Tidak hanya sampai di situ, Kazaya yang marah mendengar apa yang diucapkan oleh Bertrand benar-benar tidak bisa lagi menahan emosinya. Pria itu kembali memberikan Bertrand pukulan hingga tubuh Bertrand semakin tersungkur karena perbuatan Kazaya.Beberapa orang yang menyaksikan apa yang dilakukan oleh Kazaya segera menahan Kazaya dan menjauhkannya dari Bertrand."Kagak usah sok ikut campur lu! Lu kagak tau apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan seenaknya ngomong seolah-olah lu tau segalanya!"Meskipun dijauhkan dari Bertrand, Kazaya masih sempat berteriak demikian namun Bertrand tidak peduli karena ia sibuk menahan rasa sakit akibat pukulan yang diberikan oleh Kazaya pada tubuhnya.***Syena kembali datang menemui Bertrand, tapi kali ini mereka tidak bertemu di rumah Bertrand karena Syena tidak nyaman lantaran ayah Bertrand sudah meninggal dan ia di mata orang masih berstatus istri Kazumi hingga ia merasa akan ada pembicaraan yang tidak baik berhembus jika ia melakukan hal itu. Menem
"Aku enggak peduli, Kek! Aku enggak mau dia membawa Kazumi, aku enggak mau mereka memisahkan aku dengan Kazumi!"Moa histeris, ia berusaha untuk melepaskan pegangan tangan sang kakek agar ia bisa keluar dari villa mengejar mobil yang membawa Kazumi, tapi kakeknya tidak membiarkan hal itu dilakukan oleh Moa, ia tetap menahan sampai akhirnya ada seseorang yang tidak lain Kazaya dan Bertrand yang menemukan villa Moa atas informasi dari Alex."Di mana Kazumi? Apa yang terjadi di sini?"Pertanyaan Kazaya membuat Moa seketika menghentikan gerakannya yang ingin melepaskan diri dari cengkraman sang kakek karena tidak mengizinkan dirinya untuk mengejar mobil yang membawa Kazumi. "Kazumi, kamu kembali?" Moa nyaris lupa, bahwa Kazumi memiliki saudara kembar hingga saat ia melihat Kazaya, Moa merasa itu adalah Kazumi. "Gue bukan Kazumi, gue Kazaya, lu Moa? Apa yang terjadi di sini? Mana Kazumi?""Kamu, adik kembar Kazumi?""Ya!""Astaga, benar-benar mirip...."Moa dan kakeknya sama-sama merasa
Sang kakek memohon pada Moa sampai Moa tidak tahu harus berkata apa untuk membantah apa yang dikatakan oleh sang kakek. Ia hanya mengiyakan dan bergegas ke kamarnya untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang sudah membawa Kazumi dan di mana posisi Kazumi sekarang lewat ponsel yang diberikannya pada Kazumi.Sementara itu, Kazaya dan Bertrand yang ingin mencoba mencari tahu tentang yang sebenarnya kemana Kazumi dibawa segera ke markas di mana anak buah Ernesto berada.Saat ia berkomunikasi dengan Alex tadi, Kazaya mendapatkan kesimpulan dari Alex bahwa kemungkinan orang-orang itu yang menemukan Kazumi.Baru saja Kazaya ingin membawa motornya lebih kencang lagi dari sebelumnya tiba-tiba saja, ponselnya kembali berdering. Terpaksa Kazaya menepikan motornya dahulu lalu menerima panggilan tersebut karena ternyata, yang menghubunginya adalah Alex.{Tuan, baru saja Moa menghubungi saya, saya rasa Tuan Kazumi bukan dibawa oleh orang-orang Ernesto}Suara Alex terdengar di seberang sana.{Apa dia
"Ya, udah! Lu aja yang terima, gue kagak bisa menghentikan motor, ntar tuh cewek kagak terkejar lagi, gue udah mendapatkan dia di sana!"Sambil bicara demikian, Kazaya memberikan ponselnya pada Bertrand agar Bertrand menerimakan panggilan itu jika memang yang sedang memanggil adalah Alex. Ternyata memang Alex yang menelpon hingga Bertrand langsung menerima.{Bang, ini Bertrand, Kazaya lagi bawa motor, kita lagi ngejar perempuan yang menolong Tuan Kazumi itu, dia pergi ketika kami ingin mengintrogasi dia}Ketika ia menerima panggilan tersebut, Bertrand langsung bicara demikian pada Alex. {Oh, gitu. Sebaiknya, kalian jangan mengejar terlalu dekat, tolong beritahu Tuan Kazaya untuk kembali saja biar aku yang melakukan pengejaran untuk orang-orang itu}{Sepertinya itu sulit, Bang. Kazaya terlihat emosi sekarang, akan sulit untuk mencegah dia yang ingin terus mengejar perempuan itu}{Kemungkinan orang-orang yang membawa Tuan Kazumi itu adalah orang-orang ayah perempuan itu, jadi bukan or
"Tolong, berikan aku kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini, ayahku itu orangnya keras, jika kalian ikut campur, aku khawatir dia semakin nekat berbuat sesuatu pada Kazumi.""Apa yang akan lu lakuin? Merampas Kazumi dari bokap lu, lalu membawa dia balik ke villa? Gimana kalo ternyata, orang-orang Ernesto juga tahu di mana keberadaan Kazumi, apa lu bisa memberikan perlindungan untuk dia? Jangan keras kepala, lu kagak punya kekuatan sebesar itu untuk memastikan Kazumi baik-baik aja!" "Aku tahu, tapi aku akan melakukan komunikasi dahulu dengan -""Siapa mereka?"Ucapan Moa dipotong oleh perkataan Bertrand yang tiba-tiba saja melihat beberapa motor dan mobil bergerak cepat melintasi mereka. Karena mereka tidak berada persis di tepi jalan, orang-orang yang melintas cepat itu tidak memperhatikan mereka dengan baik, dan wajah Moa berubah tegang melihatnya. Ia segera bersiap untuk mengendarai motornya kembali meskipun rasa sakit di kakinya semakin terasa, dan perempuan itu segera mengel
Mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh ayah Moa, mendadak Kazumi merasakan kepalanya sakit luar biasa. Pria itu memijit pelipisnya, berusaha untuk bertahan dari rasa sakit yang dirasakannya sekarang ini."Baiklah. Kau kesakitan, sepertinya ekspresimu itu bukan ekspresi pura-pura, kau benar-benar menahan rasa sakit yang luar biasa ternyata, benar-benar sedang menderita amnesia."Ayah Moa bicara kembali sambil terus mengamati Kazumi di hadapannya yang masih terlihat menahan rasa sakit."Kazumi, aku punya tawaran buatmu, karena sekarang kamu sedang amnesia, dan kamu tidak ingat permasalahan kita, bagaimana kau yang sekarang menjadi bagian dariku saja?""Aku tidak mau!"Dengan tegas, Kazumi menolak tawaran yang diucapkan oleh ayahnya Moa. Namun, ayah Moa tidak menyerah untuk membujuk Kazumi."Kenapa tidak mau? Kau tidak khawatir keadaan kamu yang sekarang aku publikasikan dan perusahaan ayahmu akan mendapatkan kerugian karena yang sekarang ada di kantor bukanlah dirimu?"Sial! Kepalaku
Mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya Moa, mendadak, kepala Kazumi lagi-lagi terasa sakit. Pria itu menekap kepalanya dengan kedua tangannya membuat Moa menjadi khawatir. "Pi, tolong jangan bersikap terlalu keras padanya, kalau terlalu keras berpikir, dia akan merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya, jangan memaksanya untuk banyak berpikir," kata Moa sambil memegang tangan Kazumi yang memegang kepalanya. "Baiklah. Aku ingin bicara dengan seseorang, kalian keluar dulu dari ruangan ini dan tunggu di ruang yang lain, anak buahku akan mengantarkan kalian ke tempat itu."Moa patuh pada apa yang dikatakan oleh sang ayah. Ia segera mengajak Kazumi untuk keluar dari ruangan sang ayah di mana di luar mereka disambut oleh para anak buah ayahnya. Mereka dibawa ke sebuah ruangan yang lain tapi belum sampai ke ruang yang dimaksud, Moa teringat sesuatu hingga ia meminta Kazumi untuk menunggunya sesaat sementara ia berlari ke arah ruangan yang tadi dan langsung menemui sang ayah yang sa
"Ayahku memang begitu, aku juga kadang enggak cocok dengan cara berpikir dia, tapi aku lega, dia merestui pernikahan kita, itu aja yang penting buat aku.""Dia menembak kamu, Moa. Tidak merasa bersalah sama sekali, bahkan memberikan tekanan tambahan untuk kamu.""Jadi, daripada aku tertekan, bagaimana kalau kamu menerima aja tawaran dari ayahku? Atau, kamu punya keputusan sendiri?"Kazumi menatap wajah Moa setelah ia mendengar perkataan perempuan itu tadi. Pria itu menarik napas. "Apa aku boleh berpikir sedikit lagi. Aku sekarang amnesia, dan aku tidak tahu apakah tindakan aku ini benar atau tidak?""Baiklah. Mungkin sekarang kamu lelah, kamu istirahat dulu aja. Aku akan tunggu kamu sampai kamu siap, ya?"Moa meraih tengkuk Kazumi dan menariknya setelah bicara seperti tadi pada Kazumi lalu dengan cepat ia mengecup permukaan bibir Kazumi. Kazumi diam saja diperlakukan seperti itu oleh Moa, tapi entah kenapa ada perasaan tidak nyaman menyeruak setelah berbicara dengan ayahnya Moa. Pen
Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se