kali menghindari pertemuan keluarga. Kalau bisa dihitung, itu sejak dia tau kamu kerja di kantornya," ujar Trista."Jadi alasannya, kare
Ryan benar-benar tidak nafsu makan melihat wajah Tristan. Meskipun mereka sepakat untuk bersaing secara sehat, tapi kebencian itu mulai tumbuh secara perlahan. Rasa pertemanan pun mulai pudar, tertinggal kejengkelan tiap melihat wajahnya. Ryan tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa bahwa Tristan adalah musuhnya sekarang, mereka jelas saingan cinta. "Enak nggak Sifa?" tanya Tristan dengan ceria. "Hem... enak banget Om! Ini pertama kalinya Sifa makan makanan seenak ini," ujar Sifa dengan bahagia. Bagaimana tidak? Ia memakan steak yang harganya Rp 100.000-an ke atas. Mana mungkin Titi membelikannya untuk Sifa, itu pemborosan. Sementara anggaran makan mereka setiap hari saja hanya Rp 30.000 - Rp 50.000. Mereka selalu bawa bekal dan tidak makan di luar, agar hemat. Kalau dihitung-hitung pengeluaran perhari itu cukup banyak bagi Titi dan Sifa. Transportasinya saja sudah 20.000, mengingat Titi harus ke sekolah Sifa dulu baru ke kantornya. Jadi, mereka menghabiskan uang
"Bagaimana kalau anak wanita itu adalah anakku, Pi?" tanya Ryan dengan berani.Ia seolah menantang sang ayah.Maka, pria berusia 60 tahun itu pun mendelik ke arah putranya dan berkata.Apapun yang ingin kamu sampaikan, itu tidak berguna untukku.Anak itu, meskipun mirip denganmu, belum tentu adalah anakmu."Aku punya bukti kalau begitu!""Buang semua bukti itu, dan nikahi saja Queen secepatnya. Papi nggak perduli dengan apapun alasanmu, atau masalah di masa lalu kamu. Papi hanya ingin, kamu menikah dengannya. Itu sudah cukup." Ryan kehilangan ide jika ayahnya sudah tidak memperhatikan alasannya untuk terus mengejar Titi. Apa alasan yang akan ayahnya setujui?Ia pun memilih untuk istirahat dan memikirkan ide lainnya.Ia tidak akan menyerah begitu saja, karena kalau menyerah itu bukanlah Ryan.•••Kluntang! "Apa kekuasaan yang lo butuhin?" tanya Taufik. Pria yang berprofesi sebagai Mekanik Mobil itu, adalah salah satu sahabat Ryan yang tidak masuk circle gengnya yang isinya orang
"Aku tahu siapa Ibu dan ayahnya, Ryan."Ryan datang ke kontrakan Titi dan Sifa malam-malam, terkejut dengan kehadirannya.kemudian Ryan dengan sadar malah mengungkapkan niatnya untuk melamar Titi untuk saja sifat sudah tidur jadi ini hanya. dan Rayan d ruang tamu karena itu titik langsung memutuskan untuk memberitahu Ryan Apa yang terjadi dan Kini giliran Ryan yang terkejut. "Sorry?"ayah dan ibu Syifa aku tahu siapa mereka "Jadi, Sifa bukan anak kandungmu?" "Yah..."Ryan mematung syok dengan semua itu."Jadi tolong berhentilah mengejarku," ujar Titi merasa putus asa."Tunggu-tunggu! Tolong jelasin siapa orang tuanya Sifa! Lalu kenapa dia sangat mirip denganku?""Ya karena ayahnya juga mirip denganmu," balas Titi cepat."Apakah yang kamu bilang adalah kakak sepupuku yang sedih diusir dari Keluargaku?""Itu benar ...""Dasar, brengsek!" umpat Ryan tanpa sadar."Jadi, tolong menjauhlah dariku. Aku ingin melindungi Sifa darinya. Apakah apakah dia keponakanmu?""Iya betul.""Pantas sa
Hal yang paling Titi takutkan adalah kehilangan pekerjaannya, tapi semuanya terjadi sekarang. Lalu bagaimana ia membiayai kehidupannya dengan Sifa ke depan? Apakah mungkin ia akan pulang ke kampung saja, sementara itu wajahnya sudah banyak dikenal orang sebagai seorang pelakor atau penghancur kehidupan orang? Ia adalah kriminal yang sangat jahat bagi netizen, bahkan mereka mendoxing informasi Sifa yang sejak awal berusaha ia sembunyikan. Agar jangan sampai, Ayah Sifa mengetahui bahwa anaknya ada di tangannya. Akan tetapi, semuanya terbuka dan semua orang tahu tentang Sifa adalah keponakannya. Titi membawa kotak berisi barang-barang tanda bahwa ia sudah tidak ada di perusahaan lagi. Besok ia sudah tidak berangkat ke sana untuk mencari penghasilan, dan Tristan sudah berbaik hati memberikan uang pesangon yang cukup banyak untuknya.Mungkin di Jakarta, ia bisa bertahan selama 3 bulan.Namun untuk selanjutnya, bagaimana?Tristan bahkan mencoba untuk mengajaknya menikah untuk kesekian
"Maksud anda tunangannya adalah Tristan?" celetuk yang lain. "Saya tidak menyebut siapa orangnya ya, kalian bisa tanya sendiri kepada orangnya. Intinya, dia benar-benar menolak saya sampai sekarang, sampai setelah saya melepas semuanya, ia masih menolak saya." "Apakah Anda merasa bahwa ini sia-sia perjuangan Anda karena belum pasti apakah akan berhasil atau tidak?" "Ya tentu saja, saya sudah tahu resikonya. Mungkin saya tidak akan mendapatkannya lagi, maka... saya akan melajang selamanya saja," jawab Ryan santai. Sampai-sampai MC yang merupakan teman Ryan juga ingin sekali memukul kepala Ryan agar lupa ingatan dan waras sebentar saja. "Apakah Anda tidak merasa sayang dengan hidup Anda sendiri? Berkorban untuk seseorang yang jelas menolak Anda?" Ryan terlihat berpikir sejenak, tetapi malah ditanggapi temannya seolah otu pertanyaan keluar batas. "Mohon maaf, ini pertanyaan yang melewati batas," ujarnya. "Kami akan...." "Wait, gak papa. Aku rasa dia mewakili banyak netizen ya
Maka, ada yang mengangkat tangan untuk bertanya pertama kali."Apakah benar Anda dan Nona Titi adalah mantan kekasih?" tanyanya."Ya, itu benar." "Kapan tepatnya?" tanya wanita itu lagi sambil mencatat."Saat kami kuliah, kemudian 2 tahun setelahnya putus," jawab Ryan simpel."Apa alasan putus karena bisnis," ujar Ryan dengan lugas.Ia tidak akan menjelaskan drama yang terjadi sebelumnya, karena kasta, atau karena ia bertunangan dengan Queen, atau hal internal lainnya.Ia akan membuat reputasi keluarganya rusak, ibunya, dan reputasi Queen juga akan dipertanyakan.Ia tidak ingin melibatkan orang-orang itu lagi, karena ini pilihannya. Maka, ia akan menelan semuanya sendiri."Kalau karena bisnis, apa yang Anda maksud karena bisnis itu?" tanya perempuan itu lagi.Seolah mewakili semua jurnalis yang ada di sana. "Ya Intinya, saat itu kami tidak bisa meneruskan hubungan kami lagi, dia juga tidak ingin banyak konflik lagi. Karena ya ... yang namanya sebuah hubungan, pasti ada konflik dan
Di Cafe pada hari Senin yang sudah dijanjikan oleh Ryan. Ryan datang dengan tampilan lebih casual dari Ryan yang biasanya.Orang-orang kaget dengan itu, karena hampir tidak pernah tertangkap kamera saat Ryan menggunakan pakaian casual. Meski begitu, tentu Ryan tetaplah tampan dan mempesona. Media sosial Ryan termasuk sangat jarang mengupload sesuatu bahkan fotonya hanya 5 dan reelsnya hanya 3. Padahal Ia sudah membuka akun itu dari zaman kuliah.Ia memang punya akun utama dulu saat kuliah, yang memang untuk mengupload hal-hal berbau aktivisme, seperti yang ia lakukan saat dulu kuliah terkait isue politik pada masanya.Akan tetapi sekarang, akun itu sudah dipegang oleh organisasi yang ada di kampusnya, sehingga akun itu yang awalnya memang dibranding dirinya dan mendapat banyak followers, sekarang adalah milik kampus yang akan jadi akun turun temurun.Ia menyerahkan kepada mereka agar jangkauan informasinya lebih luas, ketika ada isu-isu yang harus disampaikan oleh BEM kampus.Kemud
Titi tidak tau kalau fans Ryan akan sebrutal ini. Media sosial Titi penuh dengan teror dan hutanan, sampai nomor WA-nya sudah tersebar dan ia diserang dari mulai telepon seluler biasa sampai yang wa. Bahkan media sosial yang penuh dengan dm-dm hujatan, banyak juga yang menandainya, banyak yang mengatakan hal buruk tentangnya. Sampai ia tak membuka ponselnya selama tiga hari. Titi tidak berani menjemput Sifa langsung di sekolahannya seperti biasa, dan meminta agar Sifa kelar Gang untuk menemuinya. Untunglah Sifa adalah anak yang pintar dan pemberani, jadi ia mudah diajak kerjasama, sehingga ketika mereka sudah di Gang, mereka langsung pulang dan tidak kemana-mana lagi. Bahkan Titi pun belanja secara online, sehingga dalam 3 hari itu mereka tidak makan sayuran, dan hanya menggoreng telur dan juga makanan awet lainnya. Setelah tiga hari itu, di malam harinya, baru ada konfirmasi dari Ryan yang membuat video klarifikasi. "Halo, semuanya! Makasih buat kalian yang sudah perdul
Mengapa Tristan tidak yakin? Padahal Titi ada di situasi terjepit, dan hanya punya satu pilihan saja, yakni bersandiwara dengannya. Jawabannya karena, meskipun Titi seolah menolak Ryan, Tristan tahu betul seberapa kuat cinta di antara keduanya. Mungkin sekarang keduanya sama-sama memendam perasaan yang sama, hanya saja Titi mungkin lebih jago untuk menutupi perasaannya daripada Ryan sendiri. Tristan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, ia akan terus melanjutkan perjuangannya, bahkan jika pada akhirnya ia hanya bisa menjadi bawahan Ryan atau tidak bisa memiliki Titi. Ia akan mewarisi semangatnya, semangat seorang panglima. ••• Benar apa kata Tristan sebelum pergi, ia harus kuat ketika nanti melihat apa yang ada di internet. Kacau! Di media sosial manapun, Titi menjadi objek pembicaraan, tapi dalam konteks negatif. Titi menjadi pelakor di sana, dan disusul dengan berita bahwa Ryan dikeluarkan dari perusahaan yang ia bangun sendiri bersama Tristan. Ma
"Ma! Papi kok gak pernah ke sini lagi ya?" tanya Sifa sambil makan permen. Titi yang sedang membuat adonan roti pun tersenyum tipis. "Lagi kerja, kerjaannya banyak." "Gitu ya, Ma?" Sifa terlihat sedih, lalu ia keluar kontrakan. Biasanya sih ia akan main dengan temannya sebelum isya, karena malam Jum'at libur mengaji. "Mau ke mana Sayang, main?" tanya Titi lembut. "Enggak... eh... Ma!" ujar Sifa tiba-tiba terlihat excited. Titi pun bingung dan langsung melihat keluar, saat tiba-tiba seseorang muncul di depan pintu. "Kak Tristan?" tanya Titi kaget. "Yoi! Yuk makan sate dulu, ini enak loh!" "Yey!!!" Titi terkekeh mendengarnya, ia pun mempersilahkan Tristan masuk dan ia mengambil wadah terlebih dahulu. Setelah menyerahkan wadah, Titi pamit untuk memanggang kuenya dulu. "Aku mau manggang roti dulu ya, Kak." "Oke, santai aja, Ti." Melihat situasinya, sepertinya Titi belum melihat media sosialnya karena saat ini.Banyak yang sudah membicarakannya, namanya menjad
"Sejak kuliah..." Titi terkejut mendengarnya, "Tapi waktu itu, Bapak keliatan gak suka sama saya. Malah terlihat gak suka pas Ryan berpacaran dengan saya, aaya kira karena saya orang biasa. Apa alasannya?" tanyanya bingung. "Itu cuma kamuflase karena waktu itu kamu pacar sahabatku, jadi... aku mencoba untuk mengalah. Tapi kali ini, aku gak akan membiarkan semuanya begitu saja." "Anda yakin?" "Yes, Aku tahu kamu bakal nggak yakin, tapi itulah faktanya. Bahkan Ryan juga udah tahu kok," jelas Tristan. "Hem... terus dia nggak curiga atau apa sejak dulu Ryan tahunya juga?" "Baru-baru ini dia tau, karena aku baru ngomong soal ini. Waktu kami benar-benar diskusi soal kamu dan Sifa." "Terus bagaimana tanggapan dia?" "Ya dia nggak nanggepin apa-apa, cuman ya kaget dan bilang sewajarnya orang-orang aja. Kami merasa bahwa kami harus bersaing secara sehat," ujar Trsitan. "Luar biasa sih kalian, gak sampai musuhan." "Sebenarnya ada bumbu-bumbu musuhan, cuman kami cukup dewasa un
"Gila anjir! Gue gak tau kalo Dea ama Pak Boss putus!" "Masalahnya nih kenapa tadi Queen bilang kalo Titi yang ngerebut?" "Apa cuma gue yang mikir ini gak masuk akal? Mira dan Queen itu jauh banget!" "Iya njir, kalo bener mah... Pak Boss udah gila dan bakal jadi skandal besar." "Iya kalau dipikir-pikir ya, secara logika paling mudah, bisa-bisanya Pak Bos lebih milih cewek biasa yang sederhana daripada tunangannya yang udah jelas-jelas punya kualitas lebih bagus daripada kayak kita-kita. Titi standar banget bjir?""Iya juga, kalau misal sama cewek lain yang cantik juga sih, mungkin masih percaya ya... tapi ini Titi?""Ini gila banget sih....""Eh tapi, kan Titi juga pernah bilang katanya mereka pernah satu kampus dulu. Bisa aja kan kalau mereka punya kisah lain yang nggak diceritain ke kita.""Bener juga sih, dan satu hal yang paling sakral dalam hidup adalah cinta pertama. Cinta pertama Pak Bos, mungkin Titi.""Aduh udah gila kalo iya, tetep gak masuk akal kalo Titi Cinta Perta