"Apa pikiranku ini berlebihan?" Moa balik bertanya, dan Kazaya menarik napas panjang."Aku tidak tahu tentang ayahmu karena aku hilang ingatan, tapi karena anaknya sendiri ragu, mungkin aku juga harus berhati-hati, bagaimana kalau kita ulur saja dahulu waktunya, sembari mencari tahu sejauh mana ayahmu mulai luluh padamu?""Jadi, apa yang harus kita lakukan?""Aku akan pura-pura brutal agar dokter itu mengurungkan niatnya untuk memberikan obat itu padaku?""Apakah bisa?""Kita coba saja dahulu."Moa akhirnya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Kazaya padanya. Bersamaan dengan itu, pintu kembali dibuka dan dokter juga ayah Moa langsung masuk ke dalam ruangan tersebut untuk mengulang pemberian obat yang tadi sempat tertunda. Tetapi, sebelum dokter yang dipercaya ayah Moa melakukan hal itu, Moa lebih dulu mendekati sang dokter sementara Kazaya menarik dirinya ke sudut tempat tidur mulai berakting bahwa ia keberatan untuk diberikan obat itu padanya."Dokter, dia tidak mau menerima pemb
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja aku! Aku akan selalu melakukan apapun untuk kebaikan kamu!""Benarkah? Terima kasih kalau begitu, karena entah kenapa rasanya hatiku mengatakan bahwa, ada seseorang yang tidak mau aku sembuh dari amnesia ini, kuharap kamu bukan orangnya.""Tentu saja bukan! Aku istrimu, aku tidak mungkin tega melihat kamu seperti itu terus menerus!"Moa buru-buru membantah, meskipun rasanya ia menjadi was-was, apakah Kazaya yang ia kira Kazumi itu curiga ia sempat menyetujui keinginan sang ayah untuk membuat pria itu tidak bisa sembuh dari amnesianya?Wajahnya kenapa? Sepertinya dia tertekan dengan apa yang gue katakan tadi, apa memang dia menyembunyikan sesuatu yang seharusnya dia katakan sama gue?Hati Kazaya bicara, tapi ia memilih tidak mengutarakannya pada Moa karena ia malas untuk berdebat. Kazaya yakin, jika memang Moa menyembunyikan sesuatu, ia pasti akan tahu juga nantinya.Sementara itu, Bertrand yang sedang membawa Kazumi dikejar oleh beberapa
Rachel mengatakan hal itu pada Syena hingga buru-buru, Syena berbalik dan mencoba untuk mencari Kazumi yang tadi sempat dilihatnya keluar dari kamar.Syena tidak menemukan Kazumi di mana-mana, sampai kemudian, di taman belakang, ia melihat Kazumi yang berdiri di depan gudang belakang seperti ada sesuatu yang dilihatnya. Untuk sesaat, Syena berdiam diri saja di tempatnya, tidak mau maju mendekati, karena ingin tahu apa yang dilakukan Kazumi di sana.Namun tiba-tiba, Syena melihat Kazumi memegangi kepalanya seolah ada sesuatu yang ia ingat setelah melihat gudang tersebut.Perlahan, Syena mendekati Kazumi, hati-hati sekali ia berusaha untuk tidak membuat pria itu terkejut dengan kehadirannya sampai kemudian ia sekarang sudah berdiri di samping Kazumi yang mundur ketika sadar ada Syena di dekatnya."Aku pernah mengalami sesuatu yang mustahil saat ada di gudang ini."Tanpa diminta, Syena bicara seperti itu pada Kazumi meskipun ia tahu Kazumi menjauhinya."Apa maksudmu?" tanya Kazumi dengan
Kazumi mengucapkan kalimat itu dengan tegas, dan mau tidak mau, Syena akhirnya patuh. Bukankah benar, Kazumi adalah orang yang bisa memutuskan apapun di rumah tersebut? Meskipun sedang amnesia, Kazumi tetap pemilik rumah dan berpikir sampai di sana, Syena akhirnya mengalah.Syena akhirnya mengikuti langkah Kazumi yang segera masuk ke dalam gudang setelah membuka terlebih dahulu kuncinya.Kazumi menyalakan lampu gudang. Ia memandang berkeliling situasi di dalam gudang seolah mencari sesuatu yang dimaksud Syena.Ketika ia ingin berpaling ke arah Syena untuk bertanya di mana lukisan yang dimaksud perempuan tersebut, Kazumi melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Syena dan memilih untuk mendekati sesuatu tersebut karena penasaran dengan apa yang ia lihat. Ketika sebentar lagi Kazumi sampai di tempat sesuatu yang diletakkan di sudut gudang tersebut, tiba-tiba saja lampu padam!"Zumi!" panggil Syena karena khawatir Kazumi menubruk barang yang
Apa ya dikatakan oleh Kazumi cukup membuat Alex merasa tidak nyaman. Wajahnya berubah, tapi pria itu berusaha untuk mengatasi perasaannya agar Kazumi tidak terlalu menyudutkannya. "Saya minta maaf, Tuan. Saya terlalu lancang untuk melarang, tapi bukan itu maksud saya, saya hanya khawatir, ingatan Tuan menjadi kacau setelah melihat barang-barang di sini....""Aku tahu apa yang aku lakukan, jadi, kau tidak perlu melarang apa yang ingin aku lakukan.""Jadi, Tuan tidak merasakan apapun setelah masuk ke sini?""Aku tadi pingsan, entah kenapa aku seperti sedang berhalusinasi, ada seorang wanita di hadapanku, dia bilang dia adalah ibuku, aku tidak tahu apakah itu benar, tahu-tahu aku pingsan, aku mungkin berhalusinasi, tapi halusinasi itu sangat nyata, aku seperti benar-benar berinteraksi dengan perempuan itu, sentuhannya pun aku rasakan, seperti nyata, tapi aku tidak yakin...."Sambil bercerita seperti itu, Kazumi memegangi kepalanya yang terasa sakit kembali seolah ada kejadian yang ia in
Mendengar apa yang diucapkan oleh Kazumi, Syena seolah mendapat celah untuk terus mendesak. Perempuan itu melangkah ke arah Kazumi setelah tadi ia sempat dijauhkan oleh Alex yang tidak suka dengan apa yang ia lakukan."Kalau kamu memang ingin tahu apa yang sedang terjadi di antara kita, aku sudah mengatakannya padamu, dan itulah kenyataannya, kau berjanji setelah menemui klien yang ada di luar kota, kau akan membebaskan aku, tapi ternyata kau kecelakaan sampai akhirnya, hubungan kita tetap tidak jelas meskipun kita menikah."Syena melanjutkan ceritanya, tanpa peduli Alex yang berusaha untuk mencegahnya, sementara itu, mendengar apa yang diucapkan oleh Syena, Kazumi mengarahkan pandangannya pada Alex seolah ingin asistennya itu melakukan sesuatu padanya. "Kau tahu segalanya tentang apa yang harus aku lakukan, bukan?" tanyanya pada sang asisten. "Ya, Tuan!""Kalau begitu, katakan padaku di ruang kerja, dan kau harus mengatakan semuanya tanpa bersisa agar aku bisa mengambil tindakan."
"Aku tidak minta persetujuan kamu, Alex.""Saya tahu, Tuan. Saya tidak ada wewenang untuk mencegah apa yang akan Tuan lakukan, tapi saya peduli dengan Tuan, saya tidak mau Tuan memutuskan sesuatu secara gegabah.""Gegabah? Jadi, kau berpikir, aku ini mudah memutuskan sesuatu tanpa berpikir panjang?""Karena Tuan sedang hilang ingatan, kemungkinan itu bisa saja terjadi, Tuan, ingatan Tuan belum kembali, jadi, Tuan tidak tahu secara keseluruhan keinginan dan rencana Tuan, jika sekarang Tuan memutuskan untuk pergi saja, saya yakin, Tuan tidak akan bisa tenang karena menyesal.""Apa yang membuat aku bisa menyesal jika aku melakukan apa yang tadi aku katakan?"Alex terdiam sejenak mendengar pertanyaan Kazumi yang sangat kritis. "Alex, aku tahu, maksudmu baik, aku menghargai itu, di luar dari aku yang amnesia, aku tetap seperti yang dulu, aku hanya hilang ingatan, tapi aku tahu apa yang aku lakukan, selama aku bersama Moa, aku sudah mencari tahu sendiri diriku lewat informasi yang aku dapa
"Benar, Nona. Saya tidak tahu kenapa, tapi itulah yang saya ketahui dari informasi yang saya dapatkan."Wajah Rachel yang semula suram menjadi cerah seolah ada harapan yang ia pikirkan setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Alex. Jika tadi, hatinya terasa sangat sakit, sekarang Rachel merasa ia jadi bersemangat karena sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Kazumi dengan Moa. "Baiklah. Aku akan patuh dengan apa yang tadi kau katakan, Alex. Tapi aku harap kau tidak lama untuk kembali, jangan terlalu lama, aku tidak mau.""Tentu saja, Nona. Saya akan berusaha untuk kembali dengan cepat, Nona jangan khawatir!"Setelah meyakinkan Rachel bahwa rencananya adalah rencana yang benar-benar baik untuk dilakukan, Alex segera pamit dari hadapan istri pertama Kazumi tersebut. Sepeninggal Alex, Rachel yang tadinya sudah kehilangan semangat karena sikap Kazumi terlalu cuek padanya sekarang seolah mendapat angin segar dan harapannya tumbuh lagi untuk kembali berjuang meyakinkan Kazumi bahw
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora
Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Kazumi, Rachel buru-buru mendekati sang suami dan ingin tahu kertas apa yang diberikan oleh Yurata pada Kazumi.Tetapi, saat Rachel ingin melihat, Kazumi segera menyembunyikan kertas itu agar Rachel tidak bisa melihatnya. "Apa yang diperintahkan orang itu padamu?" tanya Rachel sambil menatap lurus ke arah suaminya tersebut."Kau tidak perlu tahu.""Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi budak dia?""Aku tidak punya pilihan lain, Rachel!""Punya! Aku sudah bilang, aku tidak masalah dijual pada pria bernama Ernesto itu, asalkan mereka tidak menekan kamu!""Untuk apa kamu mengorbankan diri seperti itu?""Ke satu, karena aku tidak mau berutang budi padamu, yang kedua karena aku mencintaimu dengan tulus.""Tidak perlu repot-repot."Kazumi bangkit dan melangkah ke arah pintu di mana anak buah Yurata membuka kembali pintu tersebut untuk memberikan peralatan melukis.Ia menerima peralatan itu dan melangkah ke arah sudut kamar untuk mulai melakukan p