"Apakah tidak boleh?" tanya Rachel sambil menatap wajah Kazumi dengan sorot mata yang bersinar lembut. Kazumi mengalihkan pandangannya, tidak mau beradu pandang dengan perempuan tersebut tapi ia akhirnya mengiyakan saja apa yang diinginkan oleh Rachel meskipun ia berat karena khawatir akan sulit untuk bersikap.Jam makan siang sudah tiba. Dengan sangat cekatan, Rachel menyiapkan makanan itu untuk Kazumi yang hanya diperhatikan oleh Kazumi dari tempatnya duduk. "Sayang, aku sudah menyiapkan semuanya, ayo makan?" Suara Rachel membuyarkan lamunan Kazumi yang sudah sampai ke mana-mana karena canggung diperlakukan seperti itu oleh Rachel. Kazumi hanya bisa patuh, ia duduk di samping Rachel yang sudah bersemangat untuk santap siang dengannya."Rachel, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, terkait dari hubungan kita."Setelah beberapa suap nasi masuk ke dalam perut keduanya, Kazumi bicara seperti itu, sambil terus menolak Rachel yang ingin menyuapinya."Aku enggak mau dengar, kalau itu
Mendengar apa yang dikatakan oleh Rachel, telapak tangan Radit mengepal, sementara itu Kazumi yang tidak menyangka dengan aksi nekat Rachel hanya bisa diam sambil berusaha untuk menahan rasa sakit di kepalanya karena tiba-tiba saja serpihan memori ingatannya yang hilang perlahan kembali akibat ciuman yang diberikan oleh Rachel terutama kenangan yang ia lalui bersama wanita tersebut.Sekuat mungkin, Kazumi bertahan agar Radit tidak curiga padanya, sampai akhirnya, lagi-lagi, Radit yang sangat tahu Rachel tidak mungkin mencium pria lain selain suaminya berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu tanpa banyak bicara lagi karena ia bingung akan mengatakan apa."Maaf, aku harus melakukannya karena Radit sudah curiga bahwa kau bukan Kazumi."Setelah Radit keluar dari ruangan kerja Kazumi, Rachel bicara demikian tanpa berani menatap wajah Kazumi karena mendadak ia malu sudah berbuat senekat itu saat Kazumi sebenarnya tidak boleh ditekan. Kazumi berusaha untuk duduk di kursi kerjanya, ia
"Akh!"Kazumi terkejut dan tidak sadar mengeluarkan suara seperti itu ketika tangan Rachel menyentuh miliknya di bawah sana yang masih terlapisi celana bahan yang dipakainya. Klien yang diajaknya bicara mengerutkan keningnya sambil menatap wajah Kazumi yang terlihat merah seperti menahan sesuatu di dalam dirinya."Tuan Kazumi tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada suara perlahan dan Kazumi mencengkram pulpen di tangannya untuk mencoba menyamarkan perasaan terpancing birahinya saat tangan Rachel mengelus permukaan miliknya yang tertutup celana."Aku, aku tidak apa-apa, hanya sedikit tidak enak badan!" Kazumi menjawab terbata-bata, berusaha untuk membuat suaranya tidak gemetar tapi sepertinya itu tidak sepenuhnya berhasil karena Rachel saja bisa mendengar, suara Kazumi terdengar sangat gemetar akibat apa yang dilakukannya.Aku seperti ini karena kamu, Zumi. Sekian lama aku mencintaimu dalam sepihak, kamu akan membuang aku untuk perempuan itu, jadi jangan salahkan aku bersikap murahan se
Kazumi segera menerima panggilan tersebut, dan Rachel melihat, pria itu bicara sejenak dengan orang yang menghubunginya. Rachel diam saja tanpa membenahi pakaiannya meskipun tubuhnya terlihat karena dari pergumulan mereka tadi, pakaiannya terbuka separuh. Beberapa saat kemudian, Kazumi sudah selesai menerima panggilan dari ponselnya, dan ia menatap ke arah Rachel yang diam saja menanti adegan mesra tadi kembali dilakukan oleh Kazumi untuknya."Benahi pakaianmu, aku harus menghadiri rapat."Kazumi memberikan perintah, tapi Rachel tidak bergeming sama sekali mendengar perintah itu diberikan padanya."Kamu mau menunda lagi apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Rachel dan itu membuat Kazumi menghela napas mendengarnya. "Maaf....""Kalau begitu, kamu enggak bisa membuang aku!""Rachel, ayolah, kenapa kamu selalu menekan aku seperti ini? Perempuan lain suka tidak disentuh oleh pria yang tidak mencintai dia, tapi kenapa kamu justru sebaliknya?""Karena aku mencintaimu! Karena kamu ingin meni
"Apa?""Iya. Saat aku melakukan hal yang kamu katakan itu, apakah kau bisa melakukan apa yang aku katakan tadi pada Kazaya?""Rachel, kurasa aku sudah mengatakan alasanku, tentang kenapa aku tidak akan melakukan apa yang kau inginkan, aku dan Kazaya itu tidak setara, aku tahu diri, aku tidak akan mempersulit hidupku sendiri untuk memperjuangkan sesuatu yang sudah jelas tidak bisa aku perjuangkan.""Kau pernah mencoba?""Tidak, pada Kazaya, tapi aku pernah mencobanya pada orang lain, dan rasanya sesak ketika ternyata aku tetap tidak berhasil, lukanya akan semakin besar, karena ada harapan yang menyertai segala.""Ketika kamu menyukai seseorang, kamu harus meyakinkan orang itu bahwa kamu serius, Syena, bisa jadi orang yang kamu sukai menolak karena dia memiliki perasaan yang ragu dan butuh diyakinkan, kau juga akan kehilangan kesempatan jika kau mengabaikan hal ini....""Yang penting itu kamu, bukan aku, sudahlah, aku harus pulang, kau tetap di sini untuk mendampingi Kazumi, kan?"Rach
"Kamu akan lelah jika kamu terus berusaha berakting menjadi diri orang lain, Kazumi...."Setelah bicara seperti itu, Syena akhirnya berbalik dan melangkah meninggalkan Kazumi yang saat itu hanya bisa diam mendengar apa yang diucapkan oleh Syena. Pikirannya menjadi penuh, kepalanya sakit, dan adegan demi adegan di otaknya berkelebat satu persatu lalu itu membuat Kazumi jadi sulit untuk mengendalikan diri dan akhirnya ia berusaha agar menguatkan diri untuk bisa melangkah ke arah ruangan kerjanya, tidak mau ada yang tahu bahwa ia sekarang sedang berusaha supaya ia tidak pingsan dan orang tahu bahwa ia sedang amnesia.Sesampainya di ruang kerjanya, Kazumi terhuyung dan saat ia berusaha menggapai apapun yang bisa ia gapai, yang ia dapatkan justru tubuh Rachel hingga dengan sangat spontan ia justru bertumpu pada tubuh istrinya tersebut."Zumi, kamu enggak papa?" tanya Rachel yang terkejut dengan apa yang terjadi pada sang suami. Ia memapah Kazumi untuk ke sofa dan mendudukkannya di sana
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, Kazumi terdiam untuk sesaat, ini membuat Moa jadi khawatir Kazumi tidak mau meloloskan keinginannya."Baiklah, kalau memang ini untuk kebaikan, dan sudah direncanakan oleh Alex, aku akan mengizinkan...."Wajah Moa terlihat semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Kazumi, tidak menyangka, Kazumi akhirnya mengizinkan dirinya untuk ikut ke rumah pria tersebut."Terima kasih, Sayang. Aku berjanji, aku tidak akan membuat kekacauan di rumah kamu di mana di sana ada para istri kamu juga."Kazumi hanya diam, ia hanya memberikan isyarat pada Moa untuk masuk ke dalam mobilnya di mana pengganti Alex sudah siap untuk menyetir untuknya.Moa patuh, ia segera masuk dan duduk di sebelah Kazumi dengan perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi, ia senang karena bisa berada di dekat Kazumi lagi, di sisi lain, ia sedikit khawatir juga sikap para istri Kazumi nanti bagaimana terhadapnya. Tetapi, ia tidak mungkin mundur dari semua yang sudah ia rencanakan, meskipu
"Moa?" kata Rachel dan Kazumi bersamaan. Dan orang yang memang Moa itu langsung melangkah mendekati keduanya dengan wajah yang terlihat menyimpan kecemburuan dan entah kenapa melihat hal itu, Rachel juga tersulut api cemburu."Kau memintaku untuk tidur sendirian di kamar belakang, tapi kau ternyata di sini dengan salah satu istrimu, kurasa, itu tidak adil, Kazumi. Jika kau yang berada di kamar salah satu istrimu, mungkin aku tidak akan protes, aku anggap kau sedang membagi tugas, tapi ini kamarmu, dan kau membiarkan salah satu istrimu ada di sini, jadi, kau seharusnya tidak melarang istri yang lain untuk ikut ada di sini, dong?"Telapak tangan Rachel mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh Moa. Rasanya kecemburuannya jadi bercampur dengan kemarahan, hingga membuat perempuan itu berbalik dan menghadap ke arah Moa. "Aku ada yang sedang dibicarakan pada Kazumi, Moa, jadi kau, tidak perlu menuntut keadilan di sini, karena aku juga istri pertama Kazumi, lebih berhak membuat keputusan d
Andreas dan Rachel itu bicara berduaan sedang membicarakan apa? Apa mereka berhubungan di belakang Kazumi? Mereka bertemu di rumah sakit ini karena apa?Seseorang yang memperhatikan Andreas dan Rachel itu adalah Radit. Radit yang menyelidiki tentang Kazumi atas perintah ayahnya secara tidak sengaja bertemu Andreas di jalan, lalu ia mengikuti dan ia tidak menyangka ternyata Andreas ke rumah sakit dan ada pula Rachel di rumah sakit tersebut.Radit tidak tahu jika di rumah sakit itu ada Kazumi dan Kazaya dirawat, ketika ia masih ingin mengetahui apa yang dibicarakan oleh Rachel dan juga Andreas, tiba-tiba saja...."Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Radit!"Tanpa diduga oleh Radit, Alex sudah berdiri di sampingnya membuat Radit terkejut dan berusaha untuk bersikap biasa agar Alex tidak tahu ia sedang menguntit sejak awal."Apakah rumah sakit ini milikmu? Aku tidak boleh ada di sini?""Rasanya aneh saja, tempat ini jauh dari kota, tapi Anda bisa sampai kemari, jika Anda sedang berobat, k
"Pernikahan kamu dengan Kazumi itu sebenarnya, tidak sah, Moa. Karena kau menikah dengan Kazumi saat dia hilang ingatan...."Moa tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Zill padanya."Dengan kata lain, kamu enggak setuju kalau aku ingin tinggal di rumah Kazumi?""Situasi Kazumi dan Kazaya sedang tidak baik-baik saja, aku rasa, jika kau ada di rumah mereka, itu akan membuat situasi mereka menjadi semakin tegang.""Kau khawatir para istri Kazumi bersikap buruk padaku?""Bisa juga sebaliknya, kan?""Kau ini teman siapa? Kau temanku tapi kau bersikap seperti musuhku!""Jangan lupa, Kazaya adalah temanku, jadi aku hanya ada di tengah-tengah, tidak memihak kalian.""Ck! Aku memang tidak pernah menang melawan kamu kalau sudah berdebat.""Sudahlah, berdamai dengan orang tua, jangan buang impian besarmu hanya karena cinta, Moa.""Hidup bahagia dengan orang yang dicintai juga salah satu impian besarku, Zill, karena kau tidak bisa merealisasikan mimpiku itu, aku rasa wajar jika aku men
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Alex. Untuk sesaat, Zill terdiam. Ia sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan tersebut karena khawatir akan membuat Moa dalam kesulitan. Melihat Zill diam saja sementara ia sudah tidak sabar untuk menunggu jawaban, Alex semakin curiga, Zill benar-benar orang yang patut dicurigai. Pria itu langsung mencekal salah satu pergelangan tangan Zill dan menariknya untuk ke tempat yang lebih sepi orang. "Kenapa kamu tidak bisa menjawab? Tidak bisa menjawab karena memang kau memiliki rencana lain untuk Tuan Kazaya dan Tuan Kazumi?"Alex mendesak Zill sehingga Zill merasa gerah juga karena ia merasa jadi tertekan. "Aku tidak punya rencana apapun, aku melakukan penyelidikan itu semata-mata khawatir pada Kazaya saja. Aku dan Kazaya satu perguruan, seperti halnya Vivian yang mencemaskan Kazaya terjerumus organisasi seperti itu, seperti itulah aku merasakan hal yang sama untuk dia.""Apa yang kau lakukan pada temanku?" Sebuah suara membuat perdebatan a
Sebenarnya, pertanyaan Zill sangat mudah untuk dijawab. Akan tetapi, Vivian jadi tidak bisa menjawab ketika merasakan aura Zill yang mampu membungkam mulutnya hingga ia tidak bisa bicara untuk beberapa saat. "Vi. Sekali lagi aku tegaskan, kita harus bekerjasama di sini, setelah itu jika kita sudah selamat dan sampai di tempat kita masing-masing, aku berjanji tidak akan ikut campur lagi dengan apapun yang kau dan Syena lakukan."Zill melanjutkan ucapannya, masih dengan nada seperti tadi hingga membuat Vivian menarik napas."Baiklah. Aku minta maaf sudah membuat kau marah. Tak perlu dibahas lagi, aku sudah cukup paham.""Kau bisa berjalan?""Jika tidak bisa, apakah kau akan memapah aku?""Kalau semua yang ada di sini tidak bisa berjalan, aku terpaksa memapah kalian bergantian.""Sudahlah. Pikirkan saja Kazaya dan Syena, aku tidak perlu. Aku masih bisa mengurus diriku sendiri."Zill menghela napas. Ia tidak lagi menanggapi perkataan Vivian. Tidak mau pembicaraan mereka semakin menghamba
"Apa yang kalian lakukan di sana?"Sebuah suara membuat niat Syena yang ingin menanggapi pertanyaan menohok yang diucapkan oleh Vivian terhenti seketika.Zill menghampiri mereka tanpa Kazaya, entah di mana Kazaya diletakkan oleh Zill, hingga pria itu menghampiri Syena dan Vivian yang sedang bertengkar."Ah, tidak ada. Syena sedang kelelahan, jadi aku mengajak dia untuk istirahat sejenak."Vivian menyenggol Syena, agar Syena mengiyakan apa yang dikatakannya pada Zill, dan Syena menurut. Zill menghela napas mendengar alasan yang diucapkan oleh Syena seolah-olah ia tidak percaya dengan alasan tersebut."Tolong kerjasamanya. Kita sedang berjuang melawan maut, kita tidak tahu apa yang akan kita temui di depan, kalau kita tidak bekerja sama, bagaimana kita bisa melewati itu semua dengan baik?"Seraya bicara demikian, Zill menatap ke arah Syena dan Vivian satu persatu."Oke. Jangan khawatir, aku juga tidak mau mati di tempat seperti ini, ada banyak hal yang harus aku kerjakan dan aku tidak
Mendengar apa yang diucapkan oleh Syena, Kazaya langsung menolak. Sebenarnya, Zill dan juga Vivian juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Kazaya, namun mereka didahului Kazaya hingga keduanya jadi menatap ke arah Kazaya setelah itu mereka saling pandang.Sementara itu, mendengar Kazaya tidak setuju dengan apa yang ia katakan, sejujurnya hati Syena jadi bergemuruh. Namun, karena ia melihat Kazaya tadi mencium Vivian, Syena jadi mengabaikan perasaan bergemuruh itu dan memilih untuk tidak terpengaruh meskipun itu sangat sulit untuknya."Aku sudah memutuskan, tolong hargai keputusan yang aku buat, kondisi Kazaya jauh lebih parah dan dia seperti itu karena kecerobohan aku, jadi wajar jika aku melakukan hal ini, membawa aku yang tidak bisa berenang, itu pasti akan sulit, jadi kalian pergi saja, aku tidak masalah."Syena bicara lagi, dan kali ini, Kazaya berusaha untuk melepaskan diri dari pegangan tangan Vivian dan juga Zill.Namun, ketika nyaris bisa melepaskan pegan
Bayangan saat ia mencium bibir Syena berkelebat lagi di benak Kazaya ketika Vivian mengucapkan pertanyaan itu padanya."Kamu enggak bisa jawab berarti, emang ada yang terjadi antara kamu dan dia, kan?" tanya Vivian lebih lanjut karena Kazaya tidak bicara sama sekali sementara ia menunggu jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan tadi."Udahlah, kagak perlu bahas itu lagi kali, gue jadi kagak bisa mengumpulkan energi kalo lu ajak ngomong gituan melulu.""Karena kalian memang berciuman?""Lu kenapa, sih? Gue tahu, cewek itu suka baper, tapi itu bukan lu, Vi! Lu itu kagak baperan orangnya!""Aku juga punya perasaan, kamu harus ingat itu! Saat kamu menolakku karena kamu hanya menganggap bahwa aku cuma kakak kamu, kamu melakukan itu dengan santai karena kamu yakin aku bisa menerima kenyataan dengan baik lantaran menurut kamu, aku bukan wanita yang gampang terbawa perasaan, tapi, Zay. Kamu enggak tahu aku benar-benar terpuruk waktu itu!"Karena situasi jadi semakin serius, Kazaya tadinya tida
Jika Vivian hanya diam saja ketika Kazaya melontarkan pertanyaan itu pada mereka, tidak bagi Zill. Ia ikut mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka untuk mencari sosok Syena, namun, Syena memang tidak ada di mana-mana sampai Zill akhirnya bangkit. "Aku akan mencarinya," katanya pada Vivian dan Kazaya, tapi baru saja keduanya ingin menanggapi, tiba-tiba saja Syena muncul dengan penampilan yang sangat kotor."Kau darimana?" tanya Zill tanpa peduli Vivian yang menatapnya karena ia langsung melontarkan pertanyaan itu pada Syena."Aku berusaha mencari jalan keluar agar kita bisa naik tanpa harus naik."Syena menjawab pertanyaan Zill, tapi apa yang diucapkannya justru membuat Vivian tertawa karena ia merasa apa yang dikatakan oleh Syena sangat mustahil."Mencari jalan keluar agar kita bisa naik, tapi kita enggak perlu naik? Apa maksudnya? Itu mustahil! Aku dan Zill bisa sampai ke sini karena kami turun, ada jalan menurun artinya kalau kembali kita harus naik, Syena!" katanya dan ucapan V
Mendengar apa yang dipertanyakan oleh Zill, Vivian terkejut. Ia merasa tidak pernah mengatakan pada Zill bahwa ia pergi ke Samarinda Kalimantan Timur untuk menemui perempuan bernama Mitha itu, tapi mengapa Zill sampai tahu apa yang ia lakukan?Apa Mitha mengatakan pada Zill kalau aku menemuinya?Hati Vivian berbisik demikian, sambil berusaha untuk mencari kalimat yang tepat untuk ia ucapkan pada Zill."Mitha memberitahumu kalau aku menemuinya?" Akhirnya, Vivian memilih untuk melontarkan pertanyaan tersebut pada Zill."Dia bukan tipe wanita yang suka mengadu."Vivian tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Zill tentang perempuan tersebut. "Kau pernah ketemu dengan dia? Apakah kau mengatakan itu hanya dengan mengandalkan insting kamu saja? Instingmu itu tidak tajam, Zill. Dia sudah menikah pun kamu tidak tahu, kan?""Aku bertanya padamu, apa yang ada dalam pikiran kamu sampai kamu nekat ke sana menemuinya?"Zill tidak mau menjawab pertanyaan dari Vivian tentang hal itu, ia l