Rachel bicara demikian dengan wajah penuh harap."Ah, baiklah. Sini aku bantu."Mendengar Kazumi bicara demikian, Rachel menarik napas lega, sebab, Kazumi tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan apa yang dimintanya. Perasaannya spontan bergemuruh ketika Kazumi memapahnya untuk bisa berjalan. Tangan Kazumi yang menopang tubuhnya terasa seperti membawa getaran seolah ada arus listrik yang merasuki tubuhnya lewat tangan tersebut.Membuat wajah Rachel merah dan jantungnya benar-benar tidak berhenti berdetak.Baru beberapa saat mereka berjalan, Kazumi meminta Rachel untuk duduk dahulu di salah satu batu yang mereka temui. "Maaf, boleh aku periksa kakimu yang keseleo?" tanyanya pada Rachel sambil membungkukkan tubuhnya dengan sopan."Memangnya kamu bisa untuk menyembuhkan?" tanya Rachel."Insya Allah. Aku coba."Rachel mengizinkan Kazumi untuk memeriksa kakinya yang keseleo. Setelah mendapatkan izin, Kazumi segera memeriksa kaki Rachel dan memijitnya perlahan. Aku tidak pernah tahu di
Rachel memang terlihat tenang saat mengucapkan kalimat itu pada Kazumi, tapi, Kazumi bisa merasakan ada tekanan bernada paksaan dari kalimat yang diucapkan oleh wanita yang ditolongnya tersebut hingga Kazumi menghela napas panjang.Ketika ia ingin menanggapi apa yang diucapkan oleh Rachel, tiba-tiba saja pintu kamar diketuk dari luar, lalu disusul dengan suara pemilik penginapan yang memanggil Rachel.Rachel segera membuka pintu. Wajahnya berubah ketika melihat pemilik penginapan berdiri di hadapannya bersama seorang wanita yang rambutnya diikat jadi satu ke belakang. "Jay! Kamu benar-benar di sini?" Belum lagi Rachel bertanya apa kepentingan perempuan yang datang bersama pemilik penginapan tersebut ke kamarnya, perempuan yang tidak lain Moa itu memanggil Kazumi dengan sebutan Jay, saat Kazumi beranjak mendekati pintu ketika pintu terbuka."Moa. Maaf, aku menolong perempuan ini, saat aku mencari tanaman obat, dia terjatuh dan aku menolongnya."Kazumi menjelaskan, dan entah kenapa Ra
Rachel berusaha untuk membuka pikiran Kazumi, namun, Kazumi yang belum terlalu yakin dengan Rachel tetap memilih untuk ikut Moa. Ini membuat Rachel tidak bisa mengendalikan dirinya agar tetap bisa menahan Kazumi untuk ikut bersamanya, namun, hal itu justru membuat Kazumi menjadi takut dan segera mengajak Moa untuk pergi. "Maaf, dia sedang amnesia, jangan melakukan hal yang sangat ekstrim padanya, jika memang Mbak adalah istrinya, Mbak pasti akan paham hal itu, biarkan dia pulih dulu, aku berjanji jika ingatannya pulih aku akan menghubungi Mbak dan memberikan dia padamu." Moa berusaha untuk membuat Rachel tidak mengamuk ketika perempuan itu ingin mencegahnya membawa Kazumi. "Kamu bisa dipercaya? Di mana rumahmu?" kata Rachel dengan wajah yang terlihat ragu."Insya Allah, Mbak. Tapi untuk rumah, karena aku tinggal dengan kakek dan kakekku tidak suka tempat tinggalnya terpublikasi, aku terpaksa tidak bisa memberitahukan tempat tinggal kami, karena itu akan mengganggu aktivitas kakek
"Maaf, Tuan, saya juga tidak ingin melakukan hal itu, tapi situasinya yang memaksa saya harus melakukan semuanya, jadi saya minta maaf, mohon bersabar sedikit, karena Tuan Kazumi juga sudah ditemukan, Tuan tidak lama lagi sudah tidak akan menyamar jadi Tuan Kazumi."Alex berusaha untuk membuat Kazaya bisa bersabar sedikit untuk tetap melakukan penyamaran. Hingga pada akhirnya, Kazaya mau tidak mau mengalah dan mau melakukan apa yang disarankan oleh Alex meskipun ia sangat terpaksa melakukan hal tersebut.***"Apa? Ke Kalimantan? Sama kamu?" kata Syena seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Kazaya. "Ya, mau gimana? Ada pekerjaan yang dikerjain Kazumi di sana dan karena gue lagi nyamar, ya mau kagak mau gue harus ke sana.""Tapi, kenapa aku harus ikut kamu juga? Kan kamu yang kerja, bukan aku?""Lu bini Kazumi, Rachel kagak ada, ya pasti lu lah yang diminta ikut.""Tapi, Alex bilang Rachel sudah menemukan Kazumi, jadi kita bisa menunggu dia kembali aja, kan?""Dan lu per
"Iya, Kek. Aku khawatir dia begitu, jadi aku ingin memastikan dulu sudah sampai tahap mana efek dari penyembuhan obat yang kita berikan padanya.""Baiklah. Hati-hati, jika ayahmu tahu kamu justru bersama dengan orang yang dia benci, dia pasti akan sangat marah.""Iya, Kek. Aku mengerti."Sang kakek hanya menepuk pundak Moa lalu pergi dari hadapan perempuan tersebut, sepeninggal sang kakek Moa juga mempersiapkan diri untuk membawa Kazumi ke kota agar bisa diperiksa di rumah sakit tentang kondisinya sekarang ini. Tentu saja ia harus melakukan hal itu dengan sangat hati-hati, karena jika tidak, orang-orang yang mencari Kazumi akan melihat dan yang lebih ia hindari adalah orang-orang ayahnya. Moa tidak mau ayahnya tahu bahwa Kazumi bersama dengan dirinya.Beberapa saat kemudian, Moa dan Kazumi pergi memakai kapal speed boat yang disewa Moa untuk mengantarkan mereka ke kota.Di waktu yang sama, Alex yang menyusul Rachel ke penginapan sudah sampai ke tujuan, dan langsung disambut oleh Rache
"Dia menyukai Tuan Kazumi?""Benar. Aku bisa merasakannya, apalagi saat perempuan itu menatap Kazumi, dia seperti tidak rela Kazumi kembali.""Kalau begitu, lebih baik secepatnya kita ke rumah itu, saya jadi khawatir juga jika Tuan Kazumi terlalu lama di sana, nanti ada masalah baru yang akan timbul."Rachel mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh Alex padanya. Mereka bergegas kembali melanjutkan perjalanan, tidak sabar untuk segera menjemput Kazumi di rumah perempuan bernama Moa itu. Baru beberapa saat keduanya melanjutkan perjalanan, tiba-tiba saja Alex menghentikan langkahnya dan meminta Rachel untuk merunduk segera."Ada apa?" tanya Rachel setengah berbisik karena melihat wajah Alex sedikit tegang. "Ada beberapa orang berpakaian hitam, sepertinya menuju rumah tukang obat itu.""Maksudnya? Mereka orang-orang yang terlibat dalam organisasi tertentu?""Entahlah, tapi sepertinya begitu, Nona.""Terus, mereka ngapain ke rumah Moa?""Saya juga tidak tahu, Nona tunggu di sini, bia
"Saya sudah melakukannya, tapi tidak diangkat, Nona, jaringan juga sedang sulit.""Coba lagi!" Rachel mendesak Alex untuk kembali menghubungi Moa agar perempuan itu mau menyerahkan Kazumi pada mereka, tapi tetap saja, Alex tidak berhasil, lantaran sinyal sedang sulit. "Tidak bisa Nona, jaringan sedang sulit, tapi saya sudah meninggalkan pesan untuknya, kita kembali lagi nanti setelah dia kembali ke rumah kakeknya.""Bagaimana kalau ternyata dia tidak mau kembali karena tahu kakeknya diserang?""Kemungkinan itu ada, tapi kita tetap tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan sesuatu.""Apakah kakeknya mengatakan dia ke rumah sakit mana?"Alex menggeleng. Rachel berdecak kesal. Khawatir sekali dirinya jika ternyata Moa justru bagian dari orang-orang yang bermaksud tidak baik dengan Kazumi. Bagaimana ia bisa menghadapi kehilangan Kazumi untuk yang kedua kalinya jika itu memang benar? Akhirnya, mereka kembali ke penginapan, dan Alex mengatakan jika nanti mereka ke rumah Moa dan kakeknya
Moa dan kakeknya langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu. Beberapa orang masuk ke dalam rumah sederhana mereka dan ini membuat Moa seketika bangkit berdiri."Siapa kalian?" tanya Moa sembari menatap wajah satu persatu pria yang ada di hadapannya. "Serahkan pria yang bersamamu itu."Tanpa menjawab pertanyaan dari Moa, salah satu pria itu mengucapkan kalimat tersebut pada Moa. "Pria siapa? Kakekku?" tanya Moa pura-pura tidak tahu siapa yang dimaksud oleh pria di hadapannya. "Jangan pura-pura tidak paham dengan apa yang kami maksudkan! Serahkan sekarang juga atau rumah ini kami hancurkan!"Telapak tangan Moa mengepal mendengar ancaman yang diberikan oleh pria berpakaian hitam tersebut. Ia melangkahkan kakinya ke arah laki-laki yang tadi mengancamnya dan menatap wajah laki-laki itu dengan tatapan marah. "Kalian masuk rumah orang tanpa permisi, membuat barang kami hancur, memaksa memberikan hal yang tidak kami miliki, kalian pikir kalian siapa? Seenaknya berbuat seperti itu
Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se